Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kecurangan UTBK: Cerminan Buruknya Akhlak dan Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

Sabtu, 03 Mei 2025 | 21:13 WIB Last Updated 2025-05-03T14:13:42Z

TintaSiyasi.id -- Dugaan kecurangan dalam pelaksanaan UTBK SNBT 2025 tengah menjadi sorotan publik. Panitia SNPMB menyatakan kekecewaannya dan mengecam tindakan tersebut karena dianggap mencederai nilai keadilan, kejujuran, dan integritas dalam seleksi nasional. Terkait isu soal bocor di media sosial, panitia menegaskan bahwa hal tersebut bukan kebocoran, melainkan ulah peserta yang merekam soal saat sesi pertama. Mereka juga memastikan setiap sesi memiliki soal yang berbeda, meskipun dilaksanakan pada hari yang sama.

Selain itu, panitia mengungkap munculnya modus kecurangan baru yang dilakukan oleh peserta, seperti menyembunyikan kamera kecil di behel gigi, kuku, ikat pinggang, atau kancing baju yang tidak terdeteksi metal detector. Panitia menegaskan bahwa kasus ini sedang dalam proses verifikasi dan investigasi lebih lanjut, dengan melibatkan berbagai pihak guna menjaga integritas seleksi nasional. (beritasatu.com, 24/04/2025)

KPK melalui Survei Penilaian Integritas (SPI) Pendidikan 2024 mengungkap masih tingginya praktik ketidakjujuran akademik di lingkungan pendidikan, termasuk perilaku menyontek di sekolah dan kampus. Dalam laporan bertajuk Indeks Integritas Pendidikan 2024, ditemukan bahwa hingga 98% mahasiswa di kampus terlibat dalam kecurangan akademik. Hal ini disampaikan oleh Deputi Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Dadan Wardana, dalam peluncuran indeks dan penandatanganan komitmen pendidikan antikorupsi. (Detik.com, 25/04/2025)

Pemanfaatan teknologi untuk melakukan kecurangan dalam UTBK SNBT 2025 menunjukkan buruknya akhlak dan lemahnya integritas calon mahasiswa. Ini menjadi bukti bahwa sistem pendidikan sekular saat ini telah gagal mencetak generasi yang jujur, bertakwa, dan memiliki kepribadian mulia. Survei dari KPK memperkuat kondisi ini, di mana banyak siswa dan mahasiswa mengakui pernah melakukan kecurangan seperti menyontek. Akar persoalan ini adalah sistem hidup kapitalistik yang menjadikan ukuran keberhasilan hanya pada capaian materi dan nilai ujian, bukan pada halal haram atau ridha Allah. Inilah buah dari sistem sekular yang memisahkan agama dari kehidupan.

Padahal Islam memiliki pandangan berbeda. Dalam Islam, standar keberhasilan adalah individu yang taqwa dan keridhaan Allah SWT. Islam menjadikan akidah sebagai dasar pendidikan dan memadukannya dengan pembentukan kepribadian Islam serta penguasaan ilmu dan keterampilan. 

Sistem pendidikan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah akan mencetak generasi unggul yang memiliki akhlak mulia, terikat pada syariat, menguasai teknologi, dan menjadikannya sebagai alat untuk meninggikan kalimat Allah SWT. 

Allah SWT berfirman, "Beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, dan merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams : 9–10).

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa yang menipu, maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim).

Islam tidak hanya melarang kecurangan, tapi membentuk sistem yang dapat mencegah terjadinya segala bentuk kecurangan dari akarnya. Sistem pendidikan Islam yang diterapkan dalam naungan Khilafah Islamiyah bersifat menyeluruh yaitu berasaskan akidah Islam, bertujuan membentuk kepribadian Islam, dan memadukan pembekalan ilmu syar’i dengan ilmu kehidupan yang dibutuhkan umat. Kurikulum dirancang untuk menanamkan ketakwaan, mengokohkan pola pikir dan pola sikap Islam, serta membangun keterampilan yang bermanfaat bagi peradaban Islam.

Pendidikan di bawah naungan khilafah tidak dikomersialisasi, melainkan menjadi hak seluruh rakyat. Negara menjamin pendidikan gratis bagi seluruh warganya, dari tingkat dasar hingga tinggi. Guru adalah pembimbing ruh dan akal anak-anak umat, bukan sekadar pengajar mata pelajaran. Negara juga akan menyeleksi guru dan pendidik dengan ketat, memastikan mereka memiliki akhlak dan keilmuan yang sesuai dengan Islam. Teknologi dan sains dikembangkan, tapi tetap dalam bingkai syariat, agar tidak digunakan untuk hal yang haram atau merusak umat.

Melalui sistem pendidikan Islam dalam khilafah, akan lahir generasi yang cerdas, berakhlak mulia, mencintai ilmu, dan senantiasa terikat dengan hukum Allah. Generasi seperti inilah yang mampu membawa perubahan hakiki dan membangun kembali peradaban Islam yang gemilang. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Yusniah Tampubolon
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update