Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

UIY: Tidak Mudah Menolak Rencana Trump Menjadikan Gaza International Territory

Rabu, 12 Februari 2025 | 17:39 WIB Last Updated 2025-02-12T10:40:32Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan bahwa tidak mudah menolak rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadikan Gaza sebagai international territory. “Tidak mudah menolak rencana Trump menjadikan Gaza sebagai international territory,” katanya di YouTube UIY Official bertema Amerika Ambil Alih Gaza? Perang Bubat!, Ahad (09/02/225)

 

Ia mengatakan, bila usulan atau rencana Trump itu benar-benar terjadi, atau mungkin boleh dikatakan sebagai tahap akhir dari okupasi penuh terhadap wilayah Palestina, yang kalau dilihat hari ini dibandingkan dengan tahun sebelum 1924.

 

“Orang Yahudi itu hanya menguasai kurang lebih sekitar sekitar 6 persen wilayah Palestina. Ini hari terbalik, orang-orang Palestina tinggal menguasai kurang lebih sekitar 15 persen di jalur Gaza dan di Tepi Barat Sungai Yordan,” ulasnya.

 

“Maka praktis seluruh Palestina itu diokupasi oleh orang Yahudi. Nah, terwujudlah apa yang mereka sudah sangat lama cita-cita untuk menguasai seluruh wilayah Palestina,” sebutnya.

 

Bahkan lanjutnya, kalau mengacu kepada yang mereka sebut sebagai The Promise Island Israel Raya itu dari batas utara sungai Eufrat sampai ke sungai Nil.

 

“Jelas ini harus dibaca ke arah sana. Bukan sekadar usaha untuk sebutlah membuat Gaza itu sebagai international territory di mana wilayah itu akan menjadi milik internasional dan orang bisa datang ke sana dengan segala kenikmatan, keindahan, fasilitas yang akan disiapkan Trump. Karena itu jelas ini harus ditolak keras!” paparnya.

 

“Saya kira ini pasti tidak mudah, karena sekarang saja itu sudah banyak sekali ditolak,” ungkapnya.

 

UIY menyebut ada lima negara di Timur Tengah, termasuk Saudi, yang keras sekali menolak. “Bukan hanya negara yang notabene negeri Muslim, tetapi juga kalau kita membaca Perdana Menteri Inggris juga menolak, kemudian Prancis juga menolak, apalagi Cina dan Rusia,” bebernya.

 

“Jadi, tentu tidak mudah tetapi kita harus tahu bahwa Amerika itu di dalam sejarahnya kan enggak pernah memedulikan semua reaksi negatif atas apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka rencanakan, serta mereka lakukan terbukti pada apa yang mereka lakukan atas Afganistan dulu kan ditolak keras juga,” uliknya.

 

Kemudian ia menambahkan, invasi Amerika ke Irak juga ditolak keras tetapi tetap saja mereka lakukan dan dunia tak bisa  berbuat apa-apa.

 

Perlawanan

 

“Pasti akan ada perlawanan dengan masyarakat Palestina dengan tipe pejuang, dan itu perlawanan keras. Kalau bahasa wayangnya itu adalah itu Perang Bubat,” sebutnya.

 

Lanjut dikatakan, Perang Bubat artinya perang habis-habisan. “Nah, hanya kita tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Israel atas jalur Gaza dalam setahun ini, itu di baca oleh Trump sebagai kedigdayaan  Israel dan sekutunya Amerika atas dunia internasional ini hari,” ujarnya.

 

Karena terbukti, imbuhnya, meskipun sampai satu tahun lebih belum sepenuhnya mereka bisa menguasai Gaza, tetapi tidak ada juga yang bisa mencegahnya.

 

“Nah, dalam pikiran sederhana mereka kenapa enggak diteruskan? Sapu bersih usir itu kurang lebih dua juta warganya paksa Mesir untuk buka batasannya, lalu giring mereka ke Selatan. Kan, kemarin mereka sudah digiring juga ke wilayah selatan kan? Ke wilayah yang boleh disebut sebenarnya one step menuju ke wilayah Mesir, yaitu sekitar Rafah. Jadi sebenarnya mereka melihat itu” tunjuknya.

 

Maka, bisa dibaca logika Trump seperti itu. “Hanya kan saya kira pasti ada banyak sisi lain yang tidak bisa dibaca oleh Trump. Misalnya reaksi dunia Islam yang mungkin sejauh ini masih bisa ditaklukkan, tetapi kita yakin bahwa untuk soal ini jika betul Trump akan melakukan itu, mungkin akan berbeda,” lontarnya.

 

“Itu pun tergantung sikap penguasa Yordania dan Mesir. Terbukti misalnya pembukaan pintu Rafah, kan meskipun sudah beratus-ratus bahkan ada yang menyebut sampai ribuan truk itu antri di pintu Rafah, tetap aja tidak dibuka oleh penguasa Mesir,” sebutnya.

 

Ia menerangkan, karena memang mereka tahu bahwa mereka sama sekali tidak punya hak untuk membuka itu, kecuali atas izin Tel Aviv dan Washington.  “Begitu juga dengan Yordania, Tepi Barat itu kan hanya one step menuju ke wilayah Yordania, hanya melewati satu jembatan  yang melintas Sungai Yordan itu sudah masuk wilayah Yordan,” ungkapnya. 

 

“Jadi saya kira memang persoalannya di dua itu dipahami betul oleh Trump. Makanya Trump dengan jelas mengatakan, ‘Saya pikir bahwa Sisi dan Raja Yordania tidak akan menolak rencana ini.’ Kan artinya dia yakin betul dengan reputasi kedua penguasa itu dan kekuatan Amerika untuk menekan dua penguasa itu,” tutupnya.[] Titin Hanggasari

Opini

×
Berita Terbaru Update