Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pornografi Anak Semakin Liar, Bukti Negara Mandul Peran

Minggu, 08 Desember 2024 | 20:22 WIB Last Updated 2024-12-08T13:22:32Z

tintasiyasi.id.com -- Kasus pelik yang menyeret generasi terus saja terjadi, kali ini bukan hanya masalah terjerat pinjol, judi, narkoba tapi lebih memiriskan lagi terjerumus dalam kasus pornografi. Sepanjang 2016-2024, Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan kasus pornografi terhadap anak jumlahnya mencapai 9.228 kasus.

Temuan ini didominasi di platform media sosial. Kasus paling banyak terjadi di 2023 dengan temuan 463 kasus.Konten pornografi anak paling mudah ditemukan di website yakni sebanyak 9.000 konten. Kemudian, diikuti Twitter/X sebanyak 156 konten, Telegram sebanyak 131 konten, YouTube sebanyak 24 konten, dan di Facebook dan Instagram sebanyak 9 konten. (Metro.com)

Sungguh menyayat hati di tengah berbagai macam euforia pesta demokrasi, justru generasi tak pernah di ayomi bahkan kasusnya pun tidak begitu di seriusi, ini mengakibatkan kasus yang lain muncul dan bertumpuk-tumpuk, lantas benarkah negara mandul peran?

Sebenarnya kalau kita menyoroti setiap berbagai macam kasus yang menimpa negeri ini seperti fenomena gunung es yang nampak hanya permukaan tapi sejatinya yang tidak nampak itu jauh lebih besar, semisal korupsi di negeri kita ini korupsi sudah menjadi sesuatu yang tidak tabu lagi bagi para pejabat, lihat beritanya di televisi atau pun di sosial media tertangkap korupsi 5 milyar, 7 milyar.

Seperti nya masyarakat pun sudah lumrah dengan nominal yang Milyaran itu walaupun kalau di hitung-hitungan pasti gak kelar sehari semalam, itu yang baru nampak.

Kemarin yang membuat masyarakat tercengang korupsi 271 Triliun nominal yang sungguh fantastis ini baru terkuak di permukaan, bisa jadi yang lebih banyak dari itu pun ada. Sungguh ironi terjerat nya kasus pornografi generasi adalah bukti bahwa mandulnya peran para pemangku kebijakan, mereka tidak pernah sama sekali melirik bagaimana nasib generasi kedepan, jika pun sudah ada kebijakan atau regulasi yang sudah di buat tetap saja nyatanya tak bisa menjadi solusi. 

Ditambah lagi dengan kurikulum pendidikan yang sekuler yang menjadikan output generasi makin tak beradab dan bermoral, seharusnya (pendidikan)sekolah menjadi wadah dan ajang pembentukan akidah yang kuat serta keimanan yang kokoh. Tapi lagi-lagi negara tidak mampu melindungi generasi dari rapuh dan lemahnya akidah.

Maraknya konten unfaedah di sosial media menjadi alat profit bagi sebagian orang, video yang mengandung unsur syahwat bisa di jual lewat berbagai platfrom dengan tawaran harga mulai dari murah bahkan mahal, ada juga yang banyak bertebaran lewat sosial media yang di bungkus dengan dunia perfilman atau drama yang tentunya bisa sangat mudah di akses, hal ini menjadi dorongan bagi mereka para generasi berbuat keji karena tak sedikit berakibat pada pelecehan seksual, rudapaksa, sex bebas, aborsi.

Hilang nya fungsi negara sebagai riayah di sebabkan sistem yang rusak, ibarat pohon akarnya sudah keropos berakibat kepada daun yang berguguran, tangkai yang kering buah yang tidak ada.

Jadi selama sistem yang di jalankan adalah warisan Belanda selama itu pula problematika yang kita rasakan ini tak akan pernah berhenti, tambal sulamnya kebijakan membuat krisis makin terjadi karena akar persoalan negeri ini adalah sudah mengakar sampai pada level tatanan sistem.

Kemiskinan yang sistemis, kebodohan yang sudah di desain, kesehatan yang semakin mahal, tidak lain akibat sistem yang bobrok dan orang yang menjadi pemimpin tidak amanah dan kompeten di bidangnya. Buktinya kesejahteraan bagi para mereka yang duduk di atas kursi sedangkan kemiskinan bagi mereka yang menjadi kuli serabutan, bahkan pengangguran.

Haruskah dunia ini hancur terlebih dahulu baru melirik keindahan Islam dan tata aturan yang sempurna? Peradaban Islam 13 abad lamanya memimpin dunia mampu menjadi mersecuar, negara the power in the world, kasus yang terjadi hanyalah secuil ketimbang manfaat yang di rasakan oleh ummat, pendidikan mampu melahirkan output yang berkualitas sekalas Ibnu Sina, Al khawarizmi, Maryam Al asturlabi, imam Syafi'i, imam Hambali, dan masih banyak lagi sederet ilmuan muslim yang berkontribusi besar bagi agama Islam dan kaum muslimin bahkan sampai hari ini. Negara Islam bukan hanya di nobatkan sebagai negara emas tapi negara super power.

Tidaklah kita merindukan kegemilangan itu kembali dalam kancah kehidupan kita hari ini? merasakan keindahan dan kesejahteraan Islam bukan hanya historis tapi dunia nyata. Dan bagaimana pun regulasi yang di buat menuju Indonesia emas tidak akan mampu melahirkan output yang berkualitas sebab pangkal personal adalah sistem yang rusak.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50).[]

Oleh: Rahmatul Aini 
(Penulis dan Aktivis Dakwah)

Opini

×
Berita Terbaru Update