TintaSiyasi.id -- Jika kita mendengar racun, yang ada dibenak kita adalah sesuatu yang mematikan. Begitulah film porno adalah racun paling berbahaya bagi masyarakat. Mampu mematikan fungsi akal manusia, membuat kecanduan. Inilah sifat setan. Di era kemudahan akses internet malah disalahgunakan, salah satunya kemudahan mengakses film porno.
Kecanduan film porno bukan hanya melanda generasi namun bisa saja pasangan suami istri. Kecanduan film porno bisa disebabkan beberapa faktor pertama karena tidak ada kegiatan sehingga dia mencari-cari kegiatan dengan menonton, awalnya menonton film dengan agedan bergandengan tangan lawan jenis, pelukan, ciuman lama-lama menonton film porno.
Kedua karena dia stress, sebagai bentuk pelampiasan maka dia menonton film porno. Apa yang kita lihat bisa menjadi perilaku, maka tidak heran jika banyak pecandu film porno melakukan pemerkosaan terhadap orang sekitar, karena tidak mampu membendung syahwatnya. Inilah perilaku setan.
Ketiga, faktor eksternal, pertemanan dengan seseorang yang kecanduan film porno, kemudian sering di-share potongan agedan di atas ranjang, sehingga memicu syahwat untuk melihat secara lengkap film tersebut, akhirnya kecanduan.
Keempat, merasa tidak diawasi oleh Allah maka dia bebas melakukan apapun termasuk menonton film porno.
Salah satu pemicu orang melakukan tindak pemerkosaan adalah kecanduan film porno, syahwatnya sudah tidak terbendung. Nauzubillah.
Betapa dahsyatnya efek film porno. Di China sendiri, sangat memfilter tontonan bagi rakyatnya itu bisa dilakukan padahal mereka tidak memiliki iman dan takwa, tidak beragama.
Dilansir dari republika.com (9/7/2020), pihak berwenang telah melarang lebih dari 12 ribu situs web dan menghapus 8,4 miliar satuan konten yang terkait dengan pornografi pada paruh pertama tahun ini. Langkah itu diambil pihak berwenang China dalam kampanye bertajuk Cleaning the Web 2020 (Membersihkan Web 2020), kata Lembaga Nasional Penentang Pornografi dan Publikasi Ilegal.
Lalu bagaimana dengan negeri yang mayoritas Muslim, memiliki menteri agama, digembar gemborkan iman dan takwa ke mana-mana nyatanya tidak mampu memfilter film porno yang merupakan racun bagi generasi.
Inilah realita kita hidup di sistem sekularisme (memisahkan agama dan kehidupan) orang kecanduan film porno bukanlah urusan negara, diserahkan kepada individu, padahal efeknya luar biasa, mentalnya rusak, otaknya rusak.
Kemudian kemudahan mengakses film porno juga tidak ada tindakan yang tegas dari negara, semua lagi-lagi diserahkan kepada individu, yang mana individu harus bisa memproteksi dirinya sendiri. Nauzubillah, betapa susahnya menjadi shalih di sistem saat ini.
Islam sendiri memiliki solusi. Islam bukan hanya ibadah mahdah tetapi Islam adalah aturan kehidupan. Termasuk orang yang kecanduan film porno.
Pertama, bertobat kepada Allah atas perbuatannya. Kedua, mencari komunitas yang senantiasa mengingat amar makruf nahi mungkar sebagaimana sabda Rasulullah
Abu Musa -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda,
"Perumpamaan teman bergaul yang saleh dan teman bergaul yang buruk adalah bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi itu antara dia akan memberimu atau engkau akan membeli darinya, atau paling tidak engkau bisa mendapatkan darinya aroma yang wangi. Sedangkan pandai besi, bisa jadi dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya."
Ketiga, mencari kegiatan positif, bila melakukan hobi, ataupun rajin berolahraga, dengan berolahraga seseorang akan merasa sehat, mampu melupakan kebiasaan kotornya melihat film porno.
Yang tidak kalah penting adalah dibutuhkan peran negara untuk bisa memfilter tontonan yang mengedukasi masyarakat. Oleh karena itu individu tidak bisa taat sendirian butuh aturan tegas dari negara.
Jangan sampai mata yang Allah berikan kepada kita digunakan untuk bermaksiat, menuruti hawa nafsu. []
Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute