TintaSiyasi.id -- Kabar tidak menyenangkan datang dari dunia pertelevisian, baru-baru ini sejumlah karyawan TV di PHK masal. Menurut info yang beredar ada sekitar 150 karyawan Kompas TV yang di PHK, selain itu karyawan TV One sebanyak 75 orang, CNN Indonesia TV 200 orang. Berita ini menjadi viral ketika salah satu pembaca berita Gita Maharkesri yang tak kuasa menahan tangis saat siaran terakhirnya. Gita, salah satu anchor senior Kompas TV, menyampaikan salam perpisahan penuh haru saat membawakan program Kompas Sport Pagi. (RadarSolo.com, 03/05/2025)
Gelombang PHK memang bukan hanya menimpa para karyawan TV, jauh hari sebelum ini, banyak pemberitaan di media mengenai tutupnya pabrik-pabrik yang sudah puluhan tahun beroperasi. Sebut saja pabrik sepatu Bata, di tahun lalu karena tidak mampu membayar para karyawannya terpaksa gulung tikar. Lebih dari 1000 karyawan terpaksa dirumahkan.
Belum lagi pasca pandemi covid, banyak industri-industri baik kecil maupun besar mengalami kebangkrutan, dan tentu saja hal ini berdampak kepada semakin banyaknya pengangguran di negeri ini.
Persaingan di dunia kerjapun tidak bisa terelakan, saat ini banyak pengangguran yang bertitel sarjana, bahkan saking susahnya lapangan pekerjaan akhirnya mereka banting stir bekerja sebagai security, Office Boy, ART, supir, pengasuh anak, dll. (BBC.com, 30/05/2025)
Permasalahan minimnya lapangan kerja bukti gagalnya pengurusan negara terhadap rakyatnya. Janji-janji penguasa di saat kampanye calon presiden yang akan memperluas lapangan kerja sejatinya hanya isapan jempol belaka. Alih-alih menciptakan lapangan kerja, nyatanya yang ada malah gulung tikar sehingga menambah daftar panjang pengangguran di negeri ini.
Sementara itu solusi-solusi yang ditawarkan pemerintah bukannya menyelesaikan masalah, malah sebaliknya muncul masalah baru sehingga semakin terpuruk kondisi masyarakat saat ini. Bukan hanya pengangguran, dampak lainnya merambah ke mana-mana, seperti tindak kriminal; pencurian, pembunuhan, perceraian, jumlah pengemis semakin meningkat, dll.
Ketika peran negara sudah tidak bisa diandalkan akhirnya peran tersebut diambil alih oleh individu. Kita lihat fenomena semakin maraknya konten-konten kreator yang memanfaatkan kondisi tersebut, bahkan salah satu pejabat daerah sangat gencar terjun langsung ke lapangan. Hal itu dinilai menjadi solusi praktis untuk menyelesaikan problematika umat saat ini.
Wajar banyak orang gregetan melihat kinerja pemerintah saat ini, sehingga mereka mencari solusi sendiri, yang ujung-ujungnya masalah tidak tertangani dengan tuntas. Sejatinya negara ini tidak akan mengalami kondisi pelik seperti sekarang, jika sumber daya alam yang ada dikelola dengan baik, negara kita punya kekayaan yang melimpah mulai dari tambang emas, nikel, timah, minyak bumi, batu bara, hutan, kekayaan laut, dan lain sebagainya. Semua itu bisa menjadi peluang lahan pekerjaan, jika dimaksimalkan dikelola sendiri oleh negara kita, tidak diserahkan kepada asing dan aseng.
Semua itu adalah buah dari kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, sehingga yang kaya makin kaya dan yang miskin makin terpuruk. Kolaborasi antara penguasa dan pengusaha saat ini menjadi penyebab yang paling utama kegagalan dalam mensejaterakan rakyat, alih-alih rakyat sejahtera yang ada malah makin menderita.
Solusi tuntas dari sejuta masalah yang terjadi di negeri ini adalah dengan kembali kepada aturan Sang Pencipta. Kepemimpinan Islam telah terbukti selama lebih dari 1.300 tahun mengayomi manusia, memberikan solusi jitu dalam mensejahterakan rakyatnya. Sebagai contoh pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, bahkan beliau sendiri yang turun ke masyarakat untuk membagikan harta zakat, namun nihil, karena tidak seorangpun yang mau menerima zakat tersebut. Ini adalah salah satu bukti bahwa ketika manusia diatur dengan aturan Islam, maka kesejahteraan yang mereka dapatkan.
Wallahu a'lam. []
Haryani, S.Pd.I.
(Aktivis Muslimah)