Tintasiyasi.ID -- Allah Swt. berfirman:
وَأَمَّا مَنۡ
خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ
ٱلۡمَأۡوَىٰ
Dan ada pun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya). (QS.
An-Nazi’at [79] : 40-41).
Sobat. Dalam
ayat di atas ditegaskan bahwa orang-orang yang takut dan mengadakan persiapan
karena memandang kebesaran Tuhannya serta menahan diri dari ajakan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat kediamannya yang kekal dan abadi.
Alangkah beruntung mereka memperoleh bagian seperti itu.
Dalam kitab Tanbihul
Ghafilin karya Abu Laits As-Samarqandi, beliau menyebutkan lima hal yang
harus dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan kemuliaan berupa surga. Dua di
antaranya adalah:
1. Mencegah
diri dari kemaksiatan: hal ini menunjukkan pentingnya menjaga diri dari perbuatan
dosa dan kemaksiatan. Menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah merupakan
salah satu jalan menuju rida-Nya dan surga.
2.
Meninggalkan cinta dunia (hubbud dunya): cinta dunia yang berlebihan dapat
menghalangi seseorang dari tujuan akhirat. Meninggalkan ketergantungan yang
berlebihan pada dunia dan fokus pada kehidupan akhirat adalah kunci untuk
mendapatkan kemuliaan di surga.
Masih ada
tiga poin lagi yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam nasihat
tersebut. Apakah Anda ingin melanjutkan dengan tiga poin lainnya?
Benar, poin
ketiga yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam kitab Tanbihul
Ghafilin adalah:
3. Sangat
senang mengerjakan berbagai ketaatan: seseorang dianjurkan untuk terus
bersemangat dalam melakukan berbagai amal kebaikan dan ibadah dengan niat bahwa
ketaatan tersebut akan menjadi jalan bagi datangnya ampunan Allah dan sebagai
wasilah untuk meraih surga. Ketaatan ini meliputi salat, puasa, sedekah, zikir,
dan berbagai amal lainnya yang diperintahkan oleh Allah.
Allah Swt. berfirman:
وَتِلۡكَ ٱلۡجَنَّةُ
ٱلَّتِيٓ أُورِثۡتُمُوهَا بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Dan
itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu
kerjakan. (QS. Az-Zukhruf [43]: 72)
Demikianlah
surga yang akan diperoleh oleh orang-orang yang beriman sebagai balasan
keimanan dan amal saleh yang telah mereka lakukan. Orang-orang yang beriman dan
beramal saleh itu masuk surga, semata-mata karena rahmat Allah dan karunia-Nya.
Karena iman dan amal yang dilakukan orang mukmin itu berbeda-beda, maka mereka
akan menerima balasan yang berbeda-beda pula. Orang yang paling baik iman dan
amalnya akan ditempatkan di dalam surga yang paling tinggi pula derajatnya, dan
orang yang kurang iman dan amalnya akan ditempatkan di surga yang kurang pula
derajatnya.
Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada seorang pun melainkan mempunyai
sebuah tempat di dalam surga dan sebuah tempat di dalam neraka. Maka tempat
orang mukmin di dalam neraka diwariskan kepada orang kafir, dan tempat orang
kafir di dalam surga diwariskan kepada orang mukmin. Demikianlah yang dimaksud
dengan firman Allah, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu . .
." (Riwayat Ibnu Abi Hatim)
Poin ini
menekankan pentingnya ketulusan dalam beramal, serta keyakinan bahwa ketaatan
dan kebaikan akan membawa kepada ampunan dan kebahagiaan abadi di surga.
Keempat.
Mencintai orang-orang saleh dan pelaku kebaikan, dengan bergaul dan berkumpul
bersama mereka.
Benar, poin
keempat yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin
adalah:
4. Mencintai
orang-orang saleh dan pelaku kebaikan, serta bergaul dan berkumpul bersama
mereka: Seorang Muslim dianjurkan untuk mencintai orang-orang yang taat kepada
Allah dan senantiasa melakukan kebaikan. Dengan berkumpul bersama orang-orang saleh,
seseorang akan terdorong untuk meneladani akhlak mereka, memperkuat iman, dan
lebih istikamah dalam beribadah. Lingkungan yang baik sangat berpengaruh dalam membentuk
karakter dan menjaga keteguhan hati dalam ketaatan kepada Allah. Sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Perbanyaklah saudara, karena
sesungguhnya setiap saudara itu bisa memberikan syafaat nanti pada hari kiamat.”
Poin ini
menunjukkan pentingnya memilih teman yang baik dan lingkungan yang mendukung
dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Kelima.
Memperbanyak doa dan memohon kepada Allah Swt. agar memberinya surga dan
menjadikan hidupnya berakhir dengan baik.
Poin kelima
yang disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin
adalah:
5.
Memperbanyak doa dan memohon kepada Allah Swt. agar diberi surga serta
dijadikan hidupnya berakhir dengan baik (husnulkhatimah): dalam mencapai
kemuliaan berupa surga, seseorang harus senantiasa memperbanyak doa kepada
Allah, memohon petunjuk, ampunan, serta meminta agar diberi tempat yang terbaik
di akhirat. Selain itu, penting untuk memohon agar akhir hidupnya ditutup
dengan keadaan yang baik, yaitu dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah. Doa
merupakan senjata seorang mukmin dan tanda kerendahan hati di hadapan Allah,
menunjukkan ketergantungan kita kepada-Nya dalam segala urusan, termasuk untuk
mencapai surga.
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik Ra., dari Rasulullah saw.
bersabda, “Barang siapa memohon surga kepada Allah Swt. tiga kali, maka surga itu berkata,
“Wahai Allah Swt., masukkanlah dia ke dalam surga.”
Dan Barang siapa memohon dihindarkan dari neraka tiga kali, maka neraka
itu berkata,” Wahai Allah Swt., hindarkanlah dia dari neraka.”
Dengan
melaksanakan kelima hal ini, seseorang insyaallah akan dimudahkan dalam meraih
kemuliaan di sisi Allah dan mendapatkan surga sebagai balasannya.
Allah Swt. berfirman:
۞وَاكْتُبْ
لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَۚ
قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ مَنْ أَشَاءُۖ وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۚ
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُم
بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
Dan
tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami
kembali (bertobat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan
Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami".
(QS. Al-A’raf [7] : 156)
Sobat. Dalam
tafsir ayat ini, selanjutnya Musa berdoa, "Berilah kami kebajikan di
dunia, yaitu sehat jasmani dan rohani, diberi keturunan penyambung hidup dan
penerus cita-cita, diberi kehidupan dalam keluarga yang diliputi rasa kasih
sayang, dianugerahi rezeki yang halal, serta taufik dan hidayah, sehingga
bahagia pula hidup di akhirat. Sesungguhnya kami berdoa dan bertobat kepada
Engkau, kami berjanji tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan terlarang dan
kami kembali kepada iman yang sebenar-benarnya, serta mengamalkan amal yang
saleh yang Engkau ridai."
Allah
berfirman, "Rahmat-Ku lebih cepat datangnya kepada hamba-hamba-Ku
daripada amarah-Ku, dan azab-Ku khusus Aku limpahkan kepada hamba-hamba-Ku yang
Aku kehendaki, yaitu orang-orang yang berbuat kejahatan, ingkar dan durhaka."
Tentang rahmat, nikmat dan keutamaan-Ku, semuanya itu meliputi alam semesta,
tidak satu pun dari hamba-Ku yang tidak memperoleh-Nya, termasuk orang-orang
kafir, orang-orang yang durhaka, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan
orang-orang Muslim, penyembah patung anak sapi dan sebagainya.
Sesungguhnya
jika bukanlah karena rahmat, nikmat, dan keutamaan-Ku, niscaya telah aku binasakan
seluruh alam ini, karena kebanyakan orang kafir, durhaka, yang selalu
mengerjakan kemaksiatan.
"Dan
sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat,
niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di
bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)-Nya, sampai waktu yang sudah
ditentukan." (Fathir/35: 45)
Allah
menegaskan bahwa rahmat, nikmat Allah yang diberikannya kepada orang-orang
kafir, sifatnya sementara, tidak abadi, dan tidak sempurna, sedangkan rahmat
yang sempurna dan abadi akan dianugerahkan-Nya kepada orang-orang yang bertakwa
dan orang-orang yang menunaikan zakat.
Dalam ayat
ini disebut zakat, tidak disebut amal lain yang tidak kalah nilainya dari
zakat. Hal ini ada hubungannya dengan banyaknya orang yang enggan mengeluarkan
zakat dibanding banyaknya orang yang enggan mengerjakan amal lain yang
diperintahkan Allah. Juga merupakan isyarat kepada sifat orang Yahudi yang
sangat cinta kepada harta dan enggan menyerahkan sebagian hartanya di jalan
Allah.
Penetapan
rahmat, nikmat, dan keutamaan secara istimewa kepada orang-orang yang takwa dan
menunaikan zakat itu adalah seperti ketetapan Allah secara istimewa kepada
orang-orang yang membenarkan ayat-ayat-Nya, dan mengakui keesaan Allah dan
kebenaran rasul-rasul-Nya yang telah diutus-Nya dengan pengakuan yang
didasarkan atas pengetahuan dan keyakinan, bukan berdasarkan taklid dan
pengaruh adat kebiasaan nenek moyang mereka.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis
Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT LIrboyo