Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Shahid Bolsen: Kerusuhan yang Terjadi Hanyalah Penegasan Bahwa Peradaban Inggris Adalah Primordial yang Penuh Kebencian, Primitif, dan Kasar

Sabtu, 24 Agustus 2024 | 15:05 WIB Last Updated 2024-08-24T08:05:52Z

TintaSiyasi.id -- Aktivis Islam kelahiran Amerika yang juga pendiri Middle Nation Channel, Shahid Bolsen, megatakan bahwa kerusushan yang kini melanda negara Inggris hanyalah sebuah penegasan dari budaya negara tersebut aslinya primordial, primitif, dan kasar.  

“Jadi, apa yang Anda saksikan, maksud saya kerusuhan yang sedang terjadi, hanyalah sedang menegaskan kembali budaya mereka, warisan, dan yang mereka sebut dengan peradaban Inggris yang sangat, …jujur saya katakan, sangat primordial yang penuh kebencian, privitif, dan kasar,” ujarnya di kanal video Middle Nation, dengan judul UK Riots: The Brutal Truth About British Culture, Ahad (11/08/2024). 

Menurutnya, kerusuhan tersebut  merupakan tradisi yang sudah mandarah daging dari keturunan orang-orang Inggris tua atau yang dikenal dengan Anglo-Saxons, yang pada dasarnya merupakan kelompok masyarakat yang monokultur dan anti kemajemukan (multikultural). 

Bagi keturunan Anglo-Saxons, melakukan kejahatan hanyalah ibarat sebuah pertunjukan atau festival budaya dan tradisi. 

“Anda tahu? Budaya Inggris mereka, Anda juga tahu warisan Inggris mereka, Anglo-Inggris disebut sangat beradab. Dulu mereka sudah merasakan yang namanya marginalisai, minimalisasi, dan diremehkan karena kehadiran bangsa kulit non-putih, dan utamanya kehadiran kaum Muslim,” sambung Shahid. 

Sehingga kata Shahid, sangatlah tidak mudah untuk mengubah kondisi masyarakat Inggris secara alamiah yang tutun-temurun dari bapakp-bapak mereka. Karena kehidupan sebuah masyarakat sangatlah eksklusif.

“Ibarat seekor monyet, jika ekornya diikatkan pada sebuah kayu maka bisa lurus. Tetapi ketika kayu itu dilepas, ekornya kembali menggulung. Artinya, Anda tidak bisa mengubah masyarakat secara alamiah dengan mudah karena itu hal yang eksklusif. Karena kerasan, tirani, supremasi itu datangnya dari ayah atau kakek mereka,” tegasnya melanjutkan. 

Oleh karena itu, kaum Muslim maupun para imigran (kulit hitam, Asia, dan Arab)  yang berada di Inggris seharusnya memahami dengan benar latar belakang masyarakat di sana secara alami. Sehingga ketika terjadi kerusuhan di Inggris seperti sekarang, tidak perlu merasa kecewa, trauma, ataupun kaget. Sebab alaminya orang-orang Anglo-Inggris bukanlah masyarakat yang beradab.

“Secara terus terang saya katakana, saya tidak tahu bagaimana Anda bisa meyakinkan diri sendiri bahwa Anda hidup dalam masyarakat beradab dan sehat di Inggris? Dan semua ini akan mengejutkan Anda?” tanya Shahid menegaskan. 

Shahid menyatakan, tidak mungkin negara penjajah yang brutal dan melahirkan perbudakan seperti Inggris menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi warga imigran yang tanahnya dijajah oleh Barat termasuk Inggris. Karena alasan para imigran datang ke Inggris juga karena menderita di tanah sendiri bahkan diperlakukan sebagai budak. 

“Jadi, kenapa negara-negara mereka (Barat) harus menjadi nyaman atau tentram, layak huni bagi warga yang berimigrasi dari tanah-tanah yang menderita? Maksud saya, bagaimana Anda berfikir kaum brutal, penjajah yang mencipatakan perbudakan  akan sangat berbeda ketika mereka di negara sendri?” lanjutnya kembali. 

Di samping itu menurut Shahid, angka kekerasan domestik di negara-negara Barat penjajah seperti Inggris sangatlah tinggi. 

“Tidak ada orang yang biadab dalam pekerjaannya, tetapi lembut di rumah. Mereka di negara Anda sebagai perampok, pencuri, dan menghancurkan negara Anda karena mereka berfikir Anda layak untuk itu. Dan kini Anda saksikan kekerasan itu di jalanan kota London, Brighton, Manchester, Bristol, Liverpool, dan Cardiff,” kata Shahid. 

Ia lanjut memaparkan kejahatan-kejahatan penjajahan Inggris di berbagai wilayah di dunia seperti India dengan menciptakan kelaparan di wilayah Bengali padahal tanahnya subur dan perkebunannya sangat luas. 

Kejahatan yang sama juga dilakukan oleh negara penjajah Inggris di Karibian tepatnya daerah perkebunan tembakau, gula, dan kapas.

Begitupun di negara Zimbabwe dan Kenya. Inggris mencuri tanah orang-orang Afrika, lalu menguasai pertambangannya dan memaksa penduduk asli pemilik tanah setempat untuk bekerja menjadi buruh-buruh kasar atau budak di tanah sendiri. Lalu hasilnya diserahkan ke tangan penjajah Inggris. 

“Untuk mengambil semua kekayaan alam Anda dan menyerahkannya ke tangan mereka. Saya katakan pada Anda, begitulah mereka memandang Anda saat ini,” tegas Shahid. 

Kata Shahid, pandangan penjajah terhadap penduduk asli negara jajahannya tidak akan pernah berubah. Akan terus diburu, dan bahkan lebih biadab lagi ketika sampai di negara mereka. Ia menggambarkan posisi kaum imigran yang berada di Inggris ibarat masuk perangkap kandang serigala.

 “Apakah Anda kira seekor serigala sangat berbahaya ketika di luar dan ketika  berada di dalam kandang hanya sedikit berbahaya? Jadi, saya tidak paham kenapa Anda terkejut dengan semua itu? Kenapa anda kaget dengan kejadian ini?” terangnya. 

Menurut Shahid, akan berbeda kondisinya jika sejarah tanah penjajahan dan penjajah itu berbeda tidak melibatkan negara Inggris. Misalnya, hanya datang sebagai pedagang, pebisnis atau menawarkan komiditi lain dan bukan sebagai penjajah, tentu disambut dengan beradab. 

Sehingga, sangatlah tidak masuk akal ketika  warga imigran yang merupakan korban kekerasan, kebrutalan, dan perampokan di tanah sendiri akan dimuliakan dan diperlakukan baik ketika menyerahkan diri datang ke rumah para penjajah. 
 
Shahid menegaskan lagi, kerusuhan yang terjadi kini adalah parade untuk merayakan kekuatan dan memberikan peringatan kepada warga imigran. 

Kerusuhan yang Diatur

Tidak hanya itu, Shahid menyatakan bahwa kerusuhan di Inggris juga diatur dari bagian semua proyek destabilisasi, setidaknya selama perang Ukraina-Rusia berjalan. 

“Dan dengar, saya menyadari bahwa kerusuhan ini diatur dan diperhitungkan. Saya menyadari bahwa bahwa apa yang terjadi di UK saat ini, adalah bagian dari semua proyek destabilisasi, setidaknya selama perang Ukraina telah dalam progress. Saya orang pertama yang mengatakan poin ini,” lanjut Shahid lagi.  

Maka menurut Shahid, kerusuhan dan kekerasan yang melanda warga imigran Inggris adaah hal yang wajar terjadi dari sudut pandang peradaban negara penjajah. 

Meskipun adanya keterlibatan aktor lapangan seperti Tommy Robinson, tidak bisa diabaikan perannya dalam rol permainan, akan tetapi hanya sebatas pengacau dan agen. Bukan satu-satunya pelaku utama. Dan Tommy Robinson juga dibayar lebih mahal.

Dan pelaku kerusuhan merasa bangga ketika melakukan aksi kejahatan di tengah-tengah komunitas yang mayoritas imigran. 

Oleh karena itu,  meskipun aparat kemanan telah bertindak disaksikan oleh orang-orang Inggris dapat menyaksikan polisi bertindak kasar kepada warga kulit putih nasionalis. Itu hanya untuk mempromosikan narasi kulit putih nasionalis bahwa hukuman yang berlaku seolah-olah tidak memandang imigran atau warga kulit putih Inggris. 

Poin keseluruhan dari kerusuhan sedang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan narasi yang memicu kebencian, yaitu rasisme. 

“Perselisihan etnis dan ras diincar oleh para elit politik. Karena berkali-kali saya katakan Eropa, termasuk Inggris tidak ada apa-apanya selain menjadi zona konflik. Nanun, poinnya adalah mereka mampu melakukan ini karena warisan budaya pikiran yang rasis, supremasi, brutal. Mereka tidak pernah merehabilitasi diri mereka dari keburukan-keburukan itu. Mereka tidak pernah mau memperbaharui. Intinya, mereka menjadi contoh kaum barbar untuk generasi millennial,” pungkasnya. []M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update