Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pentingnya Nilai dan Pemikiran Islam dalam Ruang-Ruang Kehidupan

Selasa, 11 Februari 2025 | 06:10 WIB Last Updated 2025-02-10T23:10:52Z

Tintasiyasi.ID -- Direktur Institute Muslimah Negarawan Dr Fika Komara menyatakan bahwa pentingnya ruang-ruang kehidupan diisi dengan nilai, standard, pemikiran, dan Islam sehingga dapat mewujudkan sebuah peradaban.

 

“Kita coba mengisi ruang-ruang yang kosong dalam kehidupan dengan nilai, standar, pemikiran, dan Islam. Ini yang akan mengubah mindset, investasi besar bagi sebuah  peradaban,” ujarnya dalam kanal YouTube Institut Muslimah Negarawan dengan judul Kesehatan Mental Masyarakat Urban Dalam Tekanan Ruang Kehidupan, Sabtu (23/11/2024).

 

Menanggapi teori third places berkaitan ruang kehidupan sosialisasi, ia menjelaskan hal berkaitan ruang privat dan ruang publik dalam tatanan sistem sekuler.

 

“Ruang pertama itu adalah rumah sebagai ruang privat (hayatul khas), ruang kedua (tempat kerja dan sekolah), ruang ketiga (kafe dan mal), serta ruang keempat (internet dan sosmed) adalah ruang publik (hayatul aam),” ungkapnya.

 

Ia membeberkan, dalam ruang pertama (rumah) banyak terjadinya masalah berkaitan peran ibu, istri atau suami. “Sedangkan Islam begitu teliti menata sebuah keluarga,” jelasnya.

 

“Ketika mengelola keluarga, banyak yang tidak mengerti bagaimana memerankan menjadi seorang ibu atau suami. Tidak tahu bagaimana mengelola rumah. Rumah hanya sebagai bangunan fisik,” ujarnya.

 

“Islam sangat detail menata bagaimana peran lelaki, peran perempuan, bagaimana membangun keluarga termasuk mendidik anak tanpa kemudian melupakan ruang untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya lagi.

 

Berkaitan ruang publik, ia juga menjelaskan terjadinya berbagai permasalahan dari ruang kedua hingga ruang keempat.

 

“Ruang kedua, stressor-nya tinggi. Macet pergi kerja, bosnya toksik, pekerjaannya membosankan. Ruang ketiga, kafe, mal, atau gym. Healing zone banyak tapi stres dan depresi, bukan makin berkurang,” ungkapnya.

 

Ia pun menyatakan bahwa ruang keempat juga punya peran yang luar biasa pada penyebaran berita-berita domestik.  

 

"Sekarang yang viral berita yang toksik karena kita dibuat jadi masyarakat yang lebih peduli dengan urusan domestik, urusan ranjang rumah tangga orang. Jadi urusan publik tidak kita pedulikan,” tuturnya.

 

Ia menegaskan pentingnya regulasi dan peran Muslim dalam penyelesaian terkait persoalan-persoalan publik.

 

“Banyak urusan publik yakni isu ketimpangan, lingkungan, banjir, keserakahan, kebijakan yang zalim, kalau bicara politik ada oligarki. Justru pentingnya regulasi dan peran setiap Muslim dalam penyelesaian berhubung persoalan persoalan publik,” tuturnya.

 

Ia melanjutkan dengan memberikan contoh tata kota Islam di kota Madinah, yakni seperti tungku yang melebur (melting pot) dengan diterapkannya akidah dan syariat Islam hingga ruang kehidupan diisi dengan nilai-nilai Islam.

 

“Madinah itu sebenarnya dengan diterapkannya akidah dan syariat Islam akan melebur, karena bicara value. Makanya kota itu disebut melting pot, dia akan meleburkan kita ibaratnya kita dengan siklus hidup; ruang satu, ruang dua, ruang tiga, dan ruang empat akhirnya dengan value yang ada itu bukan ruang yang hampa. Dalam ruang-ruang itu ada nilai, ada sukses, standar kebahagiaan yang diyakini,” katanya.

 

Sebagai perbandingan, ia menyebut hancurnya peradaban terdahulu kerana terjadinya fasad (kerusakan) dalam ruang-ruang kehidupan.

 

"AlQur’an itu mengajarkan kita dari tiga kaum, yaitu kaum ‘Ad, kaum Tsamud, dan kaum Firaun, ada kota dan peradaban. Itu yang menghancurkan kota dan peradaban mereka, bukan kota atau teknologi mereka yang canggih, tetapi adalah karena perilaku, behaviour mereka. Ada fasad, kerusakan, kemaksiatan, kesewenangan, dan kesombongan,” pungkasnya.[] Rahmah

 

 

 

Opini

×
Berita Terbaru Update