TintaSiyasi.id -- Aktivis Muslim Amar Risalah mengatakan saat ini para pimpinan Hamas di luar negeri seolah memberikan pesan jangan negosiasi sama kita, negosiasi di dalam Gaza.
"Saat ini para pimpinan Hamas di luar Negeri seolah memberikan pesan, ini perang dari awal jangan negosiasi sama kita, negosiasi di dalam Gaza sana," ungkapnya di Kanal YouTube Muhammad Husein Gaza, Selasa (07/08/2024).
Ia menilai makna dari terpilihnya Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas, juga memberi pesan kepada Israel jika mereka ingin perang segera diakhiri maka Israel harus menuruti syarat-syarat yang diajukan Hamas.
Amar Risalah menyinggung perihal adanya dua kubu di tubuh Hamas. Pertama, kubu yang lebih luwes diwakili oleh pimpinan Hamas yang ada di luar negeri. Seperti Khaled Meshaal, Ismail Haniyah rahimakumullah dan seterusnya. Kedua, kubu yang lebih saklek yang dipimpin oleh Yahya Sinwar dan Khalil Al Hayya.
Aktivis Kemanusiaan Gaza, Muhammad Husein mengungkapkan mengapa Sinwar sangat tidak disukai oleh musuh karena dia sangat keras. "Emang nantang dia itu, sejak dulu Yahya Sinwar dipandang sebagai orang yang keras dan enggak mau menyerah atau ngalah. Enggak mau ngalah. Kalau dia mau ini ya ini," ujarnya.
Sementara Ismail Haniyah, ungkapnya, memang dari dulu orang yang diplomatis, lembut meskipun sebenarnya keras tetapi masih bisa dikompromikan. "Artinya apa? Mereka pun nyesel, tau gini kita enggak usah bunuh Haniyah. Haniyah bisa diajak ngobrol tetapi Sinwar ini adalah orang yang enggak peduli. Bagi Sinwar, orang yang sudah terbunuh syahid ya syahid, bagi Sinwar Allah yang menentukan ajalnya. Tetapi Israel tahan enggak dengan perang dalam jangka panjang. Dan kita masih punya kekuatan besar," paparnya.
Husein menegaskan bahwa Gedung putih dan para mantan militer Israel juga mengakui ketidakmungkinan Israel mengalahkan Palestina. "Berunding di sekitar banyak orang-orang syahid dan lain sebagainya itu feel nya bisa didapatkan. "Dia ngerasain banget," ujar Amar.
Amar mengatakan, perlu dipahami, perkembangan hasil akhir perang antara kubu Israel dengan kubu Palestina per hari ini sudah sangat berbeda. "Israel per hari ini semua tokoh politik dan militer Israel sudah bilang perang ini kalau dipanjangin cuman biar Netanyahu tetap berkuasa. Karena kalau dinyatakan kalah atau berhenti dengan perdamaian. Netanyahu cuman punya dua kemungkinan, di seret ke pengadilan korupsi tipikor mereka atau di seret ke pengadilan internasional di hukum mati selesai," bebernya.
Dia menerangkan, di Palestina terjadi sebaliknya, empat belas faksi itu kemarin berdamai di Beijing. Dan sampai hari ini tidak ada pemberontakan apapun di Gaza.
"Artinya solid. Kalaupun ada itu cuman video lama atau ini udah ada banyak banget kesaksian orang-orang yang mengatakan Hamas dan segala macam ternyata apa? Dia tameng manusianya Israel. Jadi mereka disuruh ngomong sembari di depannya itu ada senjata-senjata. Kalau lu enggak ngomong gini, lu enggak dibebasin. Udah banyak videonya bahkan di teman-teman itu udah banyak saksinya," pungkasnya.[] Heni