TintaSiyasi.id -- Mukadimah: Ketika Kemiskinan Dikhawatirkan Rasulullah Saw.
Rasulullah ﷺ pernah menyampaikan sebuah doa yang menggambarkan betapa seriusnya beliau meminta perlindungan dari kemiskinan:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran.” (HR. Abu Dawud).
Bahkan, dalam riwayat lain, beliau menempatkan kemiskinan sejajar bahayanya dengan kekufuran karena keduanya bisa menjadi pintu masuk kelemahan iman, kehinaan diri, bahkan kerusakan sosial jika tidak disikapi dengan iman dan tawakal yang kuat.
I. Hakikat Kemiskinan: Lebih dari Sekadar Tidak Punya
Kemiskinan bukan hanya soal kekurangan harta, tetapi juga bisa berupa:
• Kemiskinan jiwa (lemah harapan, rendah diri)
• Kemiskinan ilmu (tidak punya pengetahuan untuk berkembang)
• Kemiskinan akhlak (keinginan besar tapi tanggung jawab kecil)
• Kemiskinan iman (tidak percaya bahwa Allah Maha Kaya dan Maha Pemberi)
Oleh karena itu, Islam memandang kemiskinan sebagai ujian, bukan hinaan. Tetapi Rasulullah juga mendorong umatnya untuk berikhtiar keras menjauhinya karena kemiskinan bisa menjadi lahan subur keburukan jika tidak dibarengi dengan sabar dan iman.
II. Doa-doa Nabi: Meminta Perlindungan dari Kemiskinan
Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan umatnya untuk tidak meminta miskin, tetapi meminta perlindungan darinya. Berikut beberapa doa yang dapat kita amalkan:
1. Doa Perlindungan dari Kemiskinan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran.”(HR. Abu Dawud).
2. Doa Meminta Rezeki yang Halal dan Luas
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari selain-Mu.” (HR. Tirmidzi).
III. Strategi Ruhani: Menjauhi Kemiskinan dengan Kekuatan Hati
Menurut para ulama, seperti Syekh Abdul Qadir al-Jailani, kekayaan sejati bukan hanya banyaknya harta, tetapi kecukupan hati (al-qana’ah), karena:
"Orang kaya yang sejati adalah yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan bersyukur atasnya." (al-Jailani).
Berikut ini langkah ruhani untuk menjaga diri dari kemiskinan:
1. Tawakal dan Yakin kepada Allah
Yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya. Dalam QS. Ath-Thalaq: 3 disebutkan:
“Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya.”
2. Qana’ah: Merasa Cukup dan Tidak Tamak
Bukan berarti pasrah,, tetapi tidak diperbudak keinginan. Orang yang qana’ah akan tenang jiwanya walau harta sedikit.
3. Bersedekah di Tengah Kekurangan
Sedekah adalah magnet rezeki. Rasulullah bersabda:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
(HR. Muslim).
Bahkan dalam keterbatasan, Allah lipatgandakan.
IV. Strategi Duniawi: Islam Mendorong Umatnya Kaya
Islam bukan agama kemiskinan. Rasulullah mendorong para sahabat untuk berdagang, bekerja keras, dan memiliki kekayaan dengan cara yang halal. Beliau bersabda:
“Sebaik-baik usaha adalah usaha seorang laki-laki dengan tangannya sendiri.” (HR. Ahmad).
Prinsip Ekonomi Islami dalam Menghindari Kemiskinan:
1. Kerja keras dan disiplin waktu
2. Berdagang dengan jujur dan amanah
3. Menghindari riba dan utang konsumtif
4. Menabung dan mengelola keuangan dengan bijak
5. Berbagi (zakat, infak, sedekah) sebagai penyucian rezeki
V. Masyarakat Tanpa Kemiskinan: Tanggung Jawab Bersama
Kemiskinan bukan hanya beban individu, tetapi tanggung jawab sosial. Dalam sistem Islam:
• Negara menanggung kebutuhan dasar rakyat miskin
• Zakat dikelola negara untuk mengangkat kemiskinan struktural
• Ukhuwah Islamiyah memunculkan solidaritas dan bantuan
“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Penutup: Menuju Kecukupan yang Diberkahi
Berlindung dari kemiskinan bukan berarti takut pada takdir, melainkan bentuk ikhtiar spiritual dan sosial agar kita:
• Terhindar dari kelalaian karena lapar
• Terjaga dari kehinaan karena meminta
• Memiliki kekuatan untuk menolong sesama
Allah Maha Kaya, dan Dia mencintai hamba yang berusaha dengan jujur, menjaga kehormatan diri, dan menggantungkan harapan hanya pada-Nya.
Doa Penutup:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ رِزْقًا طَيِّبًا، وَقَلْبًا قَانِعًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا، وَغِنًى نَفْسٍ لَا تَزُولُ
“Ya Allah, berilah aku rezeki yang baik, hati yang merasa cukup, amal yang Engkau terima, dan kekayaan jiwa yang tidak pernah habis.”
Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo