Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Rida: Kunci Ketentraman Jiwa dan Kebahagiaan Sejati

Minggu, 04 Mei 2025 | 10:27 WIB Last Updated 2025-05-04T03:28:07Z
TintaSiyasi.id -- Di antara anugerah terbesar yang Allah Swt. karuniakan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman adalah kemampuan untuk ridha, yakni menerima dengan lapang dada segala ketetapan-Nya. Ridha bukan sekadar pasrah atau menyerah, melainkan bentuk tertinggi dari keimanan, kepercayaan, dan cinta kepada Sang Pencipta. Ia adalah ketenangan yang lahir dari keyakinan bahwa tidak ada satu pun takdir yang menimpa diri kita kecuali telah ditetapkan oleh Allah dengan penuh hikmah dan kasih sayang.

1. Makna Ridha dalam Islam

Ridha secara bahasa berarti rela, puas, dan menerima. Dalam istilah syariat, ridha berarti menerima segala keputusan Allah dengan hati yang lapang, tanpa protes, tanpa keluh kesah, dan tanpa kebencian tersembunyi. Ini adalah maqam ruhani yang tinggi, yang hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang telah mengalahkan ego dan keinginan pribadinya demi kehendak Allah Swt.

Allah Swt. berfirman:

“Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. Al-Bayyinah: 8).
Ayat ini menggambarkan hubungan timbal balik antara hamba dan Rabb-nya, sebuah kedekatan yang hanya dirasakan oleh jiwa-jiwa yang tunduk dan ikhlas.

2. Ridha Rasulullah Saw: Keteladanan Tertinggi

Nabi Muhammad Saw. adalah sosok yang paling sempurna dalam meneladani sikap ridha. Dalam setiap peristiwa sulit, beliau tak pernah mengeluh kepada Allah. Ketika kehilangan Khadijah dan Abu Thalib dalam tahun yang sama, beliau tetap berkata:

“Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli atas segala penderitaan ini.”

Begitu pula saat beliau dilempari batu oleh penduduk Thaif hingga berdarah, beliau tidak mendoakan kebinasaan mereka, melainkan memohon agar keturunan mereka kelak diberi hidayah. Sungguh, ini bukan semata sabar, tetapi puncak ridha terhadap qadha dan qadar Allah.

3. Ridha Membawa Kecukupan Jiwa

Salah satu keajaiban ridha adalah menjadikan hati merasa cukup, meski secara lahiriah terlihat kekurangan. Dalam hadis disebutkan:

“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya ridha terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim).

Kecukupan sejati bukan terletak pada banyaknya harta, melainkan pada kemampuan hati untuk menerima dengan penuh syukur. Orang yang ridha akan merasa cukup walau sedikit, sedangkan yang tidak ridha akan selalu merasa kurang walau berlimpah.

4. Ridha Mengubah Ujian Menjadi Kebaikan

Dalam hidup ini, tidak ada seorang pun yang luput dari ujian. Namun, ridha mengubah cara pandang kita terhadap ujian itu. Ia menjadikan setiap musibah sebagai pelajaran, setiap kehilangan sebagai jalan kembali kepada Allah, dan setiap kesulitan sebagai sebab naiknya derajat.

Orang yang ridha tidak akan bertanya: “Mengapa aku?” melainkan akan berkata: “Apa pesan Allah dalam ujian ini?” Ia tidak akan sibuk mencari kambing hitam, tetapi justru mencari cahaya di balik kegelapan. Di sinilah letak keajaiban ridha, ia membentuk pribadi yang tangguh, positif, dan damai.

5. Cara Menumbuhkan Ridha dalam Diri

Ridha bukan sesuatu yang datang tiba-tiba. Ia harus ditumbuhkan melalui latihan ruhani dan perenungan mendalam. Berikut beberapa cara untuk menumbuhkan ridha:

Mengenal Allah lebih dekat: Semakin dalam kita mengenal sifat-sifat Allah seperti Ar-Rahman, Al-Hakim, dan Ar-Razzaq, semakin mudah kita percaya bahwa ketetapan-Nya selalu membawa kebaikan.

Memperbanyak dzikir dan tafakur: Dzikir menenangkan hati, sementara tafakur menghidupkan kesadaran ruhani. Keduanya membuat kita lebih siap menerima takdir dengan bijak.

Melatih syukur dalam setiap keadaan: Syukur membuka pintu ridha. Jika kita bisa bersyukur atas hal-hal kecil, maka kita akan lebih siap menerima hal besar, baik maupun yang tampak tidak menyenangkan.

Berteman dengan orang-orang saleh: Lingkungan yang positif akan membentuk pandangan yang positif pula terhadap kehidupan dan ketetapan Allah.

6. Ridha: Pintu Menuju Surga

Dalam banyak riwayat, ridha disebut sebagai pintu menuju surga. Bukan hanya karena ia membuat hidup di dunia menjadi ringan, tetapi karena ridha adalah bentuk ibadah hati yang sangat dicintai Allah. Orang yang ridha kepada Allah, akan Allah ridha kepadanya. Dan jika Allah sudah ridha, maka tidak ada lagi kegelisahan yang tersisa.

Penutup

Ridha bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan jiwa. Ia bukan ketundukan karena tak berdaya, tapi ketundukan karena yakin bahwa Allah Maha Tahu. Dalam ridha ada ketenangan, ada kekuatan, dan ada cahaya. Mari kita belajar menerima setiap takdir Allah dengan hati yang lapang, karena di balik setiap ketetapan-Nya, selalu ada hikmah yang belum kita pahami sekarang, tetapi akan kita syukuri kelak.

“Apa yang ditakdirkan untukmu, tidak akan pernah luput darimu. Dan apa yang tidak ditakdirkan untukmu, tidak akan pernah menjadi milikmu. Maka tenanglah bersama takdir-Nya, dan ridhalah.”.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si 
Penulis Buku Gizi Spiritual. 
Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update