Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ucapan Salam Itu Terkait dengan Keyakinan

Senin, 24 Juni 2024 | 21:03 WIB Last Updated 2024-06-24T23:22:26Z
TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim ustaz Ismail Yusanto membenarkan pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa ucapan salam terkait dengan keyakinan.

"MUI sudah benar bahwa salam itu terkait dengan keyakinan," ujar UIY sapaan akrabnya di kanal YouTube UIY Official, Salam Lintas Agama Ancam Pancasila?, Ahad (23/6/2024).

Ia menjelaskan, Islam agama yang benar, maka seluruh ucapan dan tindakan mestinya didasarkan hanya kepada ajaran Islam termasuk dalam bersalam. Ketika misalnya orang menyebut namo budhaya, terpujilah Sang Budha, pasti akan terkait dengan sang Budha di situ siapa dan sebagai apa. Jelas hal tersebut berkaitan dengan sebuah keyakinan.

"Atau ketika Hindu mengatakan om swasti astu yang diartikan semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Sang Hyang Widhi, kan itu keyakinan? Atau Kristen Protestan bilang shalom, damai. Damai dalam pengertian apa? Atau salam kesejahteraan bagi kita semua, Kristen Katolik sebagaimana kita mengatakan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya itu terlimpah kepada kalian," jelasnya.

Sebenarnya kalau berbicara tentang greeting lanjutnya, maka disana ada harapan dan doa. Maka kalau manusia bersedia membandingkan, sebenarnya ucapan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh artinya sudah luar biasa, yaitu keselamatan dan rahmat Allah serta berkah terlimpah kepada kalian.

"Kalau orang Jawa bilang itu entek ngamek, kurang golek, artinya sudah mencakup seluruhnya, tapi kenapa kok sekarang ada kecenderungan kayak enggak cukup gitu loh. Lalu ditambah lagi selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua, shalom, om swasti astu, namo budhaya, salam kebajikan. Siji, loro, telu, enam itu, kenapa?," paparnya.

UIY menduga bahwa hal tersebut bukan sekadar soal toleransi akan tetapi berpangkal pada sikap beragama yang sinkretisme. Oleh karena itu, maka yang harus diwaspadai adalah sinkretismenya. Sebab, sepanjang sinkretisme tersebut masih ada dan dipercaya, maka efeknya itu bukan hanya pada soal salam, tetapi juga pada seluruh gagasan-gagasan, yang itu bersumber pada agama Islam pasti akan ada kecenderungan ditolak.[] Nabila Zidane

Opini

×
Berita Terbaru Update