Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menjadi Influencer Kebaikan Adalah Bentuk Berpikir tentang Tanggung Jawab

Kamis, 20 Maret 2025 | 19:07 WIB Last Updated 2025-03-20T12:24:59Z
TintaSiyasi.id -- Khadim Ma’had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman menjelaskan bahwa menjadi influencer kebaikan itu adalah bentuk berpikir tentang tanggung jawab.

"Menjadi influencer kebaikan itu bukan saja untuk diri kita tetapi itu adalah bentuk tafkhiri fil masuliyah (bentuk berpikir tentang tanggung jawab) karena kita hidup bukan hanya untuk kita," katanya di kanal YouTube One Ummah bertajuk Menjadi Influencer Kebaikan, Jumat (14/3/25).

Lebih lanjut ia mengatakan, umat Islam itu adalah umat terbaik, umat yang dilahirkan untuk seluruh umat manusia. "Sampaikanlah dariku (Muhammad) meskipun kamu hanya tahu satu ayat. Menyampaikan satu ayat dalam hadis ini menjelaskan pada kita tentang betapa pentingnya kita menjadi influencer kebaikan," bebernya.

Ia mengatakan, apabila seseorang sudah memahami eksistensinya sebagai umat terbaik, risalahnya sebagai risalah terbaik, maka dia memiliki tanggung jawab bukan saja terhadap dirinya, bukan saja terhadap keluarganya, tetapi terhadap umat. Terhadap seluruh umat manusia. Itulahlah hakekatnya ketika Allah menyatakan bahwa umat Islam adalah umat terbaik.

"Kita sudah memahami eksistensi kita, kita memahami bagaimana makanah (kedudukan risalah Islam) yang begitu luar biasa. Maka mestinya ada kesadaran, ada tanggung jawab yang harus kita miliki tentang hidup kita. Bahwa kita tidak hanya sekedar hidup untuk diri kita tetapi kita hidup untuk agama kita, kita hidup untuk umat kita," terangnya.

Disitulah, lanjut dia tanggung jawab tadi mengantarkan untuk melaksanakan tugas menjadi di influencer kebaikan. Mengajak orang lain, menjelaskan kepada orang lain. Mendakwahkan islam sebagai agama yang sempurna.

"Dan ketika ada upaya-upaya untuk mendeskreditkan Islam, maka kemudian kita melakukan pembelaan tanpa ada yang meminta ketika ada yang menyudutkan ada yang melakukan glorifokasi bahkan monsterisasi terhadap Islam," ujarnya.

Menurutnya, ketika melakukan pembelaan tanpa diminta, itu semuanya adalah bentuk tafkir fil masuliyah (berpikir tentang tanggung jawab) yang menjadi kewajiban kita sebagai umat Islam, umat terbaik, sebagai umat Baginda Rasulullah Saw.

"Jika tidak, kata Buya Hamka maka taubatnya kita seperti bunga bangkai dan bukan manusia. Karena kita tahu ketika agama kita diinjak kita tidak melakukan pembelaan apapun," tandasnya.[] Munamah

Opini

×
Berita Terbaru Update