Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kegagalan Hukum di Indonesia, UIY: LGBT Tidak Disebut sebagai Kejahatan

Sabtu, 10 Mei 2025 | 13:02 WIB Last Updated 2025-05-10T06:07:51Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan salah satu kegagalan hukum di Indonesia dengan tidak menyebut LGBT sebagai bentuk penyimpangan serta kejahatan.

 

"Ini menunjukkan kegagalan hukum dalam mencegah bahwa LGBT, misalnya sampai saat ini tidak pernah disebut sebagai suatu kejahatan. Jangankan kejahatan, penyimpangan pun tidak,” ucapnya di kanal YouTube UIY Official; Indonesia Darurat Kekerasan Seksual, Ahad (04/05/2025).

 

Alhasil, ia menilai dengan tidak tegasnya hukum terhadap LGBT mengakibatkan istilah lumrahisasi semakin meningkat. “Terlebih terhadap kasus kekerasan seksual yang tampak jelas hanya dihukum pidana ringan, kemudian juga mendapatkan remisi,” sesalnya.

 

"Sama halnya ketika orang juga melihat pemerkosa hanya dihukum sekian tahun, lalu mendapatkan remisi dan kemudian bebas. Jadi orang melihat seperti tidak ada risiko yang harus ditanggung oleh kekerasan seksual yang dia lakukan itu. Itu akan membuat lumrahisasi akan semakin meningkat," jelasnya.

 

Adapun, ia memandang korban kekerasan seksual kini tidak hanya terjadi pada perempuan melainkan juga laki-laki. Tampak beberapa anak laki-laki lebih banyak menjadi korban daripada anak perempuan di dalam pesantren.

 

"Mereka yang mestinya itu tidak melakukan (kekerasan seksual) karena dia dianggap sebagai orang yang mengerti betul makna dari takwa. Di dalam ketakwaan itu para ustaz, kiai, dan sebagainya, termasuk ada juga pendeta," ungkapnya.

 

UIY menjelaskan apabila diterapkan pendidikan seksual untuk anak-anak maka yang terpenting yakni menyangkut aturan bagaimana kehidupan ini harus diatur.

 

"Bagaimana naluri untuk tertarik kepada lawan jenis untuk memenuhi hasrat seksualnya disalurkan dengan benar. Dengan benar itu tidak berarti dengan lawan jenis itu benar, bisa salah. Apalagi dengan sesama jenis tidak pernah ada yang benar itu kalau seperti itu. Lawan jenis masih bisa benar masih bisa salah," terangnya.

 

"Jadi ini (kekerasan seksual) terjadi karena rapuhnya ketakwaan atau kontrol diri, puasa yang begitu rupa mestinya berpengaruh, kan? Tetapi ini negeri mayoritas Muslim yang puasa sudah puluhan tahun tapi penyimpangan tetap bisa dilakukan," pungkasnya.[] Taufan

Opini

×
Berita Terbaru Update