TintaSiyasi.id -- Sobat, pernyataan bahwa "merasa salah itu baik daripada merasa sholeh" mengandung makna yang dalam dan relevan dalam konteks spiritual dan etika dalam Islam. Berikut adalah penjelasan dan refleksi tentang pernyataan ini:
1. Kesadaran Terhadap Dosa dan Kelemahan Diri
● Kesadaran Dosa: Merasa salah atau menyadari kesalahan merupakan langkah pertama menuju perbaikan dan taubat. Dalam Surah Al-Mu’minun (23:97-98), Allah berfirman, "Katakanlah: 'Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab jahannam dari kami, sesungguhnya azab-Nya itu adalah suatu kebinasaan yang kekal.'" Kesadaran akan dosa mendorong seseorang untuk bertobat dan memperbaiki diri.
● Kelemahan Diri: Mengakui kelemahan diri adalah tanda kerendahan hati dan keikhlasan. Dalam Surah Al-Furqan (25:70), Allah berfirman, "Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal shalih. Maka mereka itu Allah akan menggantikan keburukan mereka dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Kesadaran akan kekurangan diri membantu seseorang untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Berhati-hati dari Riya’ dan Kesombongan
● Merasa Sholeh Berisiko Riya: Merasa sholeh atau suci bisa menimbulkan rasa puas diri dan kesombongan. Dalam Surah Al-A’raf (7:40), Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, maka tidak akan dibukakan pintu-pintu langit untuk mereka dan mereka tidak akan masuk surga, sampai unta masuk ke dalam lubang jarum..."
Merasa sholeh dapat menyebabkan seseorang merasa lebih baik daripada orang lain yang dapat berpotensi merusak keikhlasan dan mengarah pada riya'.
● Menjaga Kualitas Ibadah: Memahami bahwa kita masih banyak kekurangan, membantu kita untuk terus meningkatkan kualitas ibadah. Dalam Surah Al-Mulk (67:15), Allah berfirman, "Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berpergianlah di seluruh penjuru bumi dan makanlah sebagian rezeki-Nya, dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dibangkitkan." Kesadaran akan kekurangan memotivasi kita untuk selalu berusaha lebih baik.
3. Memotivasi untuk Perbaikan
●Dorongan untuk Beramal: Merasa salah atau menyadari kesalahan mendorong seseorang untuk terus memperbaiki diri dan memperbanyak amal shalih. Dalam Surah Al-Baqarah (2:286), Allah berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." Dengan menyadari kekurangan diri, seseorang akan lebih bersemangat untuk memperbaiki diri dan menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama.
● Berdoa dan Bertawakkul: Kesadaran akan kesalahan membuat seseorang lebih banyak berdoa dan bertawakkul kepada Allah. Dalam Surah Al-Ankabut (29:69), Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami..." Doa dan tawakkul adalah bagian dari usaha untuk memperbaiki diri dan meraih rida Allah SWT.
4. Menghindari Kesombongan dan Menjaga Kerendahan Hati
● Kerendahan Hati: Mengakui bahwa kita tidak sempurna membantu kita untuk tetap rendah hati. Dalam Surah Al-Hujurat (49:11), Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mencemoohkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang dicemooh) lebih baik dari mereka (yang mencemooh)..." Kerendahan hati adalah kunci untuk menghindari sikap sombong dan merasa lebih baik dari orang lain.
● Sikap Terhadap Orang Lain: Merasa salah membantu kita untuk lebih memahami dan menghargai perjuangan orang lain. Dalam Surah Al-Isra (17:37), Allah berfirman, "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong..." Dengan tidak merasa lebih baik dari orang lain, kita dapat berinteraksi dengan penuh empati dan saling mendukung.
5. Kesimpulan
• Mendekatkan Diri kepada Allah: Merasa salah mendorong kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri. Dalam Surah Al-Ankabut (29:69), Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami..." Ini menunjukkan bahwa kesadaran akan kesalahan dan usaha untuk memperbaiki diri adalah cara untuk mendapatkan rida Allah SWT.
Merasa salah lebih baik daripada merasa sholeh karena hal itu menunjukkan kesadaran akan kekurangan diri dan motivasi untuk terus berusaha memperbaiki diri. Kesadaran ini membantu menjaga keikhlasan, menghindari kesombongan, dan terus berupaya dalam ibadah dan amal shalih.
Teruslah Memantaskan Diri Menjadi Orang yang Sholeh
Terus memantaskan diri untuk menjadi orang yang sholeh adalah usaha yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Menjadi sholeh berarti tidak hanya menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama, tetapi juga mengembangkan kualitas pribadi yang baik, berperilaku etis, dan menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT dan sesama makhluk-Nya. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk memantaskan diri menjadi orang yang sholeh:
1. Menjaga Iman dan Ketaqwaan
• Memperkuat Iman: Tingkatkan iman dengan memperbanyak ibadah, membaca Al-Qur'an, dan merenungkan makna ayat-ayat-Nya. Dalam Surah Al-Ankabut (29:69), Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami..." Iman yang kuat mendorong kita untuk terus berusaha dalam jalan kebaikan.
• Ketaqwaan: Selalu berusaha untuk bertaqwa, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan berusaha untuk selalu taat kepada Allah. Dalam Surah Al-Baqarah (2:197), Allah berfirman, "Dan bertaqwalah kepada Allah dalam masa-masa yang ditentukan..." Ketaqwaan mencakup kesadaran akan perintah dan larangan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan.
2. Meningkatkan Kualitas Ibadah
• Shalat dengan Khushu: Usahakan untuk menjalankan shalat dengan penuh kekhusyuan. Dalam Surah Al-Mu’minun (23:1-2), Allah berfirman, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." Khushu' dalam shalat menunjukkan kedekatan hati dengan Allah.
• Rutin Membaca Al-Qur'an: Bacalah dan tadabburi (merenungkan) Al-Qur'an secara rutin. Dalam Surah Al-Isra (17:82), Allah berfirman, "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman..." Al-Qur'an adalah sumber petunjuk dan penghiburan.
3. Berakhlak Mulia
• Menjaga Etika dan Akhlak: Selalu berusaha untuk memiliki akhlak yang baik, seperti jujur, sabar, dan rendah hati. Dalam Surah Al-Qalam (68:4), Allah berfirman, "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." Akhlak mulia mencerminkan iman yang kuat.
• Berbuat Baik kepada Orang Lain: Perlakukan orang lain dengan baik dan penuh kasih sayang. Dalam Surah Al-Hujurat (49:11), Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mencemoohkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang dicemooh) lebih baik dari mereka (yang mencemooh)..." Berbuat baik kepada orang lain adalah bentuk nyata dari iman.
4. Berusaha Menghindari Dosa
• Menyadari Dosa dan Taubat: Kenali dosa-dosa yang mungkin kita lakukan dan selalu bertaubat dengan tulus. Dalam Surah At-Tahrim (66:8), Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang tulus)..." Taubat yang tulus membantu kita untuk kembali ke jalan yang benar.
• Menghindari Perbuatan Maksiat: Berusaha untuk menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa besar. Dalam Surah Al-Ankabut (29:45), Allah berfirman, "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Qur'an, dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar..." Shalat yang khusyuk membantu kita menjauhi perbuatan dosa.
5. Membantu dan Mengajarkan Kebaikan
• Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Menyebarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dalam Surah Al-Imran (3:104), Allah berfirman, "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran..." Menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat adalah cara untuk memantaskan diri.
• Mengajarkan Ilmu: Membagikan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain. Dalam Surah Al-Mujadila (58:11), Allah berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." Ilmu yang dibagikan dapat memberikan manfaat bagi banyak orang dan mendekatkan kita kepada Allah SWT.
6. Bersyukur dan Bersabar
• Syukur atas Nikmat: Selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah. Dalam Surah Ibrahim (14:7), Allah berfirman, "Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu..." Syukur membawa berkah dan mendekatkan kita kepada ridha Allah.
• Kesabaran dalam Ujian: Bersabar menghadapi segala ujian dan cobaan. Dalam Surah Al-Baqarah (2:155-156), Allah berfirman, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sesuatu dari ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." Kesabaran adalah tanda keimanan yang kuat.
7. Berdoa dan Bertawakkul
• Berdoa dengan Khusyuk: Memohon kepada Allah dengan penuh keyakinan. Dalam Surah Al-Baqarah (2:186), Allah berfirman, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku..." Doa yang khusyuk dan tawakkul kepada Allah membantu kita dalam setiap usaha untuk menjadi sholeh.
• Tawakkul: Setelah berusaha, serahkan hasilnya kepada Allah. Dalam Surah Al-Imran (3:159), Allah berfirman, "Kemudian apabila kamu telah mengambil keputusan, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkul." Tawakkul membantu kita untuk tetap tenang dan yakin dalam setiap usaha.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara konsisten, seseorang dapat memantaskan diri untuk menjadi orang yang sholeh. Kesungguhan dalam usaha dan kerendahan hati untuk terus belajar dan memperbaiki diri adalah kunci utama dalam perjalanan spiritual ini.
Allah SWT adalah sumber cahaya, dan jika seseorang kehilangan cahaya-Nya, ia akan merasa kesepian dan terasing dari dirinya sendiri.
Sobat. pernyataan bahwa "Allah adalah sumber cahaya, dan jika seseorang kehilangan cahaya-Nya, ia akan merasa kesepian dan terasing dari dirinya sendiri" menggambarkan hubungan mendalam antara keimanan dan kesejahteraan spiritual. Dalam Islam, Allah SWT sering digambarkan sebagai sumber cahaya dan petunjuk yang memberikan arah dan makna dalam kehidupan umat-Nya. Berikut adalah beberapa refleksi dan penjelasan mengenai pernyataan ini:
1. Allah sebagai Sumber Cahaya
• Cahaya Ilahi: Allah dalam Al-Qur'an digambarkan sebagai cahaya yang menerangi hati dan kehidupan manusia. Dalam Surah An-Nur (24:35), Allah berfirman, "Allah adalah Cahaya langit dan bumi..." Cahaya Allah adalah petunjuk, kebijaksanaan, dan rahmat yang menerangi jalan hidup umat-Nya.
• Petunjuk dan Panduan: Cahaya Allah juga berarti petunjuk dan arah dalam kehidupan. Dalam Surah Al-Baqarah (2:282), Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah ditulis..." Petunjuk Allah membantu kita menjalani kehidupan dengan benar dan penuh makna.
2. Dampak Kehilangan Cahaya-Nya
• Rasa Kesepian dan Terasing: Tanpa petunjuk Allah SWT, seseorang dapat merasa terasing dan kehilangan arah dalam hidup. Dalam Surah Al-Hadid (57:16), Allah berfirman, "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang telah turun..." Kehilangan cahaya Ilahi bisa menyebabkan perasaan kosong dan kesepian.
• Kehilangan Jati Diri: Saat jauh dari petunjuk Allah, seseorang mungkin merasa kehilangan identitas dan makna hidup. Dalam Surah Az-Zumar (39:41), Allah berfirman, "Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." Al-Qur'an sebagai cahaya hidup membantu kita memahami diri dan tujuan hidup kita.
3. Kembali kepada Cahaya Allah
• Taubat dan Perbaikan: Kembali kepada Allah dan mencari petunjuk-Nya adalah cara untuk mengatasi perasaan kesepian dan kehilangan. Dalam Surah At-Tahrim (66:8), Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang tulus)..." Taubat yang tulus membawa kembali kepada cahaya Allah.
• Memperkuat Iman: Menguatkan iman dan beribadah dengan sungguh-sungguh membantu seseorang untuk kembali merasakan cahaya Ilahi dalam hidupnya. Dalam Surah Al-Baqarah (2:286), Allah berfirman, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." Iman yang kuat mendekatkan kita kepada Allah dan mengembalikan rasa tenang dan kepuasan.
4. Cahaya dalam Kehidupan Sehari-hari
• Berperilaku Baik: Mengamalkan ajaran Allah dan berperilaku baik membawa cahaya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Surah Al-Ankabut (29:69), Allah berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami..." Amal shalih adalah bentuk penerapan cahaya Ilahi dalam kehidupan sehari-hari.
• Berdoa dan Berdzikir: Selalu berdoa dan berdzikir membantu menjaga hubungan yang baik dengan Allah dan merasa dekat dengan cahaya-Nya. Dalam Surah Ar-Ra'd (13:28), Allah berfirman, "Orang-orang yang beriman, hati mereka menjadi tenteram dengan berdzikir kepada Allah. Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram." Dzikir adalah cara untuk merasakan kehadiran cahaya Allah dalam hati.
5. Contoh Cahaya dalam Hidup Nabi Muhammad SAW
• Teladan Nabi: Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata dari orang yang hidup dalam cahaya Allah. Dalam Surah Al-Ahzab (33:21), Allah berfirman, "Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." Mengikuti sunnah Nabi adalah cara untuk merasakan dan menyebarkan cahaya Ilahi dalam kehidupan kita.
Memahami bahwa Allah adalah sumber cahaya dan menjaga hubungan yang baik dengan-Nya melalui ibadah, taubat, dan amal shalih adalah cara untuk menghindari perasaan kesepian dan terasing. Dengan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah, kita akan merasakan kehadiran cahaya-Nya yang menerangi setiap aspek kehidupan kita.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo