Tintasiyasi.ID -- Ustazah Lilis Marlina, S.E., M.Si, CRP, Aktivis Dakwah dan Intelektual Aceh, menyatakan bahwa simpul semua pertanyaan terbesar manusia harus terurai dengan benar.
“Simpul semua pertanyaan terbesar manusia harus terurai dengan benar,” tuturnya dalam daurah tokoh memperingati maulid Nabi Muhammad saw. yang diselenggarakan oleh Muslimah Aceh Peduli Umat di Subulussalam, Ahad (20/10/2024).
Dengan tema Momentum Maulid Nabi: Teladani Perjuangan Nabi Wujudkan Islam Kaffah, ditegaskannya, "Simpul semua pertanyaan (Al-Uqdatul al-Kubra) atau simpul terbesar manusia, harus terurai dengan benar. Bila terurai semua dengan benar, maka terurai pula pertanyaan cabang dengan benar pula."
“Ada tiga pertanyaan mendasar pada diri manusia. Yaitu, dari mana manusia berasal?; untuk apa manusia diciptakan?; dan ke mana manusia setelah mati? Ketiga pertanyaan ini harus terjawab dengan benar,” ujarnya.
Menurutnya, ada dua jenis jawaban, ada jawaban sekuler dan ada jawaban Islam. “Sekuler menjawab bahwa manusia diciptakan oleh Allah, dan hidup untuk mencari kepuasan jasmani, setelah mati akan ada hidup yang abadi di surga (karena sudah diampuni). Jawaban sekuler ini adalah jawaban yang salah, karena tidak sesuai dengan akal dan fitrah manusia,” urainya.
“Sementara Islam menjawab bahwa manusia diciptakan oleh Allah, hidup untuk beribadah kepada Allah, setelah mati akan hidup abadi di alam akhirat di surga atau neraka, tergantung kehidupan manusia di dunia. Beriman atau tidak, dan bila beriman, taat atau tidak,” urainya.
Dalam jawaban Islam, lanjutnya, dijelaskan bahwa ada hubungan penciptaan manusia, bahwa Allah adalah yang menciptakan manusia (lahir), kemudian ada hubungan perintah dan larangan ketika di kehidupan dunia.
“Ada hubungan pertanggungjawaban ketika di hari berbangkit, sehingga ada penghisaban. Surga bagi yang taat dan neraka bagi yang ingkar. Jawaban inilah yang benar, karena sesuai dengan fitrah dan akal manusia,” bebernya.
Karena itu, ia menyampaikan sikap seorang Muslim haruslah memilih dan mengambil jawaban yang benar, yaitu dari Islam, dan meninggalkan jawaban yang salah, yaitu jawaban sekuler.
"Manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya dan setelah mati akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan di dunia pada hari perhitungan (yaumulhisab). Dari itu akan ditentukan sebagai penghuni surga atau neraka," tegasnya.
Prototipe Manusia
Ia menjelaskan bahwa ada tiga macam prototipe manusia dalam kesehariannya, menurut keyakinan, perbuatan, dan balasannya. “Pertama, jika keyakinan Muslim dan di dunia taat, maka ia akan kekal di surga; kedua, jika dari segi keyakinan Muslim, tapi di dunia suka maksiat, maka ia akan ke neraka dahulu baru ke surga; ketiga, jika keyakinan kafir (non-Muslim), perbuatan (mau taat atau tidak), maka akan kekal di neraka,” urainya.
"Karena itu, sebagai Muslim harus banyak-banyak memuhasabah diri. Apakah jawaban kita sudah benar dan apakah tujuan hidup kita sudah benar? Atau hanya mengikuti hawa nafsu semata? Memenuhi perut semata?" tanyanya.
Ia juga mengutip hadis dari Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ibnu Hibban, yang artinya, "Barang siapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah cukup (selalu ada) di hadapannya. Padahal dia tidak akan mendapatkan harta benda duniawi melebih dari apa yang Allah tetapkan. Dan barang siapa menjadikan akhirat niat tujuan utamanya. Maka Allah akan himpunkan urusan dunianya menjadikan kekayaan selalu merasa cukup ada dalam hatinya dan harta duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah."
Jadi menurutnya, jawaban Islam terkait dengan simpul terbesar tersebut, yaitu adanya hubungan antara sebelum manusia dilahirkan ke dunia, ada hubungan penciptaan, yaitu ada Allah, dan setelah dilahirkan ke dunia adalah hubungan pengaturan, ada perintah dan ada larangan yang berasal dari Allah yang telah menciptakan. Setelah kematian ada hubungan penghisaban perbuatan di dunia, apakah mematuhi perintah Allah atau melanggarnya.
"Karena itu, siapa yang di dunia mengikuti aturan Allah, mematuhi perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya, maka baginya surga. Siapa di dunia mengingkari Allah, dan melanggar perintah Allah, maka baginya di akhirat kelak adalah neraka," pungkasnya.[] Fadhilah Fitri