Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kenakalan Anak, UIY: Penyebab Pertama dan Utama Adalah Sistem Nilai yang Dianut

Selasa, 20 Mei 2025 | 07:32 WIB Last Updated 2025-05-20T00:35:53Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menuturkan bahwa penyebab kenakalan anak yang pertama dan utama adalah menyangkut sistem nilai yang dianut atau diadopsi anak tersebut.

 

“Ada banyak faktor kenakalan anak. Pertama, dan utama tentu ini menyangkut sistem nilai yang dianut, diadopsi, dan dipahami oleh anak  tersebut,” tuturnya dalam Focus to The Point: Anak Nakal di Barak Militer, Solusi? di kanal Youtube UIY Official, Rabu (14/05/2025).

 

Menurut UIY, kenakalan remaja bukan lagi kenakalan ala remaja. “Kalau kita berbicara tentang kenakalan remaja itu sudah bukan lagi kenakalan ala remaja, karena perkelahiannya sudah dengan nuansa ingin membinasakan," ungkapnya.

 

Ia menyebutkan bahwa persoalan ini disebabkan karena sistem nilai yang penuh dengan masalah.  “Jadi mesti dipahami bahwa ini menyangkut sistem yang penuh dengan masalah," terangnya.

 

Cendekiawan tersebut juga memaparkan faktor penyebab selanjutnya. “Kedua, akibat nuansa kekerasan yang melingkupi dunia remaja hari ini, baik itu yang dia lihat dari sosial media maupun dalam keseharian," sambungnya.

 

Ketiga, persepsi yang salah mengenai anak di bawah umur. “Satu persepsi yang salah selama ini bahwa mereka itu masih dianggap sebagai kanak-kanak yang sering disebut dengan istilah di bawah umur. Padahal mereka itu sudah jauh di atas umur dalam pengertian bahwa mereka itu sudah dewasa sesungguhnya,” ungkapnya.

 

“Apalagi kalau kita menggunakan tolok ukur syariat. Batas dia mukalaf itu adalah ihtilam. Jadi ketika anak laki-laki sudah mimpi basah, perempuan sudah haid, itu harus dianggap sebagai mukalaf. ketika dia sudah dianggap sebagai mukalaf, maka mestinya dia harus menjadi seorang yang bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan, ucapan maupun tindakan," jelasnya.

 

 

Lebih lanjut, UIY menuturkan, tidak ada hukuman yang setimpal bagi pelaku akibat persepsi yang keliru tersebut. “Apalagi kemudian faktanya memang ketika dia melakukan kejahatan bisa dimaafkan oleh karena masih di bawah umur. kemudian tidak ada hukuman yang setimpal. Dia membunuh misalnya, tetapi dianggap sebagai anak di bawah umur, maka tidak berjalan itu hukuman bagi orang dewasa yang membunuh," tukasnya.

 

Terakhir, ia menerangkan faktor-faktor tersebut harus dicari akar masalah dan solusinya.

 

“Ini kekeliruan besar, saya kira faktor-faktor ini harus dikupas terlebih dahulu, dicari akar masalah dan solusinya,” pungkasnya.[] Nurhidayah Gani

Opini

×
Berita Terbaru Update