Tintasiyasi.id.com -- Aksi saling sindir perwakilan negara antara Iran dan Israel dalam sidang darurat yang diadakan oleh Dewan Keamanan PPB Pasca tragedi kematian Pemimpin Hamas Ismail Haniyah menjadi narasi yang dipilih media internasional hingga dalam menegeri dalam rangka turut meramaikan.
Disebut perang narasi, perang jenis ini ternyata tidak kalah sengit dan mematikan! Berbagai ideologi, paham bahkan aliran pemikiran secara radikal dipertaruhkan.
Iran sebagai negara yang kerap terkenal dalam memamerkan rudal dan satu selain Korea Utara sebagai negara yang seringkali diperingatkan bukan lantaran memproduksi nuklir yang katanya mengancam keamanan dunia sebenarnya terkenal dengan spiritualitas dan pemikirannya, Tasawwuf dan Filsafat.
Dikenal sebagai sumber dan tempat lahirnya perkembangan berbagai tarekat seringkali menjadikan Iran sebagai negara yang menerapkan sistem Islam yang disebut-sebut Syiah.
Secara literatur yang seringkali dijadikan sandaran kebenaran berupa teks-teks (buku) juga berbagai beberapa ritual agama kerap dianggap menyimpang lantaran kontras dengan berbagai ajaran Islam generasi awal ("salaf ash-Sholih") dan penguatan peran tokoh yang katanya dianggap disucikan terpatahkan begitu saja pertahanan kekuatannya dalam serangan terhadap beberapa petinggi mereka.
Spiritualitas yang kental dalam kehidupan masyarakat khas Iran nampak menjadi tidak berdaya, sejarah peradaban yang terkenal seperti Persia, "Wahdatul Wujud", dan "Hikmah Isyroqiyyah" semua menjadi tidak berharga, ada apa?! Tudingan terhadap Israel berikut kutukan berkali-kali disampaikan seiring tentunya ungkapan bela sungkawa terhadap para korban yang berjatuhan.
Namun ternyata semua itu tidak menjadi jaminan sebagai benteng pertahanan. Jadi ingat ungkapan populer yang seringkali dijadikan lelucon. Seringkali dijadikan modal dalam berbuat atau mengambil keputusan yang tidak mengutamakan ilmu dan amal namun keyakinan sebagai modal mutlak maka semua dapat dilibas dan rambu-rambunya diterobos dengan alasan "seng penting yakin!" Nyatanya, kesombongan Israel berupa teknologi dan berbagai alat perang nampaknya masih melampaui segalanya.
Keyakinan Israel dalam menghadapi berbagai pihak yang dimusuhinya terbukti mampu mempertahankan eksistensinya dengan sikap sedemikian rupa dengan kerusakan yang luar biasa.
Sedikit mengulik sikap Arab Saudi, sebab selain lantaran negara tersebut kerap dianggap berseberangan secara ajaran Islam dengan Iran, namun ternyata teguh dalam ideologi revivalis yang dianut.
Pemurnian agama yang menjadi spirit beragama dan bernegara nampaknya benar-benar telah menyatu dalam kultur negara Arab Saudi. Berbeda dengan Iran sikap unik Arab Saudi yang terkesan berdiam diri di tengah-tengah berbagai konflik; Palestina dan Israel, kini mempertegas posisi Iran, kian kokoh dengan kemapanannya!
Namun bagaimana sebenarnya peran spiritual khususnya dalam kondisi perang? Ada beberapa tokoh sebenarnya yang turut meramalkan kondisi masa depan timur tengah dalam menghadapi Israel yang diyakini akan hancur.
Bahkan politikus yang digadang-gadang sebagai tokoh yang memiliki kapasitas di bidang tersebut, seperti Ahmad Yasin meramalkan bahwa kehancuran Israel, sebagai bangsa yang menindas telah tiba. Jauh-jauh hari ramalan tersebut dinukil dalam menjawab pertanyaan seputar blokade bahkan genosida seperti di jalur Gaza hari ini.
Sikap berbeda diungkapkan tokoh agama di Palestina yang juga dikutip hingga sampai ke Indonesia agar masyarakatnya mampu introspeksi dan diserukan untuk kembali kepada agama (Islam). Jauh dari agama dianggap sebagai di antara akibat diturunkannya cobaan terhadap mereka.
Namun intinya, sikap sabar dan berpegang teguh pada kebenaran adalah solusi persoalan kemanusiaan yang sedang melanda. Pesan inti ini sebenarnya tidak hanya kepada rakyat Palestina, namun seluruh manusia yang tergerak hatinya untuk persoalan nyata kemanusiaan di sana.
Sebagaimana Iran yang telah nyata puncak spiritualitasnya, sikap Arab Saudi dapat dipahami sebagai spiritualitas yang tinggi dan bukan sekedar ideologi politik.[]
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)