TintaSiyasi.id-- Di tengah gemuruh dunia yang terus berputar, kita kembali menoleh ke belakang—memandang jejak langkah Rasulullah, para sahabat, dan para sholihin. Mereka bukan manusia biasa. Mereka adalah cahaya yang berjalan di atas bumi. Tapi bukan karena nama besar atau keturunan mulia, melainkan karena hati mereka yang dibakar iman dan langkah mereka yang dirangkai dengan pengorbanan.
Mengapa mereka layak dimenangkan?
Karena mereka tidak menjadikan dunia sebagai tujuan.
Karena mereka bersujud saat dunia tertidur.
Karena mereka berdiri tegak saat semua memilih duduk.
Karena mereka tetap mencintai Allah saat seluruh dunia membencinya.
Rasulullah berdiri sendirian di Mekkah, disakiti, dihina, bahkan hendak dibunuh. Tapi beliau tidak menyerah. Bukan karena beliau tak kenal takut, tapi karena beliau mengenal Allah.
Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya untuk Islam, tanpa menoleh ke belakang.
Bilal disiksa di padang pasir, tapi yang keluar dari lisannya hanya satu kalimat: "Ahad… Ahad…"
Umar bin Khattab mengayunkan pedangnya bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menjaga kebenaran tetap hidup.
Mereka adalah manusia-manusia yang menang—karena sebelum mereka ditolong oleh Allah, mereka telah menolong agama-Nya dengan segenap jiwa dan raga.
> "Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."
(QS. Muhammad: 7)
Lalu kita?
Apakah kita masih berbaring di atas kasur keinginan duniawi, sambil berharap kemenangan seperti mereka?
Apakah kita masih ragu untuk melangkah, sementara mereka telah berlari tanpa pamrih?
Wahai jiwa yang letih,
Bangkitlah.
Berjuanglah bukan karena ingin menang,
Tapi karena engkau tahu bahwa Allah melihat dan mencatat setiap tetes peluhmu.
Hari ini bukan tentang seberapa jauh kita dari kesempurnaan,
Tapi seberapa besar hasrat kita untuk mendekat dan memperjuangkannya.
Karena kemenangan sejati,
Bukan saat dunia bersorak memanggil namamu,
Tapi saat Allah menyebutmu di langit sebagai hamba-Nya yang pantas ditolong.
Pertanyaan ini menyentuh inti dari spiritualitas Islam: mengapa Allah menolong dan memenangkan hamba-hamba-Nya yang sholeh?
1. Keimanan yang sempurna
Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang sholeh memiliki iman yang kokoh, tidak goyah dalam keadaan apapun. Mereka benar-benar menjadikan Allah sebagai tujuan hidup, bukan dunia. Allah berfirman:
> "Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (kiamat).”
(QS. Ghafir: 51)
2. Ketulusan (ikhlas) dalam amal
Mereka beramal hanya karena Allah, bukan untuk pujian manusia. Keikhlasan inilah yang membuat amal mereka penuh berkah dan berbuah kemenangan, karena Allah menolong orang-orang yang tulus dalam berjuang.
3. Ketaatan total pada wahyu
Rasulullah dan para sahabat tidak mengikuti hawa nafsu. Mereka hidup berpegang teguh pada petunjuk Allah. Ketaatan ini menjadi sebab turunnya pertolongan ilahi.
4. Kesabaran dalam ujian
Pertolongan Allah selalu datang kepada mereka yang sabar. Para sahabat diuji dengan derita, kehilangan, bahkan nyawa. Namun, mereka tetap teguh. Allah berfirman:
> “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)
5. Pengorbanan total untuk agama
Orang-orang sholeh rela meninggalkan kenyamanan dunia demi menegakkan kalimat Allah. Semakin besar pengorbanan, semakin besar pula pertolongan dari Allah.
6. Doa yang tidak terputus
Mereka adalah ahli munajat. Dalam kesendirian malam, mereka menangis di hadapan Allah. Doa-doa mereka dikabulkan, karena hati mereka bersih dan penuh yakin kepada-Nya.
Kesimpulan:
Allah menolong mereka bukan semata karena kedudukan, tetapi karena iman, keikhlasan, sabar, dan pengorbanan yang luar biasa. Itulah sebabnya mereka layak dimenangkan.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen pascasarjana UIT Lirboyo)