TintaSiyasi.id -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, dengan semangat dan slogan Kemendikdasmen, menguraikan program prioritas yang bertujuan mencerdaskan dan memajukan bangsa. Tujuan utama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah adalah memberikan pendidikan yang berkualitas kepada semua individu, sesuai dengan yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Beberapa program berprioritas dari Kemendikdasmen adalah penguatan Pendidikan Karakter. (Republika, 9/11/2024)
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah merencanakan pengenalan Kurikulum Deep Learning sebagai pengganti dari Kurikulum Merdeka Belajar yang sedang berlaku. Kurikulum Deep Learning dibentuk sebagai alternatif bagi Kurikulum Merdeka Belajar dalam suatu aktivitas. Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang lebih berarti dan menyenangkan bagi siswa. Di samping itu, Deep learning terdiri dari tiga elemen penting, yaitu Mindfull Learning (mengakui perbedaan individu murid), Meaningfull Learning (mendorong pemikiran dan keterlibatan aktif murid dalam proses belajar), Joyfull Learning (menekankan rasa puas dan kedalaman pemahaman).
Isu berkenaan dengan rencana perubahan kurikulum mulai mencuat setelah banyak pemberitaan media mengenai rencana Mendikdasmen menyelenggarakan deep learning. Walau sudah dijelaskan bahwa deep learning tidak termasuk dalam kurikulum, namun metode tersebut dapat diadopsi dan perubahan kurikulum bisa dilakukan pada tahun ajaran mendatang. Walau begitu, warga telah mendapatkan pandangan bahwa bila menteri diganti, kebijakannya pun akan berubah. Perubahan dalam kurikulum mengundang pertanyaan penting tentang tujuan pendidikan dan hasil yang diharapkan dari serangkaian kurikulum yang sering berubah.
Menurut kajian Political and Economic Risk Consultants (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-12 dari 12 negara di Asia. Forum Ekonomi Dunia Swedia tahun 2000 menunjukkan daya saing Indonesia rendah, yaitu peringkat 37 dari 57 negara. (Kompasiana, 29 Juni 2022)
Isu-isu yang sedang dihadapi dalam sistem pendidikan di Indonesia meliputi perubahan kurikulum, ketimpangan fasilitas serta infrastruktur, keberadaan sistem zonasi, dan permasalahan yang dihadapi oleh para peserta didik. Jaminan kesejahteraan bagi para guru masih menjadi perhatian penting dalam sistem pendidikan saat ini.
Permasalahan pendidikan pada dasarnya bersifat kompleks dan memerlukan pertimbangan berbagai pilar yang mendukung pelaksanaannya. Namun prestasi akademik merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan akademik. Selain permasalahan kognitif (matematika, literasi, dan sains), pendidikan dasar dan menengah di negeri ini tidak bisa lepas dari beberapa permasalahan terkait etika siswa.
Tentu saja kita masih ingat betapa kasus perundungan di sekolah masih menjadi salah satu tantangan bagi lembaga pendidikan. Demikianlah juga perilaku yang tidak senonoh di kalangan pelajar yang merupakan kejadian yang sering terjadi. Biasanya, setiap persoalan hanya berakhir dengan permintaan maaf dan diselesaikan dengan kepala dingin dalam suasana kekeluargaan. Di sisi lain, peran vital dunia pendidikan adalah membentuk individu yang tidak hanya kompeten dalam pengetahuan dan sains, tetapi juga memiliki kepribadian yang mencerminkan orang yang berilmu.
Permasalahan pendidikan yang kompleks tidak mungkin hanya diatasi dengan meningkatkan kemampuan berpikir saja. Perhatian terhadap aspek ketakwaan juga merupakan hal yang penting bagi pemerintah. Namun, dalam sistem pendidikan masa kini dengan semangat sekuler yang dianutnya, moralitas dianggap sebagai hal pribadi yang tak perlu campur tangan dari para pengambil kebijakan.
Pendapat tentang pendidikan yang hanya fokus pada aspek kognitif sebenarnya tidak sepenuhnya keliru. Namun perlu diketahui oleh para penguasa bahwa dalam diri seorang pencari ilmu, seharusnya terdapat gabungan karakter unik yang memadukan ilmu dan sopan santun. Jika dilewatkan begitu saja, masyarakat akan tetap melihat lulusan-lulusan yang bermasalah dan melupakan nilai keagamaan.
Kurikulum yang sering diubah untuk beradaptasi dengan perubahan global dan tuntutan negara-negara maju merupakan tanda ketidak jelasan visi pendidikan negri ini. Bahkan, sejumlah partai politik mengkritisi pengembangan kurikulum yang cepat dan memaksa masyarakat mengikuti ritme revolusi industri.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa sistem pendidikan kita lebih berfokus pada mencetak individu yang siap bekerja, bukan yang mampu berpikir secara kritis. Pendidikan kita lebih tertuju pada mengasah keterampilan, bukan pada menguatkan prinsip-prinsip dasar yang sebetulnya harus dimiliki oleh para pelajar. Para pembuat kebijakan sering kali tidak bisa memberikan solusi karena mereka terpaku pada realitas global yang dinamis.
Memang benar teknik belajar itu penting. Namun prinsip-prinsip dasar pendidikan seperti aspek moralitas/kesalehan, filosofi ilmu yang jelas, dan mengintegrasikan ilmu pengetahuan ke dalam kehidupan merupakan hal mendasar yang harus di pahami pemerintah.
Betul juga bahwa pemerintah tidak sepenuhnya bertanggung jawab terhadap urusan moralitas. Namun sebenarnya pemerintah juga menegakkan batasan dengan alasan bahwa agama dianggap menghambat kemajuan. Mereka telah memutuskan untuk menekankan dasar pendidikan pada epistemiologi sekuler dengan tujuan menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter sekuler. Makanya, hasil yang dihasilkan jauh dari citra yang terkait dengan generasi emas yang cerdas, beradab, dan bertakwa.
Sistem yang cenderung tidak memihak terhadap agama malah didesain untuk membentuk kepribadian peserta didik dengan prinsip-prinsip moderat. Arah kurikulum yang memupuk pemikiran moderat dan toleran mungkin menyebabkan sedikit kabut dalam pemahaman akidah. Padahal, pemahaman yang kukuh tentang akidah merupakan asas yang penting untuk menghasilkan individu bertakwa yang siap mengamalkan ilmu mereka demi kemajuan negara.
Sistem pendidikan saat ini berbeda dengan sistem pendidikan islam. Kurikulum Islam itu unik dan khas. Kurikulum dirancang untuk mendidik generasi emas yang berkarakter Islam. Dedikasi yang menjadi ciri khas para santri ini menjadikan mereka memahami pentingnya ilmu dan kegunaannya bagi kesejahteraan umat.Dalam sistem pendidikan Islam, selain menguasai ilmu-ilmu alam dan teknik, penting bagi siswa untuk memahami agama. Agama berperan penting dalam membentuk pemikiran dan sikap masyarakat. Misalnya, semakin banyak oknum koruptor yang mencuri uang rakyat. Mereka bertindak bukan karena tidak memahami ilmu pengetahuan atau teknologi. Kerugiannya terletak pada pola pikir dan sikap yang mendorong terjadinya korupsi yang disengaja.
Artinya, landasan fundamental yang juga mewakili visi pendidikan pembentukan karakter Islami menjadi penting. Begitu pula pemahaman agama merupakan magnet untuk memperoleh ilmu pengetahuan lainnya. Masyarakat yang memahami bahwa ilmunya berperan memberikan manfaat bagi masyarakat, akan mengembangkannya lebih lanjut dalam berbagai inovasi dan akuisisi teknologi.
Dalam agama Islam, negara memahami tugasnya sebagai pelayan rakyat. Generasi yang ada merupakan faktor penting dalam menentukan arah masa depan negara. Negara akan berupaya sepenuh tenaga untuk memastikan masa depan yang cerah dengan melaksanakan sistem pendidikan yang merata dan berkualitas. Meratakan karena pemerintah mengakui bahwa semua warga, tidak peduli kondisi keuangan mereka, memiliki hak yang setara. Pendidikan berkualitas bermakna negara menyusun rencana pembelajaran sesuai tingkat pendidikan dan menyediakan fasilitas yang memadai bagi pembelajaran yang optimal.
Islam meyakini bahwa negara mempunyai kewajiban untuk melayani rakyatnya. Keberadaan generasi memegang kunci masa depan suatu negara. Negara ini akan melakukan segala upaya untuk mempersiapkan masa depan yang cerah melalui sistem pendidikan yang adil dan berkualitas. Kesetaraan berarti pemerintah mengakui bahwa semua warga negara, kaya atau miskin, mempunyai hak yang sama. Pendidikan yang berkualitas berarti pemerintah mengembangkan rencana pembelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan dan membangun fasilitas yang sesuai untuk proses belajar mengajar.
Negara akan membangun sekolah di setiap daerah untuk memastikan semua anak mempunyai akses terhadap pendidikan. Untuk mencapai manfaat tersebut, negara membentuk struktur administrasi yang terdiri dari departemen (maslaha), divisi (dairah), dan unit (idara) untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan. Struktur administrasi negara berkontribusi terhadap pemerataan akses pendidikan di masyarakat. Sekolah dibangun berdasarkan kebutuhan, sehingga siswa dapat memanfaatkan gedung yang disediakan negara secara gratis atau dengan biaya murah.
Inilah yang pernah terjadi dalam sejarah kemajuan peradaban Islam. Saat itu, Islam menjadi fokus utama dalam penyediaan pendidikan yang dicari oleh seluruh masyarakat global. Banyak ilmuwan dunia bermunculan melalui sistem pendidikan ketika Islam mencapai puncak kejayaannya. Mereka adalah para ilmuwan yang tidak hanya memiliki pengetahuan mendalam dalam ilmu Islam, tetapi juga sangat terampil dalam bidang sains dan teknologi. Banyak sekali ilmuwan Muslim yang diabadikan namanya dalam sejarah kehebatan peradaban Islam serta dalam berbagai karya tertulis yang dihargai oleh peradaban Barat. Jika di hari ini dunia bersinar dengan kemajuan Barat yang mengesampingkan agama, agama Islam sebaliknya justru bersinar terang.
Kunci kesuksesan pendidikan pada zaman Islam adalah berlandaskan akidah yang kokoh. Sebaliknya, peradaban Barat kini menghasilkan lulusan yang ahli dalam sains dan teknologi, namun, di sisi lain, kita juga dihadapkan pada masalah sosial dan penurunan moral yang serius. Jika penguasa saat ini berkeinginan baik untuk memajukan individu melalui pendidikan, pilihan yang paling tepat adalah menerapkan sistem pendidikan Islam. []
Oleh: Kanti Rahayu
Aliansi Penulis Rindu Islam