TintaSiyasi.id -- Sejak 19 Januari 2025, Israel menyatakan gencatan senjata pada Palestina. Sejenak Palestina dan seluruh kaum muslimin lega atas kabar baik tersebut. Namun ternyata, gencatan senjata bukan menjadi akhir penderitaan palestina, sebab setelah gencatan senjata, Israel masih melakukan penyerangan pada warga sipil Palestina.
Baru-baru ini, bahkan presiden Amerika Trump menyatakan, akan mengosongkan Gaza dan memindahkan penduduknya ke negeri-negeri Arab. Trump berencana akan mengubah wilayah tersebut menjadi resor pantai yang mewah. (www.antatanews.com, 15/02/25)
Kemana Penguasa Muslim?
Terlihat pongah apa yang dilakukan oleh AS, mereka dengan teganya ingin merebut wilayah Gaza dari penduduk Palestina. Padahal selama ini warga palestina di sana berjuang dan bertahan walaupun di bombardir Israel demi menjaga tanah Palestina.
Di satu sisi, para pemimpin negeri-negeri Arab tak menunjukan sama sekali sikap tegas atas apa yang dinyatakan oleh AS. Mereka hanya sekadar memberi kecaman dan justru mendukung atas keputusan AS, dengan catatan penduduk Palestina tidak boleh dipindahkan.
Sungguh miris, melihat para pemimpin muslim lebih memilih untuk mengamankan kepentingan AS dan terlihat takut kepada AS. Seharusnya, Mereka jeli dan lawan atas apa yang dilakukan AS tidak lah berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Israel, karena AS terlihat jelas memiliki tujuan yang sama sebagaimana Israel, yaitu ingin melakukan sterilisasi penduduk Gaza dan menormalisasikan konflik antara Palestina dan Israel.
Hegemoni AS
Saat ini, tanah Palestina bagi AS adalah wilayah yang pantas untuk direbut, karena Palestina adalah wilayah yang menguntungkan dalam jalur perdagangan antara AS dan tanah arab, dengan dikuasainya Gaza, hegemoni AS kepada negeri-negeri arab akan semakin kuat. Itulah mengapa, Trump sangat berambisi untuk mencaplok Gaza, sampai-sampai ia memindahkan kedutaan besar AS ke Yerusalem dan pengakuan kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan.
Sebenarnya, apa yang ingin dilakukan Trump pada Gaza bukan hanya berakar pada kepentingan geo politik dan ekonomi saja, tapi juga menyangkut kepentingan ideologis. Selama ini, Amerika adalah ibu dari Israel yang memang sejak dari awal Israel masuk ke wilayah Gaza atas ijin AS dan AS memiliki tujuan untuk mengambil alih Gaza melalui tangan-tangan sadis Israel. Sementara itu, selama bertahun-tahun Gaza menjadi tanah yang diperebutkan Israel-AS dan mengakibatkan ratusan juta korban warga palestina kehilangan nyawa akibat serangan genosida yang di lakukan oleh Israel-AS.
Keadilan Semu dalam Sistem Sekularisme
Pada kenyataannya, sistem sekularisme kapitalisme terbukti gagal menciptakan keadilan dan keamanan. Sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan ini menjadikan para pemimpin muslim begitu lemah, kehilangan harga diri terhadap negara adidaya. Seluruh dunia seakan bungkam dan hilang kekuatannya melihat apa yang yang terjadi pada Palestina, bahkan PBB dan para pegiat HAM sedikit pun tak memiliki kuasa untuk menghentikan genosida yang terjadi di sana.
Sangat menyayat hati, apa yang terjadi di palestina saat ini. Sejatinya, Islam memandang bahwa nyawa seorang muslim begitu mulia, Rasulullah Saw bersabda, “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding nya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Urgensitas Khilafah
Maka, urgensitas sosok pemimpin Islam sangatlah dibutuhkan. Sudah semestinya, umat Islam dipimpin oleh orang yang mampu menjadi perisai bagi seluruh kaum muslimin. Sebagaimana dahulu di masa kekhilafahan Islam. Khalifah Umar bin Khattab dan Shalahuddin Al-ayyubi, terbukti mampu menjaga tanah Palestina selama masa kepemimpinannya. Itu artinya, hanya Islam yang mampu memberikan perlindungan bagi seluruh warga negara, baik muslim maupun non muslim. Benarlah sabda Rasulullah Saw, yang mengatakan, “Sesungguhnya imam (khalifah) itu adalah perisai, di mana orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR Muslim).
Selain itu, untuk mewujudkan kembalinya kehidupan Islam di bawah naungan khilafah, harus ada kelompok jama'ah yang menyerukan kepada pemimpin muslim dan kaum muslimin, supaya syariat Islam dapat diterapkan secara kaffah. Kelompok jama'ah tersebut akan melakukan amar makruf nahi mungkar juga menjadikan politik tidak terpisah dengan Islam. Sebab, arti politik dalam Islam adalah ri’ayah suunil ummah, maknanya seluruh aspek kehidupan wajib diatur sesuai dengan Al-Qur'an dan As-sunah. Bukan kah Allah ta'ala adalah sang pencipta manusia, sudah pasti Allah ta'ala yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya.
Akhirul kalam, Kaum muslimin tidak sepatutnya diam membiarkan AS mencengkram Gaza. Maka marilah seluruh kaum muslimin bersatu melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan khilafah. Hanya khalifah yang mampu melindungi seluruh kaum muslimin termasuk Gaza. Allah sudah berjanji dalam firman-Nya, bahwa Islam akan kembali berjaya, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa…” (QS An-Nur: 55).
Wallahu'alam bishowab
Oleh: Essy Rosaline Suhendi
Aktivis Muslim