Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Eropa dan Amerika Terapkan Liberalisasi Ekonomi Pasar Bebas

Senin, 08 Juli 2024 | 21:56 WIB Last Updated 2024-07-08T14:56:07Z


Tintasiyasi.ID -- Menanggapi posisi Amerika di tengah ketegangan Eropa dan Cina, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana menerangkan bahwa secara kebijakan makro, Eropa dengan Amerika Serikat sejalan dan menerapkan liberalisasi ekonomi pasar bebas.

“Inggris dan Amerika dan kekuatan politik ekonomi Cina di kawasan Asia terus tumbuh. Lantas bagaimana posisi Amerika di tengah ketegangan antara Eropa dan Cina? Secara kebijakan makro, Eropa dengan Amerika Serikat itu sejalan dan berusaha menerapkan liberalisasi ekonomi pasar bebas,” ujarnya di kanal YouTube Khilafah News dalam Kabar Petang: Panas! China VS Uni Eropa, Senin (01/07/2024).


Persoalannya adalah bagaimana mereka menempatkan posisi tersebut dalam persaingan secara global. Makanya perang dagang Eropa dengan Cina kemudian melakukan proses perundingan atau negosiasi tertentu,” lanjutnya menerangkan.


Ia katakan, itulah dinamika yang terjadi. Jika melihat posisi Amerika Serikat ketika ada ketegangan antara Cina dan Eropa, konflik yang paling ekstrem akan terjadi perang sampai nanti terjadi integrasi atau kesepakatan, kemudian bergerak dari satu titik ke titik yang lain.


“Artinya saling ancam, saling memberi peringatan. Itu adalah situasi-situasi yang kemudian menjadi perhatian bagi negara-negara lain. Setiap negara pasti berusaha untuk mendapatkan peluang untuk bisa memanfaatkan dari konflik-konflik yang terjadi di negara lain. Cuma kan masalahnya antara Eropa dengan Amerika itu masih dalam satu kubu sebenarnya. Kalau dalam perspektif saya, akhirnya Amerika itu seolah-olah tidak memberikan respons,” lanjutnya


Ia mengatakan, bisa jadi Amerika mencari peluang. “Cuma harus didetailkan, sebenarnya perdagangan Cina dengan Eropa yang diberikan warning itu apa? Kalau saya baca ini terkait dengan masalah mobil listrik. Nah, ketika mobil listrik tidak bisa masuk ke Eropa karena memang harganya menjadi mahal dengan kebijakan tarif yang ditinggikan sampai 38 persen, tetapi pertanyaannya, Amerika bisa mengambil kesempatan enggak untuk memasukkan mobil listrik Amerika ke Eropa? Kalau memang ada, ya dia bisa mengambil kesempatan itu," bebernya.


“Jika misalkan tidak, sebenarnya apa yang terjadi antara Cina dan Eropa tidak memberikan pengaruh, tetapi bisa dilihat bagaimana relasi konflik Cina dan Eropa dalam perdagangan. Ini juga kan masih dalam tensi yang permulaan bukan tensi yang kritis,  Amerika bisa menempatkan dalam relasi itu mengambil keuntungannya,” sambungnya.


Imbas


“Apakah Indonesia terkena imbas dari tensi antara Eropa dan Cina? Kalau saya melihatnya kecil sekali. Kalau misalkan tadi yang disoalkan itu terkait dengan mobil listrik, sebenarnya tidak signifikan relasinya Indonesia dan Eropa. Mobil listrik Eropa ke Indonesia itu kan sangat kecil sekali, yang lebih besar dari Cina dan sebagian dari Amerika Serikat, ya bisa jadi nanti kena imbasnya,” jelasnya.


Menurutnya, ketika Cina agak kesulitan untuk memasukkan mobil listriknya ke Eropa dengan tarif yang tinggi, Cina pasti akan mencari pasar baru. Indonesia adalah salah satu pasar strategis bagi Cina, begitu juga dalam urusan mobil listrik.


Secara tipikal antara Indonesia dengan Eropa berbeda. Makanya memang relasi konflik antara Cina dengan Eropa, saya memandang sangat kecil imbasnya terhadap Indonesia," tandasnya.[] Riana



Opini

×
Berita Terbaru Update