TintaSiyasi.id-- Di antara mutiara hikmah yang keluar dari lisan para wali Allah, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ada satu nasihat yang begitu sederhana namun mengguncang kesadaran:
"Jangan bersandar pada dunia, karena ia fana. Sandarkan hatimu kepada Allah, karena Dia kekal dan tak pernah mengecewakan."
Kalimat ini tidak sekadar ajakan untuk zuhud, tetapi juga petunjuk agar kita tidak terjebak dalam ilusi duniawi yang menipu. Dunia ini hanyalah bayangan yang akan sirna, sedangkan Allah adalah tujuan abadi yang tak tergoyahkan.
Fana dan Kekal: Dua Realitas yang Tak Bisa Disamakan
Dunia menawarkan banyak hal—kenikmatan, harta, kekuasaan, pengakuan. Namun semuanya bersifat sementara. Ketika seseorang menggantungkan kebahagiaannya pada sesuatu yang bisa lenyap kapan saja, ia sedang menanam benih kekecewaan.
Berbeda dengan Allah ﷻ, Zat Yang Maha Hidup, Maha Kekal, dan Maha Mengetahui isi hati manusia. Hanya kepada-Nya tempat kembali, tempat bersandar yang sejati. Hanya ketika hati bergantung kepada-Nya, jiwa menemukan ketenteraman hakiki.
Zuhud Bukan Menolak Dunia, Tapi Menempatkannya di Tangan, Bukan di Hati
Syekh al-Jailani tidak mengajak manusia untuk meninggalkan dunia secara fisik, melainkan untuk tidak menjadikannya sebagai poros hidup. Zuhud bukan berarti hidup miskin, tetapi memiliki dunia tanpa diperbudak oleh cinta padanya.
"Kapan pun engkau merasa sedih karena kehilangan sesuatu dari dunia, itu tanda bahwa engkau masih bergantung padanya," demikian salah satu inti pesan spiritual beliau.
Buah dari Tawakal dan Pasrah
Ketika kita melepaskan ketergantungan dari dunia dan menggantinya dengan tawakal kepada Allah, kita akan mendapatkan kelapangan jiwa yang tidak tergantung pada situasi. Tidak mudah kecewa, tidak mudah risau.
Orang yang bersandar kepada Allah akan tenang saat diberi, dan tetap ridha ketika diuji. Sebab ia tahu, semua dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Penutup: Saatnya Menata Sandaran Hati
Di tengah gemerlapnya dunia modern yang membius, nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani menjadi cahaya penuntun. Mari kita bertanya pada diri sendiri: Kepada siapa hatiku bersandar? Apakah pada sesuatu yang kekal, atau yang fana?
Jika jawabannya belum pada Allah, maka saatnya kita menata ulang sandaran hati. Sebab hanya Dia yang layak menjadi tempat bersandar, sebab hanya Dia yang tak akan pernah mengecewakan. []
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.