TintaSiyasi.id—Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan bahwa kesalahan dalam memposisikan siapa musuh umat Islam akan berakibat fatal, sehingga penjajah dianggap sebagai kawan sementara pejuang syariah dianggap musuh.
"Inilah kesalahan mendasar dalam menentukan siapa yang menjadi musuh sejati. Akibatnya fatal. Penjajah dianggap sebagai kawan sementara yang memperjuangkan tegaknya syariah yang sejatinya untuk kebaikan negeri ini malah dianggap musuh," ujarnya dalam kanal YouTube Khilafah News dengan judul "Amerika Musuh Besar Umat Islam?" pada Rabu (26-2-2025).
Ia menjelaskan bahwa dalam konteks global, persoalan siapa musuh sejati umat Islam adalah dengan merujuk kepada syariat Islam yakni negara yang secara nyata memerangi umat Islam.
"Dalam konteks global saat ini, sangat nyata bahwa Amerika adalah musuh terbesar dan sejati umat Islam. Siapapun negara yang membunuh umat Islam, menduduki negeri Islam, dan memberi jalan kepada genosida terhadap umat Islam masuk dalam kategori negara yang dalam fikih disebut muhariban fi’lan, yaitu negara yang secara nyata memerangi umat Islam," katanya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa posisi Amerika sebagai musuh yang nyata tidak boleh ada hubungan dalam bentuk apapun dengannya.
"Sebagai musuh yang nyata memerangi umat Islam, hubungan dengan Amerika adalah hubungan perang (al-alaqatul harbiah) dan tidak boleh ada hubungan dalam bentuk apapun bagi negara semacam ini, baik berkaitan ekonomi, politik, budaya, diplomasi, ataupun perdagangan."
Ia juga menyatakan bahwa selain Amerika, negara imperialis lainnya seperti Inggris dan Perancis merupakan negara yang masuk dalam kategori muhariban fi’lan, yang telah bersekutu memerangi umat Islam.
"Amerika dan negara imperialis lainnya seperti Inggris, Perancis merupakan negara yang masuk dalam kategori muhariban fi’lan. Mereka telah bersekutu untuk memerangi umat Islam, menduduki negeri Islam di Irak, Afghanistan, maupun di Suriah.
"Mereka juga menjadi pendukung kuat rezim-rezim represif di dunia Islam yang telah membunuh dan menyiksa rakyatnya sendiri sebagai bentuk pelayan mereka kepada negara-negara imperialis," ujarnya.
Ia membeberkan bagaimana Trump melakukan propaganda dengan menyatakan Gaza hancur akibat bencana alam dan akan memberlakukan wilayah Palestina sebagai proyek investasi daerah wisata tanpa mempedulikan bahwa Palestina adalah milik umat Islam.
"Presiden gila ini memposisikan Gaza hancur akibat bencana alam, padahal Amerikalah yang paling bertanggung jawab terhadap penghancuran Gaza ini."
"Trump merencanakan mengusir jutaan penduduk Gaza ke Yordania dan Mesir secara terbuka, menyatakan niat menguasai Gaza dan menjadikannya proyek investasi dengan menjadikan daerah wisata dan tidak peduli Palestina adalah milik umat Islam dan tanah itu adalah tanah yang diberkahi," tambahnya.
Ia menyatakan bahwa penduduk Gaza adalah hamba Allah yang terpilih, dan perjuangan mereka adalah masalah hidup dan mati. "Kita yakin dengan keimanan penduduk Gaza yang telah teruji, hamba Allah yang telah terpilih, yang akan menunjukkan perlawanan mereka terhadap keinginan Trump, dan ancaman-ancaman seperti ini tak berarti bagi mereka yang telah mengabdi diri kepada Allah dan menjadikan perjuangan mereka sebagai masalah hidup dan mati, yang menginginkan kemenangan atau kesyahidan," tuturnya.
Ia dengan optimis mengatakan bahwa ini adalah kesempatan emas bagi panglima perang untuk mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah SWT dengan membebaskan tanah Palestina yang diberkahi. "Tentu sudah seharusnya para panglima Islam negeri-negeri Islam yang tubuhnya mengalir darah Umar al-Khattab ra, Khalid bin Walid ra, dan Salahuddin al-Ayubi harus bergerak meninggalkan penguasa pengkhianat ini," jelasnya.
"Ini adalah kesempatan emas bagi panglima perang untuk mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT dengan menggerakkan pasukan membebaskan tanah Palestina yang diberkahi," pungkasnya. []Rahmah