Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Islam: Agama Fitrah yang Memuaskan Akal dan Menentramkan Jiwa

Minggu, 04 Mei 2025 | 10:14 WIB Last Updated 2025-05-04T03:16:37Z
TintaSiyasi.id -- Pendahuluan, dalam perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan pencarian makna, manusia selalu membutuhkan sandaran yang kokoh, pedoman yang lurus, serta cahaya yang membimbing langkah. Islam hadir sebagai agama yang bukan hanya sebuah sistem keyakinan, tetapi juga panduan sempurna yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Islam bukan hasil rekayasa manusia atau filsafat buatan akal, melainkan wahyu Ilahi dari Allah Yang Maha Besar. Oleh karena itu, Islam pasti memuaskan akal, sesuai dengan fitrah manusia, dan menenteramkan jiwa. Inilah ciri dari akidah yang shahih, keyakinan yang benar dan lurus.

1. Islam Memuaskan Akal
Salah satu keistimewaan Islam adalah keterbukaannya terhadap akal dan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an berkali-kali mengajak manusia untuk berpikir, merenung, dan menggunakan akalnya. Firman Allah:

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21).

Islam tidak mengajarkan dogma kosong atau kepercayaan buta. Ia datang dengan dalil yang jelas dan argumentasi yang rasional. Akidah Islam tidak bertentangan dengan akal sehat, bahkan sebaliknya, menguatkan dan menghidupkannya. Sebagai contoh, konsep ketauhidan (Keesaan Allah) adalah puncak rasionalitas. Ketika manusia menyadari bahwa segala sesuatu di alam ini berjalan dengan hukum yang teratur dan terarah, akal sehatnya akan membimbingnya kepada adanya satu Zat yang Maha Mengatur, yaitu Allah Swt.

2. Islam Sesuai dengan Fitrah Manusia
Fitrah adalah sifat dasar manusia yang bersih dan cenderung kepada kebaikan. Dalam Islam, fitrah merupakan anugerah Ilahi yang menuntun manusia untuk mengenal dan tunduk kepada Tuhan yang Esa. Rasulullah Saw. bersabda:
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim).

Islam tidak memaksa manusia menjadi sesuatu yang bertentangan dengan jati dirinya. Ajaran Islam justru menyatu dengan kebutuhan fitrah: cinta kepada keadilan, kasih sayang, kejujuran, dan penghambaan kepada Tuhan. Ketika manusia menjalankan Islam, ia sejatinya sedang kembali kepada dirinya yang asli, yang murni.

3. Islam Menenteramkan Jiwa
Di tengah kegelisahan zaman modern, banyak jiwa yang merasa kosong meskipun dikelilingi oleh kemewahan dan teknologi. Islam menawarkan ketenangan yang hakiki. Ketika seorang hamba mengenal Tuhannya, memahami tujuan hidupnya, dan menyandarkan segalanya kepada Allah, maka jiwanya akan damai.

Allah berfirman:
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28).

Shalat, dzikir, sabar, syukur, dan tawakal adalah ajaran Islam yang tidak hanya menyucikan ruhani, tetapi juga memberi ketenangan batin. Jiwa yang terhubung dengan Allah tidak mudah goyah oleh musibah dan tidak sombong oleh nikmat. Ketenangan yang ditawarkan Islam bukanlah semu, tetapi bersifat mendalam dan membentuk ketahanan spiritual yang luar biasa.

4. Tanda Akidah yang Shahih
Akidah yang benar memiliki tiga ciri utama:

Kebenaran dalilnya: Berdasarkan wahyu dan sesuai dengan akal yang lurus.

Kesesuaiannya dengan fitrah: Menguatkan potensi dasar manusia menuju kebaikan.

Dampaknya terhadap jiwa: Memberi rasa aman, arah hidup, dan kekuatan batin.

Akidah seperti inilah yang menjadi fondasi kokoh dalam kehidupan seorang Muslim. Ia menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi ujian, menjadi petunjuk dalam mengambil keputusan, dan menjadi cahaya yang menyinari perjalanan menuju akhirat.

Penutup: Saatnya Kembali kepada Islam yang Murni
Dalam menghadapi krisis moral, kebingungan ideologi, dan kegersangan spiritual dewasa ini, solusi satu-satunya adalah kembali kepada Islam yang murni, yang rasional, fitri, dan ruhani. Umat Islam harus memahami agamanya dengan ilmu, meyakininya dengan hati, dan mengamalkannya dengan istiqamah. Islam bukan sekadar warisan, tetapi kebenaran yang harus dipelajari, direnungi, dan dijalani.

Marilah kita jadikan Islam sebagai sumber ilmu, cahaya akal, pelipur jiwa, dan jalan keselamatan. Karena hanya Islam-lah agama yang menyatukan kebenaran akal, kesucian fitrah, dan ketenangan jiwa, sebagaimana firman Allah:
"Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran: 85).

Dr. Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual.  Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update