Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mazhar Khan: Banyak Kaum Muslim Terlibat Politik Praktis, tetapi Belum Membawa Perubahan Apa pun!

Minggu, 16 Juni 2024 | 13:05 WIB Last Updated 2024-06-16T06:05:58Z

TintaSiyasi.id -- Keterlibatan kaum Muslim ke dalam politik paktis seperti calon kandidat partai maupun independent menuju parlemen kata Muslim intelektual Inggris, Mazhar Khan, tidaklah membawa kemajuan apapun. Meskipun  sudah dalam kurun waktu selama 30 terakhir.

“Oke. Jadi, di mana partisipasi politik anda? Kemajuan apa yang kita dapatkan dari mereka? Nothing! Lalu terus mengajak yang lain untuk kita bicara, ‘hei saudara, terlibatlah dalam urusan politik praktis.  Anda penting melibatkan diri untuk kaum Muslim’. Oh yeah? Selama 30 tahun terakhir, umat ini tidak melakukan apa-apa, tetapi terlibat dalam politik praktis itu,” jelasnya dalam video berjudul, Failure of Political Participation in Secular Democraties di kanal YouTube Lets Take a Look, Ahad (05/05/2024). 

Ia menyatakan hal tersebut untuk menanggapi pemilu yang  diselenggarakan di Inggris. Beberapa nama-nama politisi sekuler yang berada di parlemen dan pemerintahan ia sebutkan seperti walikota London, Sadiq Khan.

Sayangnya, Sadiq Khan kata Mazhar adalah sosok yang yang dibanggakan oleh kaum LgbT karena selalu terdepan mendukung perkumpulan terlarang tersebut. 

Selain Sadiq Khan, terdapat juga pimpinan SNP (Scottish National Party), yang merupakan Menteri Muslim pertama di Scotlandia, Hamzah Yousaf.

“Ia juga pendukung perbuatan laki-laki yang meniru  perempuan, dan perempuan meniru  laki-laki. Ia akan mempercepat perubahan tagihan bahkan kompetisinya ketika menjadi Perdana Menteri Scotlandia,” lanjutnya.

Lebih ironis lagi kata Mazhar, Hamzah Yousaf lebih menampilkan kepercayaaan terhadap nllai-nilai kekrsitenan kepada publik dibandingkan menunjukkan dirinya sebagai seorang Muslim.  “Ia tidak pernah menyakinkan seseorang dengan keimanannya, karena ia seorang sekuler di hatinya,” imbuh Mazhar. 

Lain lagi sebut Mazhar beberapa nama kaum Muslim yang berpartisipasi dibidang lain, agar terlihat seperti Muslim yang lebih damai. Seperti para konselor (pemasehat), walikota,  presenter televisi, juga para komika. 

Namun, meskipun mereka Muslim juga dalam jumlah yang banyak terlibat dibidang tersebut, tetap saja Islam masih mendapatkan penghinaan dan tidak ada yang mampu membela secara politik dengan sungguh-sungguh, jelasnya. 

“Semua bidang publik kita miliki dalam jumlah lebih. Tetapi apa yang lebih menghinakan hari ini, ketika seorang komika di TV   mengatakan, Muslim itu buruk. Ya, mereka memiliki pertunjukan Quiz dan mengatakan hal itu,” ungkapnya lanjut.

Ia mengatakan, ketika Muslim dihina dengan kata-kata kotor di hadapan umum, malah yang mendengar bukan marah tetapi tertawa. Karena mereka tidak sadar agamanya sedang dihina. Jika ada kesadaran, Islam tidak mungkin jadi bahan ejekan dengan pembelaan kaum Muslim yang mendengarnya. Sebab siapa pun akan tersinggung jika agamanya dihina. 

“Jika seseorang ada yang tersinggung saat itu, pasti akan ada yang meninggalkan tempat itu dan tidak berani tertawa. Karena apa? Tersinggung. Tetapi ketika ada yang katakan Islam buruk, semuanya malah ikut tertawa walapun ada Muslim di sana mendengarnya. Karena apa? Karena penyakit islamofobia yang dinormalkan dengan sempurna,” tegas Mazhar.  

Secara hukum pun katanya, tidak akan ada delik hukum yang disebut islamofobia. Hanya akan disebut dengan istilah misogonis, eksistensi, atau homophobia saja. Sebab penyakit islamofobia sudah dinormalkan. 

“Anda tahu mereka hanya berfikir penyelidikan polisi metropolitan, mereka katakan ini soal misogonis, eksistensi, rasis, homofobia. Mereka tidak akan pernah menyebutkannya islamofobia. Karena normalnya, ini normal!” pungkasnya. [] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update