“Penggerak,
pelindung, juga pendukung sebenarnya dari genosida ini bukan Tel Aviv,
melainkan Washington DC,” kata Sister Iman dalam orasinya di depan kantor Kedutaan
AS, Denmark, pada hari Rabu (16/04/2025).
Ia kemudian
memperjelas bahwa negara Zionis tidak akan punya keberanian dan tidak ada
gunanya tanpa Amerika.
“Dan tidak
akan ada pembunuhan terjadi tanpa Amerika. Inilah kenyataannya. Dan hubungan
ini (Amerika-Zionis) bukanlah hal yang baru,” imbuhnya.
Etnis
Cleansing Sistematis
Situasi yang
terjadi kini di Gaza (Palestina) bukanlah dalam kondisi perang, kata Sister
Iman. Melainkan telah terjadi etnis cleansing (pembersihan etnis) secara
sistematis. Dan itulah wajah dari satu kekuasaanan modern dalam sejarah, yaitu
Amerika.
“Kita tidak
sedang menyaksikan sebuah perang. Kita sedang menyaksikan penghapusan satu
etnis manusia secara sistemastis. Ini bukan chaos, ini perhitungan,
pertimbangan matang di hadapan seluruh negara yang berada di bawah kaki pelaku
si penghisap darah yang berada di belakang layar genosida. Inilah wajah sebuah
kekuasaan modern dalam sejarah. Ya, saya sedang bicara tentang Amerika,”
bebernya lanjut.
Ketika Zionis
meledakkan bom di Gaza, tutur Iman, terlihat logo dollar yang dicetak oleh
Washington DC. Sementara pengembangan persenjataan lainnya yang dipakai oleh
IDF (Israel Defence Force) seperti jet tempur dan peralatan lainnya, dibayar
serta dijaminkan oleh AS.
Muslimah aktivis Hizbut Tahrir Denmark itu merasa malu karena untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslim di Gaza tidak banyak yang dapat dilakukan secara fisik. Masih sebatas aksi protes, berteriak, dan berbicara untuk meyakinkan dunia bahwa telah terjadi kejahatan luar biasa di Palestina. Dan ia akui seperti kehabisan kata-kata menyaksikan kekejaman genosida yang sedang terjadi.
“Ketika anda
menyaksikan kehororan situasi masih terus berlanjut terus lagi dan lagi? Bahasa
apa yang mampu menjelaskan sebuah mimpi buruk yang tak pernah berakhir
ini? Darah bayi-bayi lebih cepat
mengalir daripada reaksi dunia. Sama seperti kebanyakan anda, saya tidak hanya
ingin marah, justru saya merasa malu. Malu merasa di sini, malu karena hanya
masih bisa melakukan protes, tertekan, dan berteriak di mikrofon saya hanya untuk meyakinkan peradaban dunia
bahwa memotong-motong tubuh anak-anak
Palestina adalah sebuah kejahatan,” tegas Sister Iman.
Ia juga malu
selalu menyaksikan pengkhianatan dari para penguasa Muslim karena diam dan bisu
menyaksikan genosida di Gaza. Begitu pun dengan kalangan intelektual dan
militer yang memilih bersikap pasif.
Genosida sudah
satu tahun enam bulan dengan pengeboman tanpa alasan. Jasad-jasad tidak luput
dari amputasi. Sementara kelaparan dan kehausan menjadi hukuman. Setahun enam
bulan penguburan massal, pendirian tenda-tenda kota, tempat bayi-bayi tidur
bersama puing-puing reruntuhan. Dan mereka semua terjaga karena suara ledakan.
Kebencian terhadap
Islam
Menurut
Sister Iman, Amerika adalah negara yang selalu mengobarkan kebencian terhadap
Islam dan pemeluknya. Dan Gaza adalah pertarungan terbaru saat ini. Sebelumnya
menghancurkan Irak, Afghanistan, Somalia, dan Yaman, tetapi dengan wajah yang
berbeda-beda.
“Amerika
terus mengobarkan kebencian terhadap Islam. Dan Gaza hanyalah yang terkini.
Sebelumnya sudah hancurkan Irak, Afganistan, Suriah, Somalia, Yaman, dan setiap
saat dia (Amerika) berbeda wajah. Terkadang pakai wajah terorisme security,
democracy, serta peace. Tetetapi hasilnya selalu sama, mematikan
umat Islam, menghancurkan kota-kota, menghancurkan masa depan,” lanjut Iman.
Dan kini, jelas Iman, Amerika telah nekat untuk memaksa umat Islam agar menerima rencana menguasai Gaza atas nama stabilitas dan keamanan di sana.
“Tidak ada
stabilitas dalam kelaparan, tidak ada kedamaian di mana setiap inci tanah kita
dikuasai, dan tidak ada pembenaran untuk penghancuran 2,3 miliar umat Islam,
yang setengahnya adalah anak-anak,” jawabnya.
Oleh karena
itu, genosida yang sedang terjadi di Gaza, ia ulangi Kembali, bukanlah
kebijakan Zionis semata, melainkan strategi Amerika.
Amerika
disebut-sebut sebagai bara api demokrasi. Tetapi menurutnya adalah sebuah
entitas teroris raksana dunia yang pernah ada. Sebab telah banyak menumpahkan
darah demi mengejar ambisi yang mereka sebut tatanan negara baru dunia. Dan
umat Islam dipaksa untuk mengakui bahwa Islam adalah penyerang dan teroris.
Sehingga harus berkompromi dengan Amerika atas nama perdamaian.
“Perdamaian
apa? Apakah perdamaian itu di mana ketika seluruh jalanan Baghdad diserang?
Atau memerangi Afghanistan? Pendudukan perkampungan di Yaman? Atau penghancuran
rumah-rumah warga Suriah? Saat mereka membakar tempat tinggal, menghancurkan
keluarga, tidak menyisakan apa pun
bahkan hanya sekedar abu dan jasad. Inikah perdamaian yang dibawa Amerika ke
dunia islam dengan nama tatanan dunia baru (new world order)? Inilah faktanya,” pungkasnya.[] M. Siregar