Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Lima Amalan untuk Meraih Kemuliaan Sejati

Senin, 19 Agustus 2024 | 12:21 WIB Last Updated 2024-08-19T05:21:49Z

Tintasiyasi.ID -- Allah Swt.  berfirman:

 

وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ 

 

Dan ada pun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS. An-Nazi’at [79] : 40-41).

 

Sobat. Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa orang-orang yang takut dan mengadakan persiapan karena memandang kebesaran Tuhannya serta menahan diri dari ajakan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat kediamannya yang kekal dan abadi. Alangkah beruntung mereka memperoleh bagian seperti itu.

 

Dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As-Samarqandi, beliau menyebutkan lima hal yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan kemuliaan berupa surga. Dua di antaranya adalah:

 

1. Mencegah diri dari kemaksiatan: hal ini menunjukkan pentingnya menjaga diri dari perbuatan dosa dan kemaksiatan. Menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah merupakan salah satu jalan menuju rida-Nya dan surga.

 

2. Meninggalkan cinta dunia (hubbud dunya): cinta dunia yang berlebihan dapat menghalangi seseorang dari tujuan akhirat. Meninggalkan ketergantungan yang berlebihan pada dunia dan fokus pada kehidupan akhirat adalah kunci untuk mendapatkan kemuliaan di surga.

 

Masih ada tiga poin lagi yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam nasihat tersebut. Apakah Anda ingin melanjutkan dengan tiga poin lainnya?

 

Benar, poin ketiga yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin adalah:

 

3. Sangat senang mengerjakan berbagai ketaatan: seseorang dianjurkan untuk terus bersemangat dalam melakukan berbagai amal kebaikan dan ibadah dengan niat bahwa ketaatan tersebut akan menjadi jalan bagi datangnya ampunan Allah dan sebagai wasilah untuk meraih surga. Ketaatan ini meliputi salat, puasa, sedekah, zikir, dan berbagai amal lainnya yang diperintahkan oleh Allah.

 

Allah Swt. berfirman:


وَتِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ ٱلَّتِيٓ أُورِثۡتُمُوهَا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ 

 

Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. (QS. Az-Zukhruf [43]: 72)

 

Demikianlah surga yang akan diperoleh oleh orang-orang yang beriman sebagai balasan keimanan dan amal saleh yang telah mereka lakukan. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh itu masuk surga, semata-mata karena rahmat Allah dan karunia-Nya. Karena iman dan amal yang dilakukan orang mukmin itu berbeda-beda, maka mereka akan menerima balasan yang berbeda-beda pula. Orang yang paling baik iman dan amalnya akan ditempatkan di dalam surga yang paling tinggi pula derajatnya, dan orang yang kurang iman dan amalnya akan ditempatkan di surga yang kurang pula derajatnya.

 

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada seorang pun melainkan mempunyai sebuah tempat di dalam surga dan sebuah tempat di dalam neraka. Maka tempat orang mukmin di dalam neraka diwariskan kepada orang kafir, dan tempat orang kafir di dalam surga diwariskan kepada orang mukmin. Demikianlah yang dimaksud dengan firman Allah, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu . . ." (Riwayat Ibnu Abi Hatim)

 

Poin ini menekankan pentingnya ketulusan dalam beramal, serta keyakinan bahwa ketaatan dan kebaikan akan membawa kepada ampunan dan kebahagiaan abadi di surga.

 

Keempat. Mencintai orang-orang saleh dan pelaku kebaikan, dengan bergaul dan berkumpul bersama mereka.

 

Benar, poin keempat yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin adalah:

 

4. Mencintai orang-orang saleh dan pelaku kebaikan, serta bergaul dan berkumpul bersama mereka: Seorang Muslim dianjurkan untuk mencintai orang-orang yang taat kepada Allah dan senantiasa melakukan kebaikan. Dengan berkumpul bersama orang-orang saleh, seseorang akan terdorong untuk meneladani akhlak mereka, memperkuat iman, dan lebih istikamah dalam beribadah. Lingkungan yang baik sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan menjaga keteguhan hati dalam ketaatan kepada Allah. Sebagaimana  diriwayatkan dari Rasulullah Muhammad saw.  bersabda, “Perbanyaklah saudara, karena sesungguhnya setiap saudara itu bisa memberikan syafaat nanti pada hari kiamat.”

 

Poin ini menunjukkan pentingnya memilih teman yang baik dan lingkungan yang mendukung dalam mendekatkan diri kepada Allah.

 

Kelima. Memperbanyak doa dan memohon kepada Allah Swt. agar memberinya surga dan menjadikan hidupnya berakhir dengan baik.

 

Poin kelima yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin adalah:

 

5. Memperbanyak doa dan memohon kepada Allah Swt. agar diberi surga serta dijadikan hidupnya berakhir dengan baik (husnulkhatimah): dalam mencapai kemuliaan berupa surga, seseorang harus senantiasa memperbanyak doa kepada Allah, memohon petunjuk, ampunan, serta meminta agar diberi tempat yang terbaik di akhirat. Selain itu, penting untuk memohon agar akhir hidupnya ditutup dengan keadaan yang baik, yaitu dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah. Doa merupakan senjata seorang mukmin dan tanda kerendahan hati di hadapan Allah, menunjukkan ketergantungan kita kepada-Nya dalam segala urusan, termasuk untuk mencapai surga.

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra., dari Rasulullah saw.  bersabda, “Barang siapa memohon surga kepada Allah Swt. tiga kali, maka surga itu berkata, “Wahai Allah Swt., masukkanlah dia ke dalam surga.” Dan Barang siapa memohon dihindarkan dari neraka tiga kali, maka neraka itu berkata,” Wahai Allah Swt., hindarkanlah dia dari neraka.”

 

Dengan melaksanakan kelima hal ini, seseorang insyaallah akan dimudahkan dalam meraih kemuliaan di sisi Allah dan mendapatkan surga sebagai balasannya.

 

Allah Swt. berfirman:


۞وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَۚ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ 


Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami". (QS. Al-A’raf [7] : 156)

 

Sobat. Dalam tafsir ayat ini, selanjutnya Musa berdoa, "Berilah kami kebajikan di dunia, yaitu sehat jasmani dan rohani, diberi keturunan penyambung hidup dan penerus cita-cita, diberi kehidupan dalam keluarga yang diliputi rasa kasih sayang, dianugerahi rezeki yang halal, serta taufik dan hidayah, sehingga bahagia pula hidup di akhirat. Sesungguhnya kami berdoa dan bertobat kepada Engkau, kami berjanji tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan terlarang dan kami kembali kepada iman yang sebenar-benarnya, serta mengamalkan amal yang saleh yang Engkau ridai."

 

Allah berfirman, "Rahmat-Ku lebih cepat datangnya kepada hamba-hamba-Ku daripada amarah-Ku, dan azab-Ku khusus Aku limpahkan kepada hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki, yaitu orang-orang yang berbuat kejahatan, ingkar dan durhaka." Tentang rahmat, nikmat dan keutamaan-Ku, semuanya itu meliputi alam semesta, tidak satu pun dari hamba-Ku yang tidak memperoleh-Nya, termasuk orang-orang kafir, orang-orang yang durhaka, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Muslim, penyembah patung anak sapi dan sebagainya.

 

Sesungguhnya jika bukanlah karena rahmat, nikmat, dan keutamaan-Ku, niscaya telah aku binasakan seluruh alam ini, karena kebanyakan orang kafir, durhaka, yang selalu mengerjakan kemaksiatan.

 

"Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)-Nya, sampai waktu yang sudah ditentukan." (Fathir/35: 45)

 

Allah menegaskan bahwa rahmat, nikmat Allah yang diberikannya kepada orang-orang kafir, sifatnya sementara, tidak abadi, dan tidak sempurna, sedangkan rahmat yang sempurna dan abadi akan dianugerahkan-Nya kepada orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang menunaikan zakat.

 

Dalam ayat ini disebut zakat, tidak disebut amal lain yang tidak kalah nilainya dari zakat. Hal ini ada hubungannya dengan banyaknya orang yang enggan mengeluarkan zakat dibanding banyaknya orang yang enggan mengerjakan amal lain yang diperintahkan Allah. Juga merupakan isyarat kepada sifat orang Yahudi yang sangat cinta kepada harta dan enggan menyerahkan sebagian hartanya di jalan Allah.

 

Penetapan rahmat, nikmat, dan keutamaan secara istimewa kepada orang-orang yang takwa dan menunaikan zakat itu adalah seperti ketetapan Allah secara istimewa kepada orang-orang yang membenarkan ayat-ayat-Nya, dan mengakui keesaan Allah dan kebenaran rasul-rasul-Nya yang telah diutus-Nya dengan pengakuan yang didasarkan atas pengetahuan dan keyakinan, bukan berdasarkan taklid dan pengaruh adat kebiasaan nenek moyang mereka.

 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si

Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana  UIT LIrboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update