Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sebelum Lepas dari Khilafah Utsmani, Negeri Islam Sudah Proses...

Minggu, 16 Maret 2025 | 11:44 WIB Last Updated 2025-03-16T04:45:02Z
TintaSiyasi.id -- Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Anwar mengatakan sebelum lepas dari Khilafah Utsmani, negeri-negri Islam sudah proses kelahiran Nasionalisme yang dibidani negara-negara Barat.

"Sebelum lepas dari Utsmani (Khilafah Utsmani) mereka (negara Islam) sudah proses kelahiran nasionalisme, itu memang sudah dibidani oleh negara-negara Barat," ujarnya di kanal YouTube One Ummah TV, Ramadhan dan Pembebasan Palestina, Ahad (9/3/2025).

Setelah mereka lahir, kata Hasbi, mereka dirawat dibesarkan sampai hari ini, dan kemudian mereka sudah terikat. Hal ini lah yang membuat Timur Tengah tidak bisa lepas daei pengaruh negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS). 

Ia menjelaskan ketergantungan negara Islam dengan Barat bermula sejak awal konspirasi keruntuhan Khilafah Utsmani tahun 1924. Setelah Utsmani runtuh, negara-negara Islam mulai dipetakkan oleh Inggris, Perancis dan Italia.

"Dan mereka sudah mengambil bagian mereka masing-masing disetiap wilayah negara islam. Pendekatan yang dilakukan dengan cara politik termasuk dengan bantuan-bantuan ekonomi, teknologi dan sebagainya. Termasuk cultural melalui beasiswa-beasiswa," terangnya.

Lebih lanjut, ia katakan, sebelum runtuhnya Khilafah Utsmani, negara Barat juga melakukan pendekatan dengan cara cultural pemikiran. Setelah Utsmani runtuh, anak-anak muda Arab banyak diberikan beasiswa ke Eropa dan Amerika, ketika kembali kemudian menyebarkan gagasan-gagasan sekuler dan liberal. 

"Dan itu yang membuat akhirnya negara-negara Timur Tengah tidak bisa lepas dari Amerika dan Eropa. Ditambah lagi Amerika selain melakukan pendekatan-pendekatan ekonomi misalnya termasuk politik juga," ungkapnya.

Ia membeberkan pendekatan politik yang dilakukan AS berupa sebuah proyek, yakni proyek terkait kontra terorisme atau ancaman Iran serta Sadam Husein. Dan berbagai propaganda, sehingga negara-negara Arab berkenan menjadikan wilayahnya untuk digunakan sebagai pangkalan militer AS.

"Kalau misalnya ada rezim melenceng dari garis politik Barat itu mereka pasti akan digebukin sama dengan Libia, sama dengan Sadam Husen, sama dengan Hamas, sama dengan Muhammad Mursi. Jadi memang Barat mengontrol penuh timur tengah dengan cara mendukung dan mengkondisikan negara timur tengah atau pemimpin timur tengah adalah pemimpin yang bisa menjadi boneka barat atau Amerika," jelasnya.

Terlebih, ia melihat AS tidak memerlukan sistem demokrasi layaknya Indonesia untuk mengendalikan negara Timur Tengah. Demokrasi menjadi boomerang yang dapat merugikan AS apabila diterapkan di Timur Tengah. 

"Jadi mereka tidak peduli Timur Tengah mau demokrasi atau tidak karena kalau Timur Tengah demokrasi malah bahaya buat barat, jadi boomerang karena aspirasi dari masyarakat timur tengah adalah mereka ingin dipimpin oleh Islam," 

Ia menerangkan beberapa kali pemilu demokrasi diadakan di Timur Tengah namun hasilnya yang menang kelompok-kelompok Islam. Sehingga, hasil demokrasi di Timur Tengah tidak menguntungkan AS. 

"Hamas pernah menang mengalahkan Fattah tapi dihapuskan, kemudian Ikhwanul Muslimin juga sama, partai Nahda di Tunisia kemudian dihapuskan juga dan banyak lagi. Sementara Amerika menginginkan timur tengah dipimpin oleh rezim-rezim yang mau mengabdi untuk kepentingan AS," tutupnya.[] Taufan

Opini

×
Berita Terbaru Update