Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Negara yang Menerapkan Sistem Ekonomi Islam Sesungguhnya Memiliki Kekuatan yang Mandiri

Jumat, 09 Mei 2025 | 09:38 WIB Last Updated 2025-05-09T03:58:46Z
TintaSiyasi.id -- Aktivis Muslim Malaysia, Ustaz Abdul Hakim Othman, menyatakan, umat Islam membutuhkan Negara Khilafah yang menerapkan sistem ekonomi Islam dan memiliki kekuatan mandiri agar bisa lepas dari tekanan ekonomi Amerika.

“Negara Islam yang akan menerapkan ekonomi Islam itu sesungguhnya memiliki kekuatan yang mandiri. Kalau negara Khilafah menerapkan sistem ekonomi Islam, maka akan memiliki kekuatan internal yang cukup kuat, yang tidak akan tertantang oleh siapa pun,” katanya dalam Kupas Tuntas bertajuk Perang Tarif: Bagaimana Sudut Pandang Islam di akun Facebook Jurucakap HTM, Jumat (18/4/2025).

Ia menjelaskan, kenaikan tarif yang dikenakan Amerika terhadap barang impor ke negaranya tidak akan memberi dampak atau tekanan terhadap negara khilafah karena pertama-tama, sistem ekonomi Islam menggunakan mata uang dinar.

"Mata uang dinar dan dirham adalah mata uang yang betul-betul punya kekuatan untuk melawan inflasi, mata uang yang betul-betul bernilai, mata uang yang betul-betul kuat, yang betul-betul kokoh, yang betul-betul stabil," terangnya.

Perekonomian negara khilafah juga kuat karena sebab yang kedua, yakni negara-negara Muslim memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah dan akan memberikan kekayaan yang luar biasa bagi negaranya.

"Jadi, bayangkan semua situasi yang terjadi, bagaimana mungkin negara Barat atau negara Timur dan negara kufur ini, bagaimana mungkin mereka menekan kita, bagaimana mungkin mereka menentukan nasib kita. Itu tidak mungkin lagi karena kita dapat menentukan nasib kita sendiri, kita dapat menjadi negara yang merdeka. Itu jika kita berada di bawah Khilafah," tegasnya.

Ia mengatakan, Malaysia tidak boleh terlibat dalam masalah tarif ini karena negara-negara Muslim tidak dapat memiliki hubungan dagang dengan Amerika yang jelas-jelas merupakan musuh Islam.

"Amerika tidak berperang dengan umat Islam, Amerika jelas-jelas membantu entitas Yahudi untuk berperang dengan umat Islam. Jadi Amerika sebenarnya jelas-jelas negara Darul Kufur, Darul Harbi Muharibah Fi'lan," imbuhnya.

Ia melanjutkan, negara Muslim dilarang mengadakan perjanjian perdagangan apa pun dengan Amerika Serikat. 

"Hukum kita dengan negara Darul Harbi Muharibah Fi'lan ini, hukum yang berlaku adalah hukum perang. Itu saja. Perang atau pun kalau mau membuat kesepakatan, kesepakatan gencatan senjata. Itu satu-satunya kesepakatan yang dibolehkan," terangnya.

Ia menekankan, Malaysia tidak akan mampu keluar dari masalah semacam ini sebelum keluar dari kepompong sistem ekonomi kapitalis. 

"Apa pun yang dilakukan negara besar terhadap perekonomian, akan berdampak pada negara kecil dan lemah seperti Malaysia. Jadi selama Malaysia menganut sistem ekonomi kapitalis, selama itu pula Malaysia sebenarnya tidak akan bisa keluar dari masalah," tegasnya.

Dikatakannya, perang tarif yang terjadi saat ini merupakan gejala kelemahan yang ada di kalangan umat Islam, dan ia mengajak umat Islam untuk menempuh jalan satu-satunya, yakni kembali kepada sistem Islam yang dijalankan oleh negara Khilafah.
 
"Tarif yang diberlakukan Trump adalah bukti betapa umat Islam sesungguhnya membutuhkan negara yang kuat, betapa umat Islam membutuhkan persatuan di bawah satu negara, betapa umat Islam membutuhkan khilafah," pungkasnya.[] Syamsiyah Jamil

Opini

×
Berita Terbaru Update