Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bagaimana Toleransi yang Tepat Jelang Nataru?

Selasa, 24 Desember 2024 | 20:03 WIB Last Updated 2024-12-24T13:03:16Z

Tintasiyasi.id.com -- Tema toleransi beragama ramai dibicarakan pada bulan Desember. Seperti yang disampaikan oleh Nasruddin Umar Menteri Agama RI, dimana semua umat beragama harus saling mendukung ketika salah satu umat merayakan hari besarnya.

Selain itu Menag menyampaikan pentingnya menjaga hubungan baik dengan seluruh warga masyarakat Indonesia jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 (Kompas, 4/12/2024).

Ajakan dari Menag RI juga disampaikan oleh Akhmad Sruji Bahtiar selaku Kakanwil Kemenag Provinsi Jatim yang menyampaikan pentingnya menghormati perbedaan, serta membantu saudara-saudara non muslim yang merayakan Natal dan memberikan pengamanan pada mereka (Suara Surabaya, 13/12/2024).

Toleransi di Sistem Sekuler

Inilah realita kehidupan sekuler yang tidak menjadikan agama Islam sebagai asas dalam bersikap. Dalam kehidupan sekuler ketika ada orang yang berpendapat bahwa semua agama adalah benar, maka pendapat ini tidak boleh ditentang (atau dipersoalkan). 

Begitu juga jika ada yang meyakini tidak masalah seorang muslim merayakan hari besar agama lain atau mengucapkan selamat merayakan hari besar pada umat beragama lain, maka keyakinan inipun harus diterima, karena salah satu tanda sikap toleransi (menurut paradigma sekuler) adalah memberi ruang orang lain untuk mengekspresikan keyakinannya.

Jika toleransi ala sekularisme ini terus diyakini oleh seorang muslim lantas disebarkan dan dinormalisasi, ini artinya sama dengan membiarkan terjadinya upaya pendangkalan aqidah bagi umat muslim.

Toleransi Dalam Islam

Penting sekali bagi setiap muslim untuk mencari tahu dan mengamalkan konsep toleransi yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sehingga setiap muslim bisa bersikap dengan benar di tengah arus kebebasan (liberalisme) yang sangat kuat ini.

Dalam surah Al Kafirun, Nabi Muhammad telah memberikan teladan mulia bagi umatnya, dimana sebagai muslim selayaknya tidak menyembah apa yang orang kafir sembah.

Karena keimanan seorang muslim tentu beda dengan keyakinan orang kafir. Begitupula di ranah aqidah maupun syariah (aturan hidup) Islam dengan aturan selain Islam tentu jelas perbedaannya.

Sehingga tidak perlu umat muslim meyakini apapun yang bersumber dari selain Islam, walaupun dengan dalih toleransi. Bahkan yang seringkali terjadi saat ini adalah sikap untuk mencampur adukkan ajaran Islam dengan ajaran selain Islam, seperti muslim yang berpakaian ala santa claus, muslim yang ikut merayakan hari raya Natal dan sebagainya.

Maka setiap aktivitas baik itu meyakini dan mengambil ajaran dari luar tuntunan syariah Islam, merupakan pelanggaran hukum syara'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan kita;
 
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka" (HR. Abu Dawud).

Kaum muslimin perlu diajak untuk berpikir kritis agar upaya pendangkalan aqidah umat bisa dituntaskan. Islam sebagai agama yang sempurna, mempunyai mekanisme politik untuk menjaga aqidah umat, diantaranya keberadaan Departemen Penerangan yang bertugas untuk memberikan pengetahuan dan tsaqofah Islam pada seluruh kaum muslimin tentang aktivitas yang benar untuk menyikapi hari besar agama lain.

Selain itu di setiap tempat dimana ada interaksi antara warga muslim dan non muslim, maka harus ditunjuk qadli hisbah yang bertugas untuk menjelaskan terkait penyikapan yang benar pada hari besar agama lain.

Sehingga tidak marak aktivitas natal bersama sebagaimana fakta dalam kehidupan sekuler, atau seorang muslim yang berpakaian ala santa claus saat bekerja.

Inilah kekhasan sistem Islam, dimana pejabat negara sudah wajar turun langsung di tengah masyarakat untuk memberikan edukasi wajibnya menjaga aqidah umat, khususnya penyikapan yang benar jelang nataru.

Yang terakhir adalah bukti toleransi dalam kepemimpinan Islam disaat 'Amr bin al Ash menjadi gubernur Mesir, maka pada saat itu ada perjanjian dengan penduduk Qibthi (Kristen Koptik) di Mesir yang berbunyi;

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Inilah apa yang diberikan oleh 'Amr bin al Ash kepada penduduk Mesir berupa jaminan keamanan atas diri, agama, harta benda, gereja-gereja, salib, darat, dan laut mereka.”

Sungguh fakta nyata toleransi yang sesuai tuntunan Islam pernah ada di masa peradaban Islam kaffah. Tidakkah kita rindu dengan toleransi yang tidak melanggar ketentuan Allah Ta'ala?[]

Oleh: Dahlia Kumalasari
(Pendidik)


Opini

×
Berita Terbaru Update