TintaSiyasi.id -- Merespons fenomena "Walid" yang terjadi lagi dan lagi di Pesantren, seperti yang teranyar pimpinan Pesantren di Lombok Barat diduga telah melecehkan puluhan santri, Forum Tabayyun Kiai Abu Inas menegaskan, selama hukum Allah belum diterapkan, para predator seksual akan terus bermunculan.
"Selama hukum Allah belum diterapkan, para predator seksual akan terus bermunculan," ungkapnya di kanal YouTube Khilafah News: Walid di Pesantren, Ada?, Rabu (7/5/2025).
Ia menyesalkan sekaligus mengutuk perbuatan tersebut karena pimpinan pesantren yang seharusnya melindungi dan mendidik, malah tega berbuat hal yang sangat keji. Menurutnya, inilah yang terjadi jika negeri ini hanya menerapkan ajaran Islam secara parsial atau tidak mencakup segala aspek kehidupan.
"Kita belum sampai pada tahapan dimana ajaran Islam itu benar-benar diterapkan secara sosial dan dalam sistem kenegaraan. Islam itu baru pada tataran dilaksanakan oleh individu sehingga ketika ada penyimpangan yang dilakukan oleh individu maka secara sosial dan kenegaraan perbuatan tersebut tidak bisa ditindak dengan menggunakan nilai-nilai Islam," paparnya.
Ia juga menilai, saat ini predator seksual tidak hanya ada di pesantren, melainkan di semua lini berpotensi menjadi pelaku pelecehan, seperti kalangan dokter, buruh, guru, dan sebagainya. Ia juga menyoroti soal hukuman yang dikenakan kepada para pelaku, mestinya sesuai syariat Islam hingga menimbulkan efek jera.
"Kalau kita merujuk pada Al-Qur'an, hadis Nabi, dan apa yang pernah dilakukan Rasulullah dan para khalifah sesudahnya, maka hukuman yang paling layak untuk diterapkan agar menimbulkan efek jera di kemudian hari, itu haruslah sesuai dengan tindakan masing-masing perbuatan, sesuai dengan hukum Islam," jelasnya.
Bila merujuk pada syariat, lanjutnya, jika pelakunya telah menikah maka Islam menetapkan hukum rajam sampai mati dan dicambuk 100 kali untuk pelaku yang belum menikah.
"Hukum Allah inilah yang akan menciptakan keadilan dan keamanan di dalam hubungan antarmanusia, apalagi hubungan antara laki-laki dan perempuan," paparnya.
Ia menuturkan, saat ini dunia tidak sedang memakai hukum Allah, melainkan memakai hukum buatan manusia yang berlandaskan sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), walhasil, nilai agama atau moral hanya ada pada nasihat serta imbauan, tidak benar-benar mengejawantah dalam kehidupan.
"Karenanya, hukum Allah harus diterapkan. Dan ini memerlukan perjuangan dan dakwah yang dilakukan oleh semua elemen kaum Muslimin," tandasnya. []Tenira