TintaSiyasi.id -- Menyoroti data yang dirilis oleh Internasional Monetary Fund (IMF)/lembaga keuangan internasional yang mengemukakan bahwa Indonesia adalah negara dengan pengangguran tertinggi di Asean, Pengamat Ekonomi Ustazah Nida Sa'adah menuturkan bahwa persoalan utama pengangguran dunia karena kesalahan di aspek politik bernegara.
"Persoalan utama terjadinya pengangguran dunia karena kesalahan di aspek politik bernegara," lugasnya dalam Economic Understanding bertema Jutaan Gen Z Menganggur, Apa Solusi Islam? di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Jumat (2/8/2024).
Ia mengungkap, kalau rilis IMF tersebut dilengkapi dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dikatakan bahwa ada 9,9 juta Gen Z yang masih menganggur. Gen Z adalah anak-anak muda yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012, sehingga sekarang mereka ada di usia produktif.
"Mereka yang menganggur itu adalah anak-anak muda yang sudah lulus sekolah, tetapi di saat yang sama mereka juga tidak bekerja dan juga tidak sedang dalam pelatihan, jadi memang betul-betul tidak masuk dalam serapan sektor ekonomi," ujarnya.
Nida mengungkapkan, dari 9,9 juta pengangguran tersebut, 5,73 juta perempuan dan 4,17 juta adalah laki-laki. Berdasarkan data tersebut, Menteri Ketenagakerjaan merespons hal tersebut terjadi karena problemnya adalah tidak sinkron antara kurikulum yang berjalan di dunia pendidikan dengan kebutuhan di pasar. Sehingga, pemerintah memastikan akan membangun pendidikan pelatihan vokasi yang link and match antara pendidikan dengan pasar kerja.
"Apabila dikatakan tidak ada link and match, maka sebetulnya ada pertanyaan besar yang mungkin luput dari perhatian pemerintah atau siapapun. Di dunia kerja sendiri ada problem, seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal di berbagai lini, termasuk di industri-industri yang menjadi basis pengembangan teknologi. Sehingga jika kita lihat, sebetulnya di dunia kerja sendiri ada problem ketika ekonomi lesu," tukasnya.
Maka katanya, tentu demand atau permintaan konsumen menurun. Sehingga, biasanya yang dipangkas oleh dunia kerja tersebut adalah tenaga kerja manusianya. Jika nanti terjadi link and match, tetapi dari aspek sektor ekonomi tidak ada perubahan, maka PHK massal sebetulnya bukan problem di Indonesia saja, tetapi problem dunia hari ini secara keseluruhan karena ekonomi dunia makin terseok-seok. Sehingga, baik negara maju maupun negara berkembang semuanya banyak melakukan PHK yang jumlahnya jutaan.
"Apabila kita detaili lagi, bagaimana dalam perspektif Islam tentang situasi ini? Hal ini memang harus kita pilih, mana yang menjadi persoalan utama dengan mana yang menjadi persoalan sub bidang dari itu," katanya.
Menurutnya, bisa dikatakan bahwa persoalan utamanya justru ada di konsep politik bernegara yang di dalamnya nanti ada aspek pendidikan. Jadi sebetulnya, tidak link and match. Hal tersebut bukan persoalan utama karena sebetulnya pendidikan juga bukan di situ tugas utamanya. Mengapa dikatakan demikian? Kalau dari perspektif Islam, maka akan ditemukan bahwa ada yang salah dalam perjalanan bernegara, yaitu visi misi bernegaranya didikte oleh negara luar.
"Sehingga, negara mengikuti regulasi yang diratifikasi 193 negara, termasuk Indonesia. Sehingga, cara politik bernegara ini tidak mandiri atau mengikuti regulasi yang ada di dalam ratifikasi tersebut" tuntasnya. [] Nurmilati