Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Penggerak, Pelindung, dan Pendukung Sebenarnya Genosida Bukan Tel Aviv, melainkan Washington DC

Minggu, 04 Mei 2025 | 05:29 WIB Last Updated 2025-05-03T22:30:50Z

Tintasiyasi.ID -- Muslimah aktivis Hizbut Tahrir Denmark Sister Iman mengungkapkan sebenarnya yang menjadi penggerak, pelindung, dan pendukung genosida terjadi di Gaza bukanlah Tel Aviv, melainkan Washington DC (AS).

 

“Penggerak, pelindung, juga pendukung sebenarnya dari genosida ini bukan Tel Aviv, melainkan Washington DC,” kata Sister Iman dalam orasinya di depan kantor Kedutaan AS, Denmark, pada hari Rabu (16/04/2025).

 

Ia kemudian memperjelas bahwa negara Zionis tidak akan punya keberanian dan tidak ada gunanya tanpa Amerika.

 

“Dan tidak akan ada pembunuhan terjadi tanpa Amerika. Inilah kenyataannya. Dan hubungan ini (Amerika-Zionis) bukanlah hal yang baru,” imbuhnya.

 

Etnis Cleansing Sistematis

 

Situasi yang terjadi kini di Gaza (Palestina) bukanlah dalam kondisi perang, kata Sister Iman. Melainkan telah terjadi etnis cleansing (pembersihan etnis) secara sistematis. Dan itulah wajah dari satu kekuasaanan modern dalam sejarah, yaitu Amerika.

 

“Kita tidak sedang menyaksikan sebuah perang. Kita sedang menyaksikan penghapusan satu etnis manusia secara sistemastis. Ini bukan chaos, ini perhitungan, pertimbangan matang di hadapan seluruh negara yang berada di bawah kaki pelaku si penghisap darah yang berada di belakang layar genosida. Inilah wajah sebuah kekuasaan modern dalam sejarah. Ya, saya sedang bicara tentang Amerika,” bebernya lanjut. 

 

Ketika Zionis meledakkan bom di Gaza, tutur Iman, terlihat logo dollar yang dicetak oleh Washington DC. Sementara pengembangan persenjataan lainnya yang dipakai oleh IDF (Israel Defence Force) seperti jet tempur dan peralatan lainnya, dibayar serta  dijaminkan oleh AS.

 

Muslimah aktivis Hizbut Tahrir Denmark itu merasa malu karena untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslim di Gaza tidak banyak yang dapat dilakukan secara fisik. Masih sebatas aksi protes, berteriak, dan berbicara untuk meyakinkan dunia bahwa telah terjadi kejahatan luar biasa di Palestina. Dan ia akui seperti kehabisan kata-kata menyaksikan kekejaman genosida yang sedang terjadi.

 

“Ketika anda menyaksikan kehororan situasi masih terus berlanjut terus lagi dan lagi? Bahasa apa yang mampu menjelaskan sebuah mimpi buruk yang tak pernah berakhir ini?  Darah bayi-bayi lebih cepat mengalir daripada reaksi dunia. Sama seperti kebanyakan anda, saya tidak hanya ingin marah, justru saya merasa malu. Malu merasa di sini, malu karena hanya masih bisa melakukan protes, tertekan, dan berteriak  di mikrofon saya  hanya untuk meyakinkan peradaban dunia bahwa  memotong-motong tubuh anak-anak Palestina adalah sebuah kejahatan,” tegas Sister Iman.

 

Ia juga malu selalu menyaksikan pengkhianatan dari para penguasa Muslim karena diam dan bisu menyaksikan genosida di Gaza. Begitu pun dengan kalangan intelektual dan militer yang memilih bersikap pasif.

 

Genosida sudah satu tahun enam bulan dengan pengeboman tanpa alasan. Jasad-jasad tidak luput dari amputasi. Sementara kelaparan dan kehausan menjadi hukuman. Setahun enam bulan penguburan massal, pendirian tenda-tenda kota, tempat bayi-bayi tidur bersama puing-puing reruntuhan. Dan mereka semua terjaga karena suara ledakan.

 

Kebencian terhadap Islam

 

Menurut Sister Iman, Amerika adalah negara yang selalu mengobarkan kebencian terhadap Islam dan pemeluknya. Dan Gaza adalah pertarungan terbaru saat ini. Sebelumnya menghancurkan Irak, Afghanistan, Somalia, dan Yaman, tetapi dengan wajah yang berbeda-beda.

 

“Amerika terus mengobarkan kebencian terhadap Islam. Dan Gaza hanyalah yang terkini. Sebelumnya sudah hancurkan Irak, Afganistan, Suriah, Somalia, Yaman, dan setiap saat dia (Amerika) berbeda wajah. Terkadang pakai wajah terorisme security, democracy, serta peace. Tetetapi hasilnya selalu sama, mematikan umat Islam, menghancurkan kota-kota, menghancurkan masa depan,” lanjut Iman.

 

Dan kini, jelas Iman, Amerika telah nekat untuk memaksa umat Islam agar menerima rencana menguasai Gaza atas nama stabilitas dan keamanan di sana.

 

“Tidak ada stabilitas dalam kelaparan, tidak ada kedamaian di mana setiap inci tanah kita dikuasai, dan tidak ada pembenaran untuk penghancuran 2,3 miliar umat Islam, yang setengahnya adalah anak-anak,” jawabnya.

 

Oleh karena itu, genosida yang sedang terjadi di Gaza, ia ulangi Kembali, bukanlah kebijakan Zionis semata, melainkan strategi Amerika.

 

Amerika disebut-sebut sebagai bara api demokrasi. Tetapi menurutnya adalah sebuah entitas teroris raksana dunia yang pernah ada. Sebab telah banyak menumpahkan darah demi mengejar ambisi yang mereka sebut tatanan negara baru dunia. Dan umat Islam dipaksa untuk mengakui bahwa Islam adalah penyerang dan teroris. Sehingga harus berkompromi dengan Amerika atas nama perdamaian.

 

“Perdamaian apa? Apakah perdamaian itu di mana ketika seluruh jalanan Baghdad diserang? Atau memerangi Afghanistan? Pendudukan perkampungan di Yaman? Atau penghancuran rumah-rumah warga Suriah? Saat mereka membakar tempat tinggal, menghancurkan keluarga, tidak menyisakan  apa pun bahkan hanya sekedar abu dan jasad. Inikah perdamaian yang dibawa Amerika ke dunia islam dengan nama tatanan dunia baru (new world order)?  Inilah faktanya,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update