Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dakwah sebagai Poros Kehidupan bagi Seorang Mukmin

Senin, 26 Mei 2025 | 12:19 WIB Last Updated 2025-05-26T05:19:47Z

TintaSiyasi.id -- "Katakanlah: Inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, aku dan orang-orang yang mengikutiku..."
(QS. Yusuf: 108)

Dalam kehidupan seorang mukmin, dakwah bukanlah sekadar aktivitas sambilan atau sekadar tugas segelintir ustaz dan dai. Dakwah adalah napas ruhani yang menyuburkan iman, poros utama yang menggerakkan langkah hidup seorang hamba menuju keridaan Allah SWT. Dakwah adalah cinta yang hidup, mengalir dalam darah setiap jiwa yang merasakan nikmatnya hidayah dan ingin membaginya dengan dunia.

Dakwah: Wujud Syukur dan Cinta

Seorang Mukmin yang merasakan manisnya iman pasti menyadari bahwa hidayah adalah anugerah terbesar. Maka bentuk syukur atas nikmat tersebut bukan hanya dengan menjaga iman, tetapi juga menyebarkannya. Rasulullah SAW bersabda:

> “Sampaikan dariku walau satu ayat.”
(HR. Bukhari)

Ini bukan sekadar ajakan, tetapi amanah. Bila cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tumbuh dalam hati, maka dakwah menjadi konsekuensi logis dari cinta itu. Ia tak bisa hanya diam ketika melihat kebodohan, kemaksiatan, dan penyimpangan merajalela. Ia akan terpanggil untuk menjadi cahaya di tengah kegelapan.

Dakwah: Jalan Hidup Para Nabi dan Pewarisnya

Dakwah adalah profesi para nabi. Mereka diutus bukan untuk mencari kekayaan atau kekuasaan, melainkan untuk menuntun manusia kembali kepada fitrah. Maka ketika seorang Mukmin menjadikan dakwah sebagai poros kehidupannya, ia sejatinya sedang menapaki jejak kenabian.

> "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah..."
(QS. Fussilat: 33)

Orang-orang yang menjadikan dakwah sebagai pusat kehidupannya akan senantiasa berpikir: Bagaimana hari ini aku bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain? Entah dengan lisan, tulisan, akhlak, atau amal nyata, dakwah adalah ruh yang menghidupkan setiap langkah.

Dakwah: Jalan Tersulit yang Paling Mulia

Menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan tidak berarti hidup menjadi mudah. Justru jalan ini penuh tantangan. Ujian, cemooh, bahkan pengkhianatan bisa menjadi harga yang harus dibayar. Tapi dalam kepedihan itu, ada kemuliaan yang tak tertandingi: dimasukkan Allah ke dalam barisan pejuang agama-Nya.

Dakwah bukan hanya aktivitas luar, tetapi juga perjuangan batin. Mengajak orang lain sembari terus memperbaiki diri. Meluruskan niat agar dakwah bukan demi popularitas, tapi demi keridaan Allah semata.

Dakwah: Menghidupkan Umat, Meneguhkan Komitmen

Ketika seorang Mukmin menjadikan dakwah sebagai poros hidupnya, ia tidak akan mudah goyah oleh godaan dunia. Hidupnya punya arah. Ia menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari kerusakan. Ia menjadi penyambung rahmat, bukan penyebar fitnah.

Dakwah menjadikan seseorang selalu terhubung dengan Allah. Sebab ia tahu, kekuatan dakwah bukan pada kefasihan lisan atau strategi pemasaran, tetapi pada ketulusan hati dan keberkahan niat.

Penutup: Poros Hidup yang Tidak Akan Rugi

Hidup hanya sekali. Maka hendaknya ia dihabiskan dalam jalan yang paling mulia: dakwah ilallah. Biarlah tubuh lelah, asal jiwa tidak gersang. Biarlah nama tak dikenal, asal Allah tahu bahwa kita telah berusaha menjadi penyeru-Nya.

Sebagaimana bumi berputar pada porosnya, maka hidup seorang Mukmin pun harus berputar pada poros dakwah. Karena dari situlah keberkahan akan mengalir—di dunia dan di akhirat.

"Barang siapa mengajak kepada petunjuk, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun."
(HR. Muslim)

Oleh. Dr. Nasrul Syarif M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual.Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo, 22 Mei 2025 di Masjid Raya Kota Mataram NTB)

Opini

×
Berita Terbaru Update