“Isra Mikraj ini adalah peristiwa
yang ditujukan untuk menguatkan hati Nabi saw. dan menjadikan Nabi semakin
berani dalam berdakwah,” ujarnya di kanal YouTube Abi Yasin Muthohar
dengan judul Isra Mikraj; Dimensi Spiritual, Sosial dan Politik, Rabu
(24/01/2025).
Lanjut dikatakan, “Terdapat tiga
dimensi politik dari peristiwa Isra Mikraj Nabi.”
Pertama, dakwah Islam dan
perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan pasti akan mendapat dukungan
dan kemenangan dari Allah, meskipun pada saat itu Nabi saw. sedang berada dalam
kesulitan besar, termasuk ditinggal wafat oleh pamannya dan istrinya.
“Jangan khawatir kalau orang
memusuhimu, menentangmu, menyakitimu, menolak, yang namanya dakwah itu pasti
akan ditolong oleh Allah. Ada mad’umah biinayah ilahiyah (didukung
dengan perhatian Allah) dan dakwah itu pasti akan menang meskipun menghadapi
berbagai macam halangan dan rintangan,” tuturnya.
Kedua, simbol peralihan Masjidilharam
ke Masjdilaqsa, yang menunjukkan bahwa Islam bukan hanya agama yang terbatas di
Makkah, tetapi agama yang memiliki pengaruh dan potensi untuk berkembang di
seluruh dunia.
“Islam itu bukan untuk Makkah saja.
Islam itu agama yang mendunia yang nanti akan memanjang dari Makkah ke Al-Quds,
Palestina, Syam, dan ke seluruh dunia semuanya,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dari peristiwa
Isra Mikraj juga Nabi Muhammad saw. dipertontonkan ke wilayah-wilayah (Mesir,
Irak, Palestina, Syam) yang akan menjadi pusat peradaban Islam di masa depan
yang memiliki dampak besar terhadap politik dan peradaban dunia.
“Nabi dibawa oleh Jibril dengan
berkenderaan burak ke tempat-tempat yang akan dituju oleh Nabi, yaitu dari Makkah
ke Madinah (tempat hijrahnya Nabi). Kemudian ke Mesir (Bukit Tursina) yakni
tempat Nabi Musa mendapatkan wahyu dari Allah. Dari Bukit Tursina, Nabi di bawa
ke Baitul Lahm, tempat lahirnya Nabi Isa as. Dari Baitul Lahm, barulah Nabi
dibawa ke Masjidilaqsa,” bebernya.
Ketiga, peristiwa Isra Mikraj
itu menunjukkan pentingnya Masjidilharam dan Masjidilaqsa, karena mana saja negara yang dapat menguasai
keduanya, dapat menguasai umat Islam.
"Kalau ingin melemahkan umat
Islam di dunia, jantung Islam itu ada di Timur Tengah. Pusat Islam, pusat dunia
itu Makkah. Kalau ingin menguasai umat Islam, kuasai Makkah, kuasai
penguasanya. Makanya sejak sebelum khilafah runtuh, Arab itu sudah dikuasai
oleh Inggris. Sampai sekarang Makkah itu di bawah bayang-bayang Inggris dan
Amerika. Sekarang resmi Amerika,” ujarnya.
Abi Yasin, sapaan akrabnya, menegaskan
peristiwa Isra Mikraj tidak hanya berbicara tentang ruhiah tetapi juga dimensi
masa depan politik dan kepemimpinan Islam, di mana Rasulullah saw. adalah
sebagai qudwah hasanah untuk selalu sabar dalam perjuangan dan dakwah.
"Allah men-setting
Nabi sebagai qudwah dan uswah, sebagai teladan bagi umatnya di dalam
perjuangan. Ternyata perjuangan itu tidak mudah. Perjuangan itu ada halangan
dan rintangan dan untuk menghadapi itu butuh kesabaran. Setelah sabar, maka
akan datang pertolongan dari Allah Swt.,” pungkasnya.[] Rahmah