Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iming-Iming Tambang yang Diberikan Bahlil Berhasil Menyandera Kampus Termasuk UI

Selasa, 11 Maret 2025 | 18:08 WIB Last Updated 2025-03-11T11:09:19Z
TintaSiyasi.id -- Menanggapi polemik kasus gelar doktor yang didapatkan Bahlil di Universitas Indonesia (UI) hanya diberi sanksi pembinaan oleh rektor, juru bicara jaringan advokasi tambang (JATAM) Alfarhat Kasman mengatakan, berhasil menyandera akademikus dan menjatuhkan kredibilitas kampus.

"Sanksi pembinaan yang dibuat Rektor UI Heri Hermansyah membuktikan iming-iming tambang yang diberikan oleh Bahlil Lahadalia kepada kampus, berhasil menyandera akademikus dan menjatuhkan kredibilitas kampus," urainya dalam pernyataan sikap yang diterima TintaSiyasi, Sabtu (8/3/2025).

Ia menilai, Universitas Indonesia (UI) kini layak dipandang sebagai institusi pendidikan yang tidak memiliki standar kredibilitas yang tinggi, serta tamak dan berada di barisan pencipta krisis multidimensi akibat operasi tambang. 

Selanjutnya, ia menyampaikan, Universitas Indonesia sedang melecehkan kredibilitas dan integritasnya sendiri sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi terbaik di Indonesia. Bahkan, Universitas Indonesia sedang melecehkan motto kampus Veritas, Probitas, Iustitia.

"Dengan masuknya lobi-lobi bisnis tambang dalam kepengurusan dua dari empat organ tertinggi UI, mengakibatkan adanya bias kepentingan dalam pengambilan keputusan penting yang merugikan UI sebagai sebuah institusi. UI dikenal memiliki motto Veritas, Probitas, Iustitia yang dalam bahasa Indonesia berarti Kebenaran, Kejujuran, dan Keadilan," paparnya.

Ia menyampaikan, apa yang ditunjukkan oleh para petinggi UI akhir-akhir ini dengan memberikan keistimewaan bagi Bahlil, sesungguhnya menunjukkan adanya ketidakadilan, ketidakjujuran, dan berupaya lari dari kebenaran. 

Ia mengungkapkan, JATAM melihat para pemimpin UI sedang melecehkan nama baik, kredibilitas, dan integritas Universitas Indonesia sebagai sebuah institusi dengan memberikan keistimewaan bagi Bahlil hanya merevisi disertasi, di tengah empat pelanggaran etik serius yang menjatuhkan marwah kampus.

"Kami meminta para pimpinan untuk merefleksikan pertanyaan ini secara jujur, 'Apabila satu dari empat pelanggaran etik tersebut dilakukan mahasiswa biasa, apakah sanksinya hanya sebatas pembinaan atau berupa pemecatan mahasiswa?'" tanyanya

"Universitas Indonesia sedang merusak integritas dan martabat dunia pendidikan dan keilmuan di Indonesia," tambahnya.

Ia mengutip pepatah, ‘Sebab nila setitik, rusak susu sebelanga’, tepat untuk menggambarkan situasi ini. Di mata publik, UI merupakan institusi pendidikan yang memiliki reputasi baik. 

"Namun, sikap UI yang mengutamakan kepentingan bisnis tambang dan memberikan keistimewaan kepada Bahlil ketika ia membuat kesalahan fatal, memberikan sinyal dunia pendidikan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. UI yang diharapkan mampu mendukung upaya perlawanan warga di tapak krisis akibat operasi bisnis sektor ekstraktif, kini menjelma seteru rakyat," tegasnya.

Sehingga, JATAM yang menjadi pelapor atas pelanggaran etik Bahlil Lahadalia, secara tegas menyampaikan tuntutannya.

Pertama, buka hasil sidang etik Dewan Guru Besar UI yang menyebutkan adanya empat pelanggaran yang dilakukan Bahlil Lahadalia kepada publik seluas-luasnya.

Kedua, jalankan rekomendasi Dewan Guru Besar UI atas pencabutan atau pembatalan disertasi Bahlil Lahadalia sekaligus berlakukan sanksi bagi seluruh civitas akademika yang terlibat seperti yang tertuang dalam rekomendasi Dewan Guru Besar UI.

Ketiga, cabut status kemahasiswaan Bahlil Lahadalia yang tidak hanya telah mencoreng nama baik UI, tetapi juga telah melecehkan integritas dan martabat dunia pendidikan dan keilmuan Indonesia.

Keempat, bersihkan UI dari para aktor yang tamak dan menjadi enabler bagi oligarki tambang.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update