Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Toleransi Itu Bukan Partisipasi atau Kolaborasi

Minggu, 29 September 2024 | 05:17 WIB Last Updated 2024-09-28T22:18:15Z
TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ismail Yusanto di kanal Youtube UIY Official, Rabu (11/9/2024) yang bertema Kedatangan Paus, Propaganda Sekularisme dan Syi'ar Kekufuran, menyampaikan bahwa tolerasnsi itu tidak boleh diartikan sebagai partisipasi atau kolaborasi.

Ia menyebutkan, ada beberapa poin yang bisa disebut toleransi atau tasamuh. Pertama, menghargai pluralitas atau keragaman. Ketika Allah subhanahu wa ta'ala mengatakan kufur menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala itu memberikan kebebasan kepada manusia untuk beriman ataupun tidak. "Allah melarang kita untuk memaksa orang lain masuk Islam. Ada yang Muslim ada yang tidak Muslim, itu sebenarnya satu hal yang biasa, itu menjadi sunatullah," sambungnya. 

Kedua, ia menyampaikan bahwa Islam juga mengajarkan bagaimana dalam keragaman mempunyai prinsip seperti yang sudah umat Islam sangat kenal yaitu lakum dinukum waliyadin, "bagimu agamamu bagiku Agamaku".

"Kita tetap harus menghormati dalam arti membiarkan mereka itu dalam agama mereka menjalankan kewajiban atau menjalankan ibadah dan segala halnya berkaitan dengan Aqidah. Harus bisa menjaga harkat martabat, darah, dan kehormatan mereka. Kita tidak boleh mengambil hartanya dengan semena-mena, melecehkan kehormatan atau apalagi kemudian kita hilangkan nyawanya," jelasnya.

Ia sebutkan, "Innaddinaallahil Islam, agama yang di sisi Allah hanyalah Islam, itu dicap sebagai tidak toleran. Demikian juga ketika umat Islam ada yang tidak setuju pergantian azan di  di TV dengan teks.

"Apa yang harus dilakukan kepada orang yang beragama selain Islam ada beberapa poin penting lagi yang harus diperhatikan dalam kita mewujudkan apa yang disebut tasamu itu, yang pertama adalah bahwa toleransi itu tidak boleh sampai kemudian kita menyatakan semua agama itu sama," jelasnya.

UIY menegaskan bahwa hal itu bertentangan dengan aqidah Islam. Agama di sisi Allah hanyalah Islam. Barang siapa mencari agama selain Islam, tidak akan diterima selama-lamanya.

 "Toleransi itu membiarkan mereka untuk mengikuti, merayakan, melaksanan ibadah, dan merayakan hari besar mereka. Terlarang oleh kita untuk partisipasi di dalam kegiatan itu dalam ibadah mereka di dalam perayaan agama mereka," tegasnya lagi. 

Ketiga, ia menyampaikan bahwa toleransi tetap harus memegang prinsip ketentuan-ketentuan dalam Islam. 

"Islam itu jelas sekali menuntun siapa yang harus dihormati oleh Allah, kita harus memuliakan yang dimuliakan oleh Allah, dan kita harus menghinakan siapa yang dihinakan oleh Allah," terangnya. 

Lalu ia mengutip firman Allah Swt. Allahu muhzil kafirin "Allah itu merendahkan atau menghinakan orang-orang kafir."

"Bagian terpenting dari sebuah negara dalam pandangan Islam itu adalah melindungi aqidah umat atau rakyatnya. Keselamatan aqidah, salamatul aqidah itu penting sekali karena itu nilai yang tertinggi di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala. [] Lilis

Opini

×
Berita Terbaru Update