TintaSiyasi.id— Sobat. Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah, karena kasih sayang dan ampunan-Nya lebih luas daripada kesalahan dan dosa kita. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
۞قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
"Katakanlah, 'Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.'" (QS. Az-Zumar (39): 53)
Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya bahwa Allah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang dan sangat luas rahmat dan kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya yang beriman, akan mengampuni segala dosa yang telah terlanjur mereka kerjakan seperti meninggalkan perintah-Nya atau mengerjakan larangan-Nya apabila benar-benar tobat dari kesalahan mereka. Banyak orang yang menyangka bahwa karena dosanya telah bertumpuk-tumpuk, tidak akan diampuni Allah lagi. Jadilah ia seorang yang berputus asa terhadap ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya.
Dunia sudah menjadi gelap menurut pandangannya karena selama ini dia tidak mengindahkan ajaran-ajaran agamanya dan selalu membelakangi petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya. Hatinya sudah penuh diliputi kekotoran dan kedurhakaan, tak tampak lagi olehnya jalan kebenaran dan kebaikan yang akan ditempuhnya. Dia telah dibingungkan oleh rasa putus asa dan tak ada harapan yang tampak olehnya untuk kembali dari kesesatan dan kemaksiatan yang selalu diperbuatnya. Tetapi Allah, meskipun besar dosa hamba-Nya, Dia tetap mengasihi dan menyantuninya dan melarangnya berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang-Nya, Dia tetap memandangnya sebagai hamba-Nya yang berhak menerima kasih sayang-Nya itu apabila ia telah menginsyafi kesalahannya dan memohon ampun kepada-Nya. Jangankan untuk orang-orang yang beriman, untuk orang-orang musyrik pun masih terbuka pintu tobat apabila mereka masuk Islam dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas bahwa banyak di antara orang-orang musyrik yang telah banyak melakukan pembunuhan dan sering berzina datang kepada Nabi Muhammad. Mereka berkata kepadanya,
"Sesungguhnya apa yang engkau serukan kepada kami adalah baik. Dapatkah engkau terangkan kepada kami bahwa yang kami kerjakan dahulu itu akan diampuni-Nya."
Nabi menjawab dengan membacakan firman Allah:
Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Furqan/25: 68-70)
Dalam hadis Nabi saw juga dijelaskan:
Diriwayatkan dari 'Amr bin 'Anbasah bahwa telah datang menemui Nabi saw seorang yang telah tua bangka bertelekan di atas tongkatnya dan berkata kepada beliau, "Hai Rasulullah, saya banyak mengerjakan kesalahan dan maksiat. Apakah mungkin kesalahan itu diampuni?" Nabi saw menjawab, "Apakah engkau telah mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah?" Orang tua itu menjawab, "Benar, bahkan aku mengakui bahwa engkau utusan Allah." Rasulullah saw menegaskan, Allah mengampuni semua kesalahan dan maksiat yang telah engkau lakukan itu." (Riwayat A.hmad)
Hadis-hadis tersebut menegaskan bahwa Allah mengampuni semua kesalahan bagaimanapun besar dan banyaknya, bila seseorang itu benar-benar bertobat dengan setulus hati, berikrar tidak akan kembali melakukan kesalahan, dan akan tetap melakukan amal saleh. Hamba Allah tidak boleh berputus asa terhadap ampunan, rahmat, dan kasih sayang-Nya, karena pintu rahmat-Nya terbuka seluas-luasnya bagi orang yang bertobat, sebagai ditegaskan dalam firman-Nya:
وَمَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا أَوۡ يَظۡلِمۡ نَفۡسَهُۥ ثُمَّ يَسۡتَغۡفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا
Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (an-Nisa'/4: 110)
Setelah melarang hamba-Nya berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah mendorong hamba-Nya agar segera meminta ampun dan bertobat kepada-Nya atas segala ketelanjuran dan kesalahan yang telah dilakukan. Allah juga menegaskan bahwa Dia mengampuni segala dosa kecuali dosa syirik sebagai tersebut dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisa'/4: 48)
Memang besar dan luas rahmat Allah terhadap hamba-Nya. Hamba yang telah mendurhakai karena mengabaikan perintah-Nya, melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, dan bergelimang dalam dosa dan maksiat, masih saja dipanggil sebagai hamba-Nya dan dinasihati supaya jangan berputus asa terhadap ampunan dan rahmat-Nya. Saat merasa lemah dan penuh dosa, jangan lari dari Allah, tetapi mendekatlah kepada-Nya dengan penuh kerendahan hati. Bersujud, berdoa, dan memohon ampunan-Nya. Karena tidak ada yang lebih menyelamatkan selain kasih sayang dan rahmat-Nya.
Tetaplah berharap dan bertawakal, sebab Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita.
Allah-lah Sandaran yang paling kuat.
Sobat. Allah adalah satu-satunya sandaran yang paling kuat, tempat kita bergantung dalam setiap keadaan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Cukuplah Allah sebagai penolong, dan Dialah sebaik-baik pelindung." (QS. Ali Imran: 173)
Saat menghadapi kesulitan, kesedihan, atau kebimbangan, jangan mencari sandaran selain kepada-Nya. Manusia bisa mengecewakan, dunia bisa berubah, tapi Allah tetap Maha Kokoh, Maha Menolong, dan Maha Mengatur segalanya.
Maka, serahkan segala urusan kepada-Nya, bertawakal, dan yakin bahwa rencana Allah selalu yang terbaik. Dengan bersandar kepada-Nya, hati akan tenang dan jiwa akan kokoh menghadapi segala ujian hidup.
Allah SWT adalah sandaran yang paling kuat dan layak kita bersandar kepada-Nya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa Allah SWT adalah sandaran yang paling kuat dan layak kita bersandar kepada-Nya:
Alasan Mengapa Allah SWT adalah Sandaran yang Paling Kuat dan Layak Kita Bersandar Kepada-Nya
1. Kekuasaan Allah SWT: Allah SWT memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya.
2. Kebijaksanaan Allah SWT: Allah SWT memiliki kebijaksanaan yang tidak terbatas dan tidak ada yang dapat menandingi kebijaksanaan-Nya.
3. Kasih Sayang Allah SWT: Allah SWT memiliki kasih sayang yang tidak terbatas dan tidak ada yang dapat menandingi kasih sayang-Nya.
4. Keadilan Allah SWT: Allah SWT memiliki keadilan yang tidak terbatas dan tidak ada yang dapat menandingi keadilan-Nya.
5. Ketidakberubahannya Allah SWT: Allah SWT tidak berubah dan tidak ada yang dapat mengubah-Nya.
Ayat-Ayat Al-Quran yang Menjelaskan Kekuasaan dan Kasih Sayang Allah SWT
1. Surat Al-Baqarah ayat 20: "Dia adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Damai, Yang Maha Mengampuni."
2. Surat Al-Imran ayat 26: "Katakanlah: 'Ya Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau memberikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki.'"
3. Surat Al-A'raf ayat 156: "Dan berikanlah ampunan kepada kami dan kepada orang-orang mukmin yang lain."
Sobat. Bersandar kepada Allah (tawakal) adalah kunci ketenangan dan kekuatan dalam hidup. Berikut adalah beberapa cara untuk bersandar kepada Allah SWT dengan sepenuh hati:
1. Yakin Bahwa Allah Maha Mengatur Segalanya
Percayalah bahwa setiap takdir yang terjadi adalah bagian dari rencana terbaik Allah. Jangan ragu akan kebijaksanaan-Nya, karena Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita.
2. Perbanyak Doa dan Munajat
Berdoalah kepada Allah dalam setiap keadaan, baik dalam kesulitan maupun kebahagiaan. Allah berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." (QS. Ghafir: 60)
3. Shalat dan Ibadah dengan Khusyuk
Shalat adalah bentuk kepasrahan diri kepada Allah. Laksanakan shalat dengan penuh keikhlasan, serta perbanyak dzikir dan membaca Al-Qur’an agar hati semakin tenang.
4. Tawakal Mengiringi Berusaha
Lakukan yang terbaik dalam setiap usaha, lalu serahkan hasilnya kepada Allah. Jangan takut atau gelisah, karena Allah pasti memberikan yang terbaik. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi)
5. Bersabar dan Ridha atas Ketentuan Allah
Tidak semua hal berjalan sesuai harapan, tapi yakinlah bahwa setiap ujian membawa hikmah. Allah berjanji bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6).
6. Hindari Bergantung pada Manusia Secara Berlebihan
Jangan berharap terlalu banyak kepada makhluk, karena hanya Allah yang Maha Menolong dan tidak pernah mengecewakan. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah.
7. Bersyukur dalam Segala Keadaan
Syukur adalah bukti kita menerima ketentuan Allah dengan lapang dada. Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya (QS. Ibrahim: 7).
Dengan cara-cara ini, hati akan lebih tenang, jiwa lebih kuat, dan kita akan merasakan bahwa Allah selalu bersama kita dalam setiap langkah kehidupan.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT LIrboyo)