“Ada banyak
faktor kenakalan anak. Pertama, dan utama tentu ini menyangkut sistem
nilai yang dianut, diadopsi, dan dipahami oleh anak tersebut,” tuturnya dalam Focus to The
Point: Anak Nakal di Barak Militer, Solusi? di kanal Youtube UIY
Official, Rabu (14/05/2025).
Menurut UIY,
kenakalan remaja bukan lagi kenakalan ala remaja. “Kalau kita berbicara tentang
kenakalan remaja itu sudah bukan lagi kenakalan ala remaja, karena
perkelahiannya sudah dengan nuansa ingin membinasakan," ungkapnya.
Ia
menyebutkan bahwa persoalan ini disebabkan karena sistem nilai yang penuh
dengan masalah. “Jadi mesti dipahami
bahwa ini menyangkut sistem yang penuh dengan masalah," terangnya.
Cendekiawan
tersebut juga memaparkan faktor penyebab selanjutnya. “Kedua, akibat
nuansa kekerasan yang melingkupi dunia remaja hari ini, baik itu yang dia lihat
dari sosial media maupun dalam keseharian," sambungnya.
Ketiga,
persepsi yang salah mengenai anak di bawah umur. “Satu persepsi yang salah
selama ini bahwa mereka itu masih dianggap sebagai kanak-kanak yang sering
disebut dengan istilah di bawah umur. Padahal mereka itu sudah jauh di atas
umur dalam pengertian bahwa mereka itu sudah dewasa sesungguhnya,” ungkapnya.
“Apalagi
kalau kita menggunakan tolok ukur syariat. Batas dia mukalaf itu adalah ihtilam. Jadi ketika anak laki-laki
sudah mimpi basah, perempuan sudah haid, itu harus dianggap sebagai mukalaf.
ketika dia sudah dianggap sebagai mukalaf, maka mestinya dia harus menjadi
seorang yang bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan, ucapan maupun
tindakan," jelasnya.
Lebih lanjut,
UIY menuturkan, tidak ada hukuman yang setimpal bagi pelaku akibat persepsi
yang keliru tersebut. “Apalagi kemudian faktanya memang ketika dia melakukan
kejahatan bisa dimaafkan oleh karena masih di bawah umur. kemudian tidak ada
hukuman yang setimpal. Dia membunuh misalnya, tetapi dianggap sebagai anak di
bawah umur, maka tidak berjalan itu hukuman bagi orang dewasa yang
membunuh," tukasnya.
Terakhir, ia
menerangkan faktor-faktor tersebut harus dicari akar masalah dan solusinya.
“Ini
kekeliruan besar, saya kira faktor-faktor ini harus dikupas terlebih dahulu,
dicari akar masalah dan solusinya,” pungkasnya.[] Nurhidayah Gani