“Seorang Muslim hendaknya
meneladani kisah Siti Hajar dalam perjuangan membangkitkan khilafah yang tanpa
keraguan berjuang mencari air di padang tandus ketika Ismail menangis kehausan,”
kisahnya, Kamis (30/1/2025).
"Tidak boleh seorang Muslim
itu pesimis apalagi menyangkut kewajiban uma. Kita harus banyak belajar dari
Siti Hajar. Siti Hajar tahu persis tempat itu tidak ada air," ucapnya di
kanal YouTube UIY Official dengan judul Rasionalitas Isra' Mikraj.
Lanjutnya, terlebih sebelum
ditinggal Nabi Ibrahim, Siti Hajar meyakini dan berucap, “Kau tinggalkan kami
di tempat yang tidak ada seorang pun dan tidak ada sesuatu apa pun. Namun
menyaksikan anaknya menangis karena kehausan, dia tetap berusaha mencari di tempat
yang dia sendiri tahu tidak ada air,” tuturnya.
"Kenapa bisa bagitu? Naik ke
Bukit Safa dan naik ke Bukit Marwah, begitu sampai 7 kali sendirian. Karena dia
yakin Allah swt. itu zat yang Maha Kuasa. Jangankan hanya mendatangkan satu dua
tetes air, menciptakan alam semesta aja bisa," jelasnya.
"Terbukti benar, melalui entakan
kaki Ismail keluarlah sumber air yang sampai saat ini tidak ada tanda-tanda
bakal habis," tambahnya.
Adapun, ia menekankan solusi
munculnya air tersebut bukanlah lokasi di mana ikhtiar Siti Hajar lakukan.
"Sumber air keluar dimana? Jadi kadang kita mencari solusi di sini, ke luar
di sana. Solusi dicari di sini didapat di sana. Keyakinan itu penting
sekali," tegasnya.
Meski memiliki keyakinan kepada
Allah swt., Siti Hajar tetap berikhtiar dan tidak hanya menangis pasrah. “Ia
berusaha dengan berlari mendaki Bukit Safa dan Bukit Marwah serta melakukan itu
sebanyak tujuh kali.
"Kenapa tujuh kali? Kalau
kita sekarang menirukan sai tujuh kali itu adalah jumlah yang optimum. Ada
banyak jamaah itu kalau sudah tujuh kali di bukit Marwah suruh jalan lagi sudah
gak mampu, artinya itu adalah ikhtiar yang optimum bukan maksimum. Optimum
untuk meraih cita-cita agama ini," terangnya.
Alhasil, UIY menekankan untuk melupakan
kemustahilan dan ketidakmungkinan untuk membangkitkan khilafah meski musuhnya
Amerika Serikat (AS). “Sangat mudah bagi Allah Swt. termasuk menghancurkan
Israel dan AS. Terlebih Allah Swt. sudah memberikan kisah nyata dengan yang
terjadi di Los Angeles,” ujarnya.
"Kita mesti memisahkan
antara kekuatan kita dengan kekuatan Allah. Kadang memang kita berbicara
tentang kekuatan kita, ketika kita bilang mustahil tidak mungkin dan sebagainya
kita berbicara kekuatan kita, tapi jangan lupa kita ini bukanlah makhluk yang
punya kemampuan segala-galanya, di belakang kita ada Allah Swt.," ucapnya
mengingatkan.
"Karena itulah sebagai Muslim
tidak boleh berhenti pada kekuatan dirinya, karena itu juga tidak boleh seorang
Muslim itu pesimis apalagi menyangkut kewajiban umat," tutupnya.[] Taufan