Tintasiyasi.id.com -- Generasi Z, atau yang biasa kita sebut dengan Gen Z, adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka tumbuh dan berkembang di era digitalisasi yang super canggih, penuh dengan perkembangan teknologi maju nan pesat dan perubahan sosial yang cepat.
Meskipun terlihat adaptif dan tech-savy, ternyata banyak dari mereka yang menghadapi berbagai masalah mental yang cukup serius untuk segerah di tangani.
Menurut Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga / Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut remaja yang menderita kesehatan mental sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total remaja Indonesia.
Wakil Menteri Kementerian Kependudukan Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja (Tempo.co,15 Februari 2025).
Menurut para ahli kesehatan mental adalah kondisi kejiwaan yang memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih, dalam mengatasi tekanan hidup, serta berinteraksi dengan orang lain. Sementara orang yang kesehatan mentalnya sedang terganggu akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi, berpikir, dan berinteraksi dengan orang lain dalam interaksi sosial.
Hastuti Wulanningrum, Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, menjelaskan bahwa salah satu penyebab yang mempengaruhi kesehatan mental remaja adalah media sosial.
“Remaja bisa ketergantungan dengan media sosial dan terpengaruh dengan konten-konten yang dilihat,” ujarnya dalam konferensi pers TikTok Teen Safety Campaign 2025 di Aroem Resto & Cafe, Jakarta Pusat, Kamis (13-2-2022). (Kompas.com 13 Februari 2025).
Jika melihat realita yang terjadi saat ini begitu banyaknya remaja yang terkena penyakit mental . Ini adalah bukti yang menunjukkan telah gagalnya negara dalam membangun dan membina mental generasi penerus bangsa.
Alhasil wacana pemerintahan dalam mewujudkan Generasi emas 2045 merupakan sesuatu yang mustahil untuk terwujud jika kondisi ini terus dibiarkan dan di abaikan, karena ditangan para generasilah nasib masa depan bangsa di pertaruhkan kedepannya. Hancurnya mentalitas remaja adalah kondisi yang dapat dipastikan membawa kehancuran bagi negeri ini.
Semua kondisi ini adalah akibat dari penerapan sistem kapitalisme sekularisme yang secara sadar dan nyata telah menghancurkan mentalitas dan moralitas para generasi penerus bangsa. Kondisi ini berdampak secara nyata dalam mewarnai kehidupan masyarakat di berbagai aspek kehidupan.
Terutama dalam aspek pendidikan yang menganut faham sekuler. Dimana faham ini telah membentuk para remaja berperilaku bebas atau liberal sehingga mereka gagal dalam memahami jati dirinya sebagai seorang hamba.
Remaja pun gagal dalam memahami penyelesaian yang shahih dan benar atas segala persoalan kehidupannya. Yang pada akhirnya menghantarkan kepada penyakit mental yang tiak dapat terhindarkan lagi.
Asas pendidikan hari ini dibangun atas dasar pemisahan agama dari kehidupan, yang pada akhirnya melahirkan tatanan pendidikan sekularisme yaitu sistem pendidikan yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Alhasil, jadilah proses pendidikan berjalan tanpa acuan agama sehingga menghasilkan output pendidikan yang bobrok dan rusak dalam segala lini kehidupan.
Kondisi ini sungguh sangat berbeda dengan sistem Islam. Di mana didalam system Islam pemimpin atau Khalifah memiliki tanggung jawab dalam melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas.
Oleh karena itu, penguasa dalam Daulah Islam atau Negara Islam hanya akan menerapkan sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam saja yaitu sistem yang berasal dari Allah SWT sebagai sang pencipta alam semesta.
Islam mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas aqidah Islam. Negara juga wajib mempersiapkan orang tua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi dalam membangun peradaban Islam yang mulia, yang bermental kuat dan berkepribadian Islam.
Daulah Islam juga akan menetapkan kebijakan untuk menjauhkan remaja dari segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam, pemikiran yang menyebabkan remaja blunder dengan persoalan hidupnya, sehingga remaja akan jauh dari penyakit kesehatan mental.
Negara pun wajib dalam mempersiapkan orang tua dan masyarakat yang mendukung dalam proses pembentukan generasi untuk pembangun peradaban Islam yang mulia dan akan menciptakan setiap insan memiliki mental yang kuat. Mental yang tidak lagi terpengaruh oleh aspek duniawi dan menjauhkan peran agama dalam kehidupannya.
Itulah tanggung jawab yang seharusnya dilakukan negara dalam menjaga mentalitas generasi agar tidak hancur. Alhasil Generasi emas 2045 pasti akan terwujud ketika Islam diterapkan secara paripurna yaitu dengan mewujudkan kembali Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi ini. Wallahu a'lam Bishshawwab.[]
Oleh: Zylqori Ivlatia
(Aktifis Muslimah)