TintaSiyasi.id-- Syukur di kala bahagia maupun sengsara merupakan bentuk penerimaan yang tulus dan ikhlas terhadap segala keadaan yang kita hadapi dalam hidup. Bersyukur saat bahagia berarti tidak lupa diri, tetap rendah hati, dan tidak terjebak dalam kesombongan.
Sedangkan bersyukur saat menghadapi kesengsaraan menunjukkan keteguhan hati, keikhlasan, serta keyakinan bahwa semua cobaan pasti memiliki hikmah dan akan berlalu.
Dengan bersyukur dalam kedua kondisi ini, kita melatih hati untuk selalu tenang, melihat sisi positif, dan memperkuat kepercayaan kita bahwa setiap keadaan adalah bagian dari rencana terbaik. Bersyukur membuat kita lebih kuat dalam menghadapi tantangan hidup dan lebih menghargai setiap momen kebahagiaan yang kita miliki.
Sebaik-baik keadaan adalah Bersyukur kata Syeikh Abdul Qadir al-Jailani.
Ungkapan "Sebaik-baik keadaan adalah bersyukur" dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani menggambarkan esensi spiritualitas yang mendalam. Syukur tidak hanya menjadi respons terhadap nikmat, tetapi juga menjadi sikap hati yang mengakar dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka.
Bersyukur dalam pandangan Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah puncak kedekatan seorang hamba kepada Allah. Syukur bukan sekadar ucapan, tetapi manifestasi dari pengakuan penuh bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Ketika manusia bersyukur:
1. Dalam Kebahagiaan: Mereka tidak terjebak dalam hawa nafsu dan kesombongan, melainkan menyadari bahwa nikmat tersebut adalah amanah yang harus dimanfaatkan dengan baik.
2. Dalam Kesengsaraan: Mereka tetap mampu melihat hikmah di balik setiap ujian, percaya bahwa Allah tidak membebani hamba-Nya di luar batas kemampuan mereka.
Syukur menjadi penghubung hati dengan Sang Pencipta, membuat jiwa tenang dan penuh harapan. Itulah mengapa Syekh Abdul Qadir al-Jailani menempatkan syukur sebagai keadaan terbaik, karena melalui syukur, seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh cinta, ridha, dan keikhlasan.
Hati yang sehat adalah hati yang mampu merasakan kedekatan bersama Allah SWT.
Betul sekali, hati yang sehat adalah hati yang mampu merasakan kedekatan dengan Allah SWT. Dalam Islam, hati memegang peranan penting sebagai pusat kehidupan spiritual dan emosional.
Hati yang sehat memiliki ciri-ciri yang membuatnya selalu terhubung dengan Allah SWT, baik dalam pikiran, perasaan, maupun tindakan.
Ciri-Ciri Hati yang Sehat:
1. Penuh Keikhlasan
Hati yang sehat tidak mencari pujian manusia, melainkan hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT. Segala amal dilakukan dengan niat yang murni untuk-Nya.
2. Khusyuk dalam Ibadah
Hati yang sehat akan merasakan manisnya ibadah, seperti shalat, dzikir, dan doa. Ibadah menjadi kebutuhan, bukan sekadar kewajiban.
3. Mudah Bersyukur dan Bersabar
Dalam suka maupun duka, hati yang sehat selalu bersandar kepada Allah SWT. Syukur di kala bahagia dan sabar di kala menghadapi ujian.
4. Penuh Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
Hati yang sehat mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari segalanya. Cinta ini tercermin dalam ketaatan kepada syariat dan keinginan untuk selalu mendekat kepada Allah.
5. Bersih dari Penyakit Hati
Hati yang sehat bebas dari sifat iri, dengki, sombong, dan cinta dunia yang berlebihan. Ia selalu dipenuhi dengan keikhlasan, ketulusan, dan kasih sayang.
Kedekatan dengan Allah SWT:
Hati yang sehat merasakan kehadiran Allah SWT di setiap momen kehidupan. Ia menyadari bahwa Allah selalu dekat, mengetahui segala keadaan kita. Kedekatan ini melahirkan rasa takut (khauf) yang menahan dari dosa, sekaligus harapan (raja’) yang mendorong untuk terus memperbaiki diri.
Cara Menjaga Hati Agar Tetap Sehat:
1. Banyak Berdzikir
Dzikir mengingatkan hati kepada Allah dan menjauhkan dari kelalaian.
2. Memperbaiki Niat
Luruskan niat dalam setiap amal, pastikan semuanya untuk Allah.
3. Meninggalkan Maksiat
Maksiat adalah racun bagi hati. Hindari dosa sekecil apa pun.
4. Mencari Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah akan membersihkan hati dari kebodohan spiritual.
5. Berkumpul dengan Orang Shalih
Lingkungan yang baik membantu menjaga kebersihan hati.
Hati yang selalu merasakan kedekatan dengan Allah SWT akan menjadi sumber kebahagiaan sejati, kedamaian, dan ketenangan di dunia maupun akhirat.
Alhamdulillah Ya Allah atas segala nikmat dan keadaan.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo