Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Aynal Muslimun: Di Mana Kaum Muslim Saat Palestina Dibantai?

Rabu, 27 November 2024 | 11:14 WIB Last Updated 2024-11-27T04:15:06Z

TintaSiyasi.id -- Selama lebih dari 400 hari, rakyat Palestina telah menjadi korban kekerasan dan penindasan yang tidak henti-hentinya. Serangan udara, pengusiran paksa, blokade ekonomi, hingga pelanggaran hak asasi manusia terus dilakukan oleh penjajah Zionis Israel. Ribuan nyawa telah melayang, termasuk anak-anak, perempuan, dan warga sipil tak bersenjata. Namun, yang menyayat hati adalah pertanyaan yang terus menggema di tengah penderitaan rakyat Palestina: “Aynal Muslimun?"-“Di mana kaum Muslim?”

Pertanyaan ini mencerminkan kekecewaan dan rasa sakit mendalam terhadap ketidakpedulian dunia Islam, khususnya negara-negara Muslim yang secara geografis dekat dengan Palestina, tetapi tidak menunjukkan langkah konkret untuk menghentikan kebiadaban ini. Apa yang menyebabkan hal ini? Mengapa umat Islam yang memiliki jumlah besar dan kekuatan luar biasa seolah lumpuh dalam menghadapi tragedi Palestina? Artikel ini akan mengulas penyebab utama ketidakberdayaan umat Islam dan bagaimana solusi Islam menjadi jawaban atas penderitaan ini.

Tragedi di Palestina bukanlah hal baru. Sejak pendirian negara Israel pada 1948 melalui perampasan tanah Palestina, rakyat Palestina telah menjadi korban penjajahan sistematis. Konflik yang terjadi bukan hanya soal sengketa wilayah, tetapi juga upaya genosida terhadap penduduk asli Palestina.

Lebih dari 400 hari terakhir, serangan militer Israel di Gaza, Tepi Barat, dan wilayah Palestina lainnya semakin brutal. Menurut laporan berbagai organisasi internasional, blokade ekonomi telah menyebabkan kelangkaan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya, sehingga rakyat Palestina hidup dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Namun, penderitaan ini tidak hanya terjadi karena kekejaman Israel, tetapi juga karena lemahnya respons dunia internasional, termasuk negara-negara Muslim yang seharusnya memiliki tanggung jawab moral dan religius untuk membantu saudara seiman mereka. Negara-negara Muslim, terutama yang berada di kawasan Timur Tengah seperti Mesir, Yordania, dan Arab Saudi, memiliki kemampuan strategis untuk membantu Palestina. Tetapi, kenyataannya, mereka hanya diam, atau lebih buruk lagi, menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Normalisasi hubungan ini mencerminkan penghianatan besar terhadap perjuangan rakyat Palestina.

Ada beberapa alasan mengapa negara-negara Muslim terdekat tidak bertindak:

Pertama. Ketergantungan pada sistem kapitalisme.
Negara-negara Muslim saat ini terikat dalam sistem kapitalisme global yang memprioritaskan kepentingan ekonomi dan politik di atas nilai-nilai keadilan. Aliansi strategis dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, membuat negara-negara ini takut mengambil tindakan yang dianggap "melawan arus" kapitalisme global. Mereka lebih memilih mengamankan stabilitas internal dan kepentingan ekonomi daripada membela Palestina.

Kedua. Sekularisme dan nasionalisme.
Sistem pemerintahan di banyak negara Muslim telah teracuni oleh sekularisme, yang memisahkan agama dari politik. Konsep solidaritas Islam (ukhuwah islamiah) menjadi lemah karena digantikan oleh nasionalisme. Pemimpin-pemimpin Muslim lebih peduli pada batas-batas negara mereka daripada melindungi umat Islam yang tertindas di belahan dunia lain.

Ketiga. Ketiadaan kepemimpinan islam global.
Setelah runtuhnya Khilafah Islamiyah pada 1924, umat Islam kehilangan pemimpin global yang mampu mempersatukan mereka. Kini, umat Islam tersebar di lebih dari 50 negara, tetapi tidak ada otoritas tunggal yang dapat mengarahkan kekuatan politik, ekonomi, dan militer mereka untuk melindungi Palestina atau wilayah Muslim lainnya yang tertindas.


Kapitalisme: Akar Masalah

Sistem kapitalisme bukan hanya melahirkan penjajahan ekonomi, tetapi juga menciptakan ketimpangan kekuasaan yang sangat besar. Israel adalah contoh negara yang diuntungkan oleh sistem ini. Dengan dukungan ekonomi dan militer dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, Israel mampu melakukan apa saja tanpa takut dihukum oleh komunitas internasional.

Di sisi lain, negara-negara Muslim yang seharusnya memiliki kekuatan besar justru terpecah-belah oleh sistem kapitalisme dan sekularisme. Kekayaan alam yang melimpah di dunia Islam, seperti minyak dan gas, tidak digunakan untuk kemaslahatan umat tetapi dimanfaatkan oleh negara-negara kapitalis untuk memperkaya diri mereka sendiri.

Kapitalisme juga merusak solidaritas umat Islam. Nilai-nilai materialisme yang menjadi dasar kapitalisme membuat umat Islam di banyak negara lebih fokus pada kepentingan individu daripada perjuangan kolektif membela sesama Muslim.


Islam sebagai Solusi Hakiki

Untuk membebaskan Palestina dari penjajahan dan penderitaan, umat Islam harus kembali pada sistem Islam yang menyeluruh. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah, tetapi juga mencakup politik, ekonomi, dan hubungan internasional. Ada beberapa langkah penting yang harus diambil umat Islam:

Pertama. Membangkitkan kesadaran tentang ukhuwah islamiah.
Umat Islam harus menyadari bahwa mereka adalah satu tubuh. Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakannya.” (HR. Muslim). Solidaritas ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata untuk membantu Palestina.

Kedua. Menghapus sistem kapitalisme dan sekularisme.
Umat Islam harus meninggalkan sistem kapitalisme dan sekularisme yang telah terbukti gagal melindungi mereka. Sistem ini hanya melahirkan penjajahan dan ketidakadilan. Sebagai gantinya, mereka harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk pemerintahan.

Ketiga. Menegakkan Khilafah Islamiah.
Solusi utama untuk membebaskan Palestina adalah menegakkan kembali Khilafah Islamiah, yaitu kepemimpinan Islam global yang berfungsi melindungi umat Islam di seluruh dunia. Khilafah akan menyatukan kekuatan politik, ekonomi, dan militer umat Islam untuk melawan penjajahan dan ketidakadilan.

Keempat. Menggunakan kekuatan militer untuk membela Palestina.
Islam mengajarkan bahwa kaum Muslim harus melindungi saudara mereka yang tertindas. Allah SWT berfirman:
Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan...” (TQS. Al-Anfal: 72).
Negara-negara Muslim memiliki angkatan bersenjata yang besar dan sumber daya yang cukup untuk melawan Israel. Tetapi, kekuatan ini tidak akan berguna tanpa adanya pemimpin yang berani mengambil langkah tegas.


Jangan Tunda Lagi

Pertanyaan “Aynal Muslimun?” adalah tamparan keras bagi umat Islam di seluruh dunia. Tragedi Palestina adalah ujian besar yang mengungkap kelemahan umat Islam saat ini. Selama umat Islam tetap terpecah-belah dan terjebak dalam sistem kapitalisme, penderitaan rakyat Palestina akan terus berlanjut.

Solusinya hanya satu kembali kepada Islam. Dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dan menegakkan Khilafah Islamiah, umat Islam akan memiliki kekuatan untuk melawan penjajahan dan melindungi saudara-saudara mereka yang tertindas. Saatnya umat Islam bangkit, bersatu, dan membuktikan bahwa mereka adalah umat terbaik yang mampu membawa keadilan dan kedamaian bagi dunia.

Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya ketika Dia menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (TQS. Al-Anfal: 24). []


Oleh: Rutin, S.E.I.
Aliansi Penulis Rindu Islam

Opini

×
Berita Terbaru Update