TintaSiyasi.id -- Menanggapi kecelakaan kerja yang diterjadi di FPT Nikel jebol di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah tepatnya di KM 8 IMIP, yang menelan korban 3 pekerja tewas dan satu lainnya luka-luka, Analis Senior Pusat Kajian dan Analisa Data (PKAD) Fajar Kurniawan, mempertanyakan standar keselamatan kerja yang berlaku di sana.
"Pertanyaannya dimana standar keselamatan kerja mereka? Standar apa sih yang digunakan selama ini? Dimana tanggung jawab sosial perusahaan yang katanya modern dan berkelanjutan itu? Layakkah mengorbankan keselamatan pekerja demi mengejar keuntungan perusahaan?," ungkapnya di akun TikTok fajar.pkad, Kamis (1/5/2025).
Ia merasa miris dengan kecelakaan kerja itu, karena bukan kejadian yang pertama kalinya. Ada insiden maut di IMIP beberapa kali mulai dari ledakan tungku smelter, kebakaran, hingga kecelakaan kerja berulang semua sudah pernah terjadi lalu.
"IMIP bukan perusahaan kecil. Ini adalah kawasan industri raksasa yang menampung puluhan semelter nikel dan sekitar 100.000 pekerja bekerja di kawasan ini. Tetapi ironisnya fasilitas sekelas itu malah kecolongan dalam hal paling mendasar standar keamanan kerja," tambahnya.
Ia menyayangkan, kalau smelter itu mau disebut bagian dari masa depan hijau atau transisi energi global, maka standar keselamatannya juga level masa depan, bukan yang bikin nyawa pekerja jadi kolateral damage.
Ia memberikan saran kepada perusahaan tambang dan smelter. Pertama, audit ulang seluruh fasilitas limbah dan struktur kerja secara independen. Kedua, terapkan standar K3 internasional, bukan cuma formalitas diatas kertas
"Ketiga, libatkan Serikat pekerja dan pihak independen dalam penyusunan SOP tentang keselamatan kerja. Keempat, transparansi laporkan seluruh insiden dan rencana perbaikan secara terbuka ke publik," pungkasnya. [] Alfia Purwanti