TintaSiyasi.id -- Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Randy Fine menyerukan agar Gaza “dibombardir dengan nuklir” seperti yang dilakukan di Hiroshima dan Nagasaki, dan menggambarkan perjuangan Palestina sebagai “kejahatan.”
Dalam wawancara dengan Fox News, Randy Fine dari Partai Republik ditanya tentang negosiasi gencatan senjata Gaza yang terhenti antara Hamas dan Israel, yang menurut laporan ia menjawab, "Satu-satunya akhir dari konflik ini adalah penyerahan diri sepenuhnya oleh mereka yang mendukung teror Muslim. Dalam Perang Dunia II, kita tidak menegosiasikan penyerahan diri dengan Nazi, kita tidak menegosiasikan penyerahan diri dengan Jepang. Kita menyerang Jepang dengan nuklir dua kali untuk mendapatkan penyerahan diri tanpa syarat. Itu harus sama di sini."(internasional.sindonews.com, 24/5/2025)
Sungguh biadab dan tidak berperikemanusiaan, usulan tersebut tentu saja membuat seluruh umat Islam geram. Bahkan dilansir dari antaranews.com (24/5/2025) Hamas mengecam keras pernyataan anggota Kongres AS Randy Fine yang menyerukan penggunaan bom nuklir di Jalur Gaza.
Menurut Hamas, pernyataan itu "hasutan" untuk melakukan genosida terhadap 2 juta lebih warga sipil Palestina disana. Seruan oleh politikus AS dari partai Republik itu dinilai Hamas melanggar hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa.
Hamas juga menyatakan bahwa seruan "mengerikan" itu tidak akan melemahkan perjuangan Palestina, tetapi "lagi-lagi mengungkap wajah asli" Israel dan "para pendukungnya."
Di tengah situasi yang semakin memburuk dan serangan hebat Israel yang telah berlangsung selama berbulan-bulan, alih-alih Amerika menghentikan kebiadaban Isra3l, namun Anggota Kongres AS justru mengusulkan membombardir Gaza dengan nuklir.
Semestinya sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa dunia yang dipimpin oleh sistem kapitalisme demokrasi saat ini gagal mewujudkan keamanan dan keadilan. Padahal slogan HAM, kedamaian, keadilan, keamanan, kemerdekaan terus-menerus didengungkan oleh sistem ini. Bahkan Amerika Serikat dan sekutunya pernah menyatakan komitmen melawan teroris sejak peristiwa 11 September 2001. Presiden George W. Bush mengatakan,
"Serangan itu terjadi di tanah Amerika, tetapi itu adalah serangan terhadap hati dan jiwa dunia yang beradab. Dan dunia telah bersatu untuk berperang dalam perang yang baru dan berbeda, yang pertama, dan kami harap satu-satunya, di abad ke-21. Perang melawan semua orang yang berusaha mengekspor teror, dan perang melawan pemerintah yang mendukung atau melindungi mereka."
Namun lucunya, mereka sama sekali tidak pernah menyatakan Zionis Isra3l sebagai teroris hingga detik ini. Padahal, perbuatan Zionis sudah tampak jelas terorisnya. Zionis berusaha merampas tanah kaum Muslim Palestina, mengusir penduduknya, menyiksa bahkan membantai warga sipil melalui serangan darat dan udara dengan sadis. Amerika Serikat justru menuduh Hamas sebagai teroris karena perlawanannya mempertahankan tanah kaum Muslim dan menghadapi kebrutalan Zionis.
Amerika Serikat dan sekutunya mengatakan komitmen menegakkan keadilan dan keamanan untuk umat manusia, namun itu semuanya hanyalah omong kosong belaka. Faktanya, Amerika Serikat justru memasok senjata, memasangkan iron dome bagi Zionis dan membiayai Zionis untuk menyerang Palestina. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Amerika Serikat beserta sekutu dan lembaga internasionalnya sama sekali tidak berpihak kepada kaum Muslim.
Parahnya, negeri-negeri Muslim dengan jumlah penduduk 2 milyar lebih seolah tak berdaya membela nasib tragis saudaranya di Palestina. Mereka tak lebih hanya sekedar mengeluarkan kutukan, kecaman dan ancaman kosong. Bahkan sekelas PBB saja tidak berkutik. Mereka hanya berkelit sudah berupaya dengan mengeluarkan resolusi-resolusi untuk menghentikan Zionis. Nyatanya, resolusi itu hanya sekedar tulisan di atas kertas. Bahkan isinya seringkali merugikan kaum Muslim, seperti resolusi dua negara misalnya.
Berbagai diplomasi juga tidak memberikan tekanan politik sama sekali kepada Zionis untuk menghentikan serangan mereka terhadap Palestina. Sungguh, ketidakberdayaan para pemimpin dunia dan lembaga-lembaga internasional membuktikan bahwa kapitalisme demokrasi yang diterapkan hari ini gagal mewujudkan keamanan dan keadilan bagi kaum Muslim.
Jihad dan Khilafah Solusi Palestina
Tak ada solusi lain melawan penjajahan Zionis Isra3l yang didukung AS dan sekutunya selain jihad fi sabilillah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 191,
وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ ۚ وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَٰتِلُوهُمْ عِندَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ حَتَّىٰ يُقَٰتِلُوكُمْ فِيهِ ۖ فَإِن قَٰتَلُوكُمْ فَٱقْتُلُوهُمْ ۗ كَذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلْكَٰفِرِينَ
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
Islam tidak pernah mengajarkan diplomasi untuk melawan penjajah kafir _harbi fi'lan_ seperti Zionis dan Amerika Serikat. Hubungan dengan mereka hanya satu, yaitu perang. Namun solusi ini tidak pernah sedikitpun ditunjukkan oleh penguasa Muslim. Sebab, mereka tersandera politik oleh Amerika Serikat.
Melalui sistem demokrasi, Amerika Serikat mengendalikan penguasa negeri Muslim untuk menempuh jalur diplomasi jika mereka ingin berpartisipasi membela Palestina. Sikap demikian diklaim Amerika Serikat lebih bermartabat dan menjaga kedamaian. Padahal, upaya diplomasi sejatinya tidak lain adalah strategi Barat yang sengaja didoktrinkan kepada umat Islam untuk mematikan semangat jihad.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS Al-Baqarah: 120).
Atas dasar inilah, umat Islam harus dicerdaskan melalui aktivitas dakwah yang mampu membangkitkan pemikiran. Karena begitu pemikiran mereka bangkit, maka kaum Muslim akan mampu melihat akar masalah di balik solusi dua negara, gencatan senjata di Palestina maupun dalam banyak perkara lain yang melibatkan Zionis Isra3l. Untuk itu, umat memerlukan kehadiran sebuah kelompok dakwah Islam ideologis yang membina dan memimpin mereka menuju kebangkitan pemikiran tersebut sehingga umat tidak mudah dibodohi oleh tipu daya kaum kafir. Sebaliknya, umat Islam senantiasa mampu mencari dan memberi solusi hakiki bagi seluruh problematik, baik perihal Palestina maupun perkara lainnya.
Oleh karena itu, umat Islam harus meninggalkan demokrasi dan menyadari urgensi menghadirkan solusi hakiki, yaitu perlawanan dengan jihad fi sabilillah sebagaimana perintah syariat yang tertuang dalam Al-Quran surah Al-Baqarah Ayat 191 dan jihad fi sabilillah dengan mengirimkan tentara dibawah komando khalifah yang akan membebaskan Palestina. Karena hanya Daulah Khilafah yang dapat memobilisir semua kekuatan tentara Islam dari segala penjuru dunia. []
Nabila Zidane
(Jurnalis)