TintaSiyasi.id -- Pakar Fiqih Kontemporer K.H. M. Shiddiq Al-Jawi mengatakan, sebenarnya Indonesia masih dalam era penjajahan tetapi penjajahan modern.
"Hari ini belum merdeka. Mengapa? Karena kita ini sebenarnya masih dalam era penjajahan tapi penjajahan modern," ungkapnya dalam Dalam acara Ngopi (Ngobrol Politik Pagi Hari) Sudah Merdeka? Dari Apa? Di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Ahad (11/8/2024).
Dia mengungkapkan, Indonesia sejak tahun 1945 itu hanya merdeka dari penjajah secara militer. Hari ini penjajahan itu telah berubah menjadi penjajahan lewat ekonomi, politik juga ideologi.
"Sebenarnya penjajahan itu sudah melakukan perubahan-perubahan, semula penjajahan militer ini kemudian berupa bentuk menjadi penjelajahan dalam bentuk-bentuk yang lain, jadi penjajahan militer itu sekarang sudah berubah bentuk menjadi berbagai macam bentuk penjajahan, ada penjajahan ekonomi, ada penjajahan politik, bahkan penjajahan ideologi," jelasnya.
Ia menceritakan awal mula penjajahan, ekonomi, politik, ideologi. Adanya pertemuan Bretton Woods pada tahun 1944 di Amerika Serikat yang dihadiri oleh 44 negara menyepakati pembentukan tiga lembaga dunia yang ini akan mengatur sistem moneter (keuangan) dunia. Hasil yang strategis dari pertemuan Bretton Woods tahun 1944 itu adalah pembentukan IMF. Kemudian pembenahan pembentukan IBRD atau World Bank.
"Kalau secara yang resmi itu kesimpulan dari bretton woods 44 negara ini hadir di konferensi itu menyepakati pengaturan ekonomi atau moneter secara internasional," ungkapnya.
Kemudian ia mengatakan, jika masyarakat merayakan kemerdekaan, merdeka dari apa? "Kita itu masuk ke dalam penjajahan dalam bentuk baru, yaitu penjajahan ekonomi, nah yang tadi karena ada bretton woods. Penjajahan ekonomi itu tidak bisa dilepaskan dari penjajahan politik karena kebijakan-kebijakan ekonomi itu tidak bisa dilepaskan dari pemegang otoritas politik. Artinya penjajahan ekonomi itu mengharuskan penjajahan politik dan penjajahan politik itu tidak mungkin bisa terjadi kecuali ada penjajahan ideologi.
"Jadi ada ide-ide Barat yang itu harus diadopsi sebagai dasar terjadinya dominasi politik atau penjajahan politik. Penjajahan politik itulah yang nanti akan menghasilkan penjajahan ekonomi, nah saya melihat ini berkaitan dengan persoalan penjajahan Ideologi," terangnya.
Ia sedikit menceritakan kemerdekaan yang diraih oleh rakyat Indonesia, bukan semata-mata hasil perjuangan internal bangsa, namun ada faktor global.
"Indonesia kan merdeka tahun 1945. Nah dan kemerdekaan itu sering kali di narasikan itu sebagai hasil perjuangan internal bangsa Indonesia, dalam perang kemerdekaan. Ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Merdekanya negara-negara di Asia Afrika memang tahun-tahun itu pertengahan abad 20. Makanya ada Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Itu kan berarti menunjukkan ada tren kemerdekaan itu di banyak negara di Asia dan Afrika itu pertengahan abad 20," ungkapnya.
"Ada satu narasi alternatif yang dikemukakan oleh Imam Taqiyuddin dalam kitabnya nadhoro siyasiyah li hizbut tahrir, itu beliau mengatakan bahwa sebenarnya kemerdekaan negara-negara Asia Afrika di pertengahan abad 20 bukan sekedar karena faktor perang-perang kemerdekaan dari internal negara masing-masing, tapi juga ada pengaruh opini umum pada level global atau internasional," lanjutnya
Kemudian ia melanjutkan, adanya kampanye anti penjajahan yang diinisiasi oleh Uni Soviet. Uni Soviet berdiri tahun 1917, setelah berdiri mempunyai politik internasional kampanye anti penjajahan atau anti kolonialisme dan ini dilancarkan secara sangat kuat oleh Uni Soviet sehingga mempengaruhi banyak negara-negara jajahan Eropa, jajahan Inggris, dan Perancis termasuk di Indonesia dan Belanda,
"Opini anti penjelajahan ini sangat kuat, sehingga ini kemudian menjadi salah satu faktor yang kita tidak boleh lupakan ada faktor global ini yang kemudian juga mendorong terjadinya kemerdekaan, ini yang kemudian dituangkan sebenarnya walaupun tidak secara eksplisif pengaruh Uni Soviet ini yang melancarkan kampanye anti penjajahan itu diungkapkan sebenarnya di pembukaan undang-undang dasar tahun 1945," tegasnya.
Adanya kampanye anti penjajah kemudian di respon oleh Barat. "Barat melakukan respon balik yaitu pada tahun 1944, 1 tahun sebelum kita Merdeka, di Amerika ada satu pertemuan namanya bretton woods, pertemuan diselenggarakan di Amerika Serikat pada bulan Juli, ada konferensi bretton woods 44 negara itu hadir di situ menyepakati pembentukan tiga lembaga dunia yang ini akan mengatur sistem moneter dunia, sistem keuangan dunia.
"Jadi di antara hasil yang strategis dari pertemuan bretton woods tahun 1944 itu adalah pembentukan IMF, kemudian pembenahan pembentukan IBRD atau word bank kalau secara yang resmi itu kesimpulan dari bretton woods 44 negara ini hadir di konferensi itu menyepakati pengaturan ekonomi atau moneter secara internasional," ungkapnya.
"Kalau dianalisis itu adalah yang berkonferensi adalah negara-negara sekutunya Amerika blok barat yang Itu menyepakati cara baru dalam penjajahan, yaitu khususnya ekonomi, karena itu pembentukan IMF, pembentukan word bank atau IBRD jadi itu mengubah bentuk penjajahan yang militer sudah tidak bisa dipertahankan secara politik lagi," pungkasnya. [] Alfia Purwanti