Tintasiyasi.id.com -- Indonesia adalah negara kaya, sebenarnya mampu untuk membiayai apapun secara mandiri. Bagaimana tidak, sebagai negara kepulauan dengan SDA berlimpah, Indonesia sering kali diperkirakan bakal menjadi salah satu negara maju di masa mendatang.
Indonesia merupakan negara pemilik minyak bumi, batu bara, gas alam, emas, nikel, tembaga dan berbagai komoditas lain yang diminati pasar Internasional. Jika seluruh kekayaan di dalam perut bumi Indonesia dicairkan dalam bentuk uang, diperkirakan memiliki aset hingga 200 ribu triliun, dengan asumsi tidak ditemukan cadangan yang baru lagi. Sayangnya, masih banyak rakyat yang miskin di tengah negeri kaya raya ini.
Pada 24 Februari lalu, Presiden Prabowo Subianto meresmikan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Badan ini dibentuk setelah adanya revisi ketiga atas UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disahkan dalam Rapat Paripurna DPR pada 4 Februari 2025.
Salah satu tujuan besar dari Danantara adalah untuk menjadikan badan ini sebagai super holding atau induk perusahaan besar yang mengendalikan berbagai BUMN. Untuk tahap awal, baru ada 7 BUMN yang dikelola asetnya, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI, PLN, Pertamina, Telkom dan MIND ID. Danantara akan mengelola aset BUMN hingga USD900 miliar atau sekitar Rp 14.670 triliun (kurs Rp 16.300).
Ilusi Indonesia Menjadi Negara Maju
Pengamat pasar modal Universitas Indonesia Budi Frensidy merasa pesimis badan ini bakal menjadi besar lantaran masih diisi pejabat negara yang terafiliasi politik, alih-alih profesional. Menurut Budi, Temasek (badan yang mirip Danantara di Singapura) yang dijadikan benchmark tim Prabowo, dapat menjadi besar lantaran diisi kalangan profesional dan dijalankan secara akuntabel serta transparan. "Saya menilai Danantara lebih seperti lembaga politik untuk para petinggi," kata Budi.
Mimpi Indonesia untuk menjadi negara maju seperti China, Korea dan Jepang sepertinya masih terlampau jauh untuk digapai, apalagi hanya sekadar mengandalkan Danantara. Salah satu faktor disebut negara maju dinilai dari pendapatan per kapita. Indonesia hanya mencapai USD 4.960,33 atau sekitar RP78,62 juta per tahun atau sekitar RP6,5 juta per bulan.
Masih jauh dari kategori maju. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yg lain, Indonesia hanya menempati posisi ke 5, kalah jauh dari Singapura (USD 90.689), Brunei (USD 35.110) Malaysia (USD 13.310) dan Thailand (USD 7.810).
Jika Indonesia ingin menjadi negara maju maka dibutuhkan sistem ekonomi yang sahih dan SDM yang kompeten untuk meraih semua itu. Faktanya untuk mencapai negara yang maju yang sekaligus mampu mensejahterakan rakyatnya secara hakikiki tidak akan kita temukan pada sistem buatan manusia.
Pada sistem kapitalis khususnya, pertumbuhan ekonomi yang dijadikan prinsip dasar merupakan kesalahan besar yang tidak sesuai dengan realitas, serta tidak akan menyebabkan meningkatnya taraf hidup dan kemakmuran di tengah rakyat.
Negara Maju dan Mensejahterakan Versi Islam
Dalam Islam indikator untuk menjadi negara maju, hakikatnya bisa mensejahterakan rakyatnya adalah jika negara mampu menjamin maqashid asy-syari’ah pada individu per individu rakyatnya bukan secara kolektif. Maqhashid tersebut adalah : (1) terlindungi kesucian agamanya; (2) terlindungi keselamatan dirinya; (3) terlindungi akalnya; (4) terlindungi kehormatannya; (5) terlindungi hak miliknya/hak ekonominya.
Artinya dalam konteks ekonomi, sebuah negara dikatakan sejahtera jika setiap individu bisa memenuhi kebutuhan pokoknya baik kebutuhan pokok dalam bentuk barang seperti sandang, pangan dan papan; maupun kebutuhan pokok jasa seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan.
Jadi indikator kesejahteran dalam Islam bersifat individual, bukan indikator global seperti dalam sistem kapitalis, yang bersifat komunal seperti pendapatan perkapita atau pertumbuhan ekonomi. Semuanya itu merupakan indikator kesejahtertaan semu.
Alhasil, Islam hadir sebagai satu-satunya solusi untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan yang hakiki bagi rakyat. Kelak, institusi yang menerapkan sistem Islam yaitu Khilafah Islam akan siap menjadi negara maju bahkan negara adidaya, yang akan mampu untuk mewujudkan kemuliaan Islam dan umat Islam.
Khatimah
Dari sumber pemasukan ini Khilafah akan mandiri secara ekonomi dan tidak akan bergantung pada investasi. Dalam konteks Indonesia, berharap Danantara akan menjadi katalis utama dalam pembangunan masa depan menuju negara maju adalah ilusi selama Indonesia bertahan dengan sistem kapitalis.
Bagaimana mungkin Indonesia bisa maju dan berlari jika untuk berdiri dan berjalan saja masih membutuhkan tangan investor untuk 'memapahnya'. Harapan kita tentu hanya kepada penerapan Islam yang sempurna di bawah naungan Khilafah Islamiyyah.
Kelak Khilafah-lah yang akan membawa kepada kemajuan dan mewujudkan kesejahteraan yang hakiki, bukan hanya dalam aspek duniawi akan tetapi juga pada aspek ukhrawi.
Wallahu a'lam bishshowwab.[]
Oleh: Yustina Yusuf
(Aktivis Muslimah)