Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Cendekiawan Muslim: Membangkitkan Khilafah dengan Meneladan Sikap Siti Hajar

Minggu, 02 Februari 2025 | 18:19 WIB Last Updated 2025-02-02T11:19:26Z

Tintasiyasi.ID -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengingatkan bahwa seorang Muslim hendaknya meneladani kisah Siti Hajar dalam perjuangan membangkitkan khilafah yang tanpa keraguan berjuang mencari air di padang tandus ketika Ismail menangis kehausan.

 

“Seorang Muslim hendaknya meneladani kisah Siti Hajar dalam perjuangan membangkitkan khilafah yang tanpa keraguan berjuang mencari air di padang tandus ketika Ismail menangis kehausan,” kisahnya, Kamis (30/1/2025).

 

"Tidak boleh seorang Muslim itu pesimis apalagi menyangkut kewajiban uma. Kita harus banyak belajar dari Siti Hajar. Siti Hajar tahu persis tempat itu tidak ada air," ucapnya di kanal YouTube UIY Official dengan judul Rasionalitas Isra' Mikraj.

 

Lanjutnya, terlebih sebelum ditinggal Nabi Ibrahim, Siti Hajar meyakini dan berucap, “Kau tinggalkan kami di tempat yang tidak ada seorang pun dan tidak ada sesuatu apa pun. Namun menyaksikan anaknya menangis karena kehausan, dia tetap berusaha mencari di tempat yang dia sendiri tahu tidak ada air,” tuturnya.

 

"Kenapa bisa bagitu? Naik ke Bukit Safa dan naik ke Bukit Marwah, begitu sampai 7 kali sendirian. Karena dia yakin Allah swt. itu zat yang Maha Kuasa. Jangankan hanya mendatangkan satu dua tetes air, menciptakan alam semesta aja bisa," jelasnya.

 

"Terbukti benar, melalui entakan kaki Ismail keluarlah sumber air yang sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bakal habis," tambahnya.

 

Adapun, ia menekankan solusi munculnya air tersebut bukanlah lokasi di mana ikhtiar Siti Hajar lakukan. "Sumber air keluar dimana? Jadi kadang kita mencari solusi di sini, ke luar di sana. Solusi dicari di sini didapat di sana. Keyakinan itu penting sekali," tegasnya.

 

Meski memiliki keyakinan kepada Allah swt., Siti Hajar tetap berikhtiar dan tidak hanya menangis pasrah. “Ia berusaha dengan berlari mendaki Bukit Safa dan Bukit Marwah serta melakukan itu sebanyak tujuh kali.

 

"Kenapa tujuh kali? Kalau kita sekarang menirukan sai tujuh kali itu adalah jumlah yang optimum. Ada banyak jamaah itu kalau sudah tujuh kali di bukit Marwah suruh jalan lagi sudah gak mampu, artinya itu adalah ikhtiar yang optimum bukan maksimum. Optimum untuk meraih cita-cita agama ini," terangnya.

 

Alhasil, UIY menekankan untuk melupakan kemustahilan dan ketidakmungkinan untuk membangkitkan khilafah meski musuhnya Amerika Serikat (AS). “Sangat mudah bagi Allah Swt. termasuk menghancurkan Israel dan AS. Terlebih Allah Swt. sudah memberikan kisah nyata dengan yang terjadi di Los Angeles,” ujarnya.

 

"Kita mesti memisahkan antara kekuatan kita dengan kekuatan Allah. Kadang memang kita berbicara tentang kekuatan kita, ketika kita bilang mustahil tidak mungkin dan sebagainya kita berbicara kekuatan kita, tapi jangan lupa kita ini bukanlah makhluk yang punya kemampuan segala-galanya, di belakang kita ada Allah Swt.," ucapnya mengingatkan.

 

"Karena itulah sebagai Muslim tidak boleh berhenti pada kekuatan dirinya, karena itu juga tidak boleh seorang Muslim itu pesimis apalagi menyangkut kewajiban umat," tutupnya.[] Taufan




Opini

×
Berita Terbaru Update