Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hakikat Zikir Menurut Ibnu Athaillah

Senin, 10 Juni 2024 | 13:39 WIB Last Updated 2024-06-10T06:39:20Z

TintaSiyasi.id -- Sobat. Ibnu Athaillah, seorang ulama sufi terkenal dari abad ke-13 yang berasal dari Mesir, dikenal dengan karya-karyanya yang mendalam dalam bidang tasawuf. Salah satu konsep utama dalam ajarannya adalah dzikir atau ingatan kepada Allah. Dalam pandangan Ibnu Athaillah, dzikir memiliki beberapa dimensi dan hakikat yang mendalam.

Berikut adalah beberapa pandangan dan hakikat dzikir menurut Ibnu Athaillah:

1. Dzikir sebagai Pengingat akan Kehadiran Allah: Menurut Ibnu Athaillah, dzikir adalah sarana untuk mengingat dan menyadari kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Ini bukan hanya sekadar menyebut nama-nama Allah, tetapi juga melibatkan kesadaran penuh akan eksistensi-Nya dalam hati dan pikiran.

2. Dzikir Lisan dan Dzikir Hati: Ibnu Athaillah membedakan antara dzikir yang dilakukan dengan lisan (ucapan) dan dzikir yang dilakukan dengan hati. Dzikir lisan adalah menyebut nama-nama Allah atau kalimat-kalimat thayyibah, sementara dzikir hati adalah kesadaran internal dan kontemplasi mendalam akan Allah.

3. Dzikir sebagai Sarana Pembersihan Hati: Dzikir menurut Ibnu Athaillah juga berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan hati dari kotoran-kotoran spiritual seperti sifat sombong, iri hati, dan keinginan duniawi. Melalui dzikir yang konsisten, hati seorang mukmin dapat menjadi bersih dan murni, sehingga lebih dekat kepada Allah.

4. Kontinuitas dalam Dzikir: Ibnu Athaillah menekankan pentingnya kontinuitas dalam dzikir. Dzikir bukanlah sesuatu yang dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, seorang mukmin dapat selalu berada dalam keadaan mengingat Allah.

5. Dzikir dan Kehidupan Sehari-hari: Ibnu Athaillah mengajarkan bahwa dzikir tidak hanya terbatas pada ritual atau ibadah tertentu, tetapi harus menyatu dalam setiap tindakan dan keputusan sehari-hari. Seorang yang berdzikir dengan benar akan selalu mempertimbangkan kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupannya.

6. Dzikir sebagai Pengantar kepada Ma'rifatullah: Menurut Ibnu Athaillah, dzikir adalah salah satu jalan utama menuju ma'rifatullah (mengenal Allah dengan sebenar-benarnya). Dengan berdzikir, seorang mukmin dapat mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat Tuhan.

Dalam karya-karyanya seperti "Al-Hikam" (Kata-kata Bijak), Ibnu Athaillah sering kali menekankan pentingnya dzikir dan bagaimana dzikir dapat membawa seorang mukmin lebih dekat kepada Allah dan memperbaiki kualitas spiritual mereka.

Secara keseluruhan, dzikir menurut Ibnu Athaillah adalah praktik spiritual yang sangat penting yang melibatkan bukan hanya lisan tetapi juga hati dan pikiran. Dzikir membawa seseorang kepada kesadaran penuh akan kehadiran Allah, membersihkan hati, dan memupuk hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta.


Apa saja Buah dari Dzikir?

Dzikir, atau ingatan kepada Allah, menurut Ibnu Athaillah dan banyak ulama sufi lainnya, memiliki banyak manfaat spiritual dan mental yang disebut sebagai "buah dari dzikir". Berikut adalah beberapa buah dari dzikir yang sering disebutkan dalam literatur tasawuf:

1. Ketentraman Hati: Salah satu buah utama dari dzikir adalah ketentraman dan kedamaian hati. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28). Dzikir membantu menenangkan hati dan pikiran dari kegelisahan dan stres kehidupan sehari-hari.

2. Kedekatan dengan Allah: Melalui dzikir, seorang mukmin merasakan kedekatan yang lebih intim dengan Allah. Dzikir menguatkan ikatan spiritual antara hamba dan Tuhannya, membuat seseorang selalu merasa diawasi dan dilindungi oleh Allah.

3. Pembersihan Hati: Dzikir berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti iri hati, kebencian, kesombongan, dan cinta dunia yang berlebihan. Dengan berdzikir, hati menjadi lebih murni dan ikhlas dalam beramal.

4. Penguatan Iman: Dzikir yang dilakukan secara rutin dapat memperkuat iman dan keyakinan kepada Allah. Mengingat Allah secara terus-menerus memperkuat kepercayaan dan ketergantungan kepada-Nya dalam segala situasi.

5. Pengingat akan Kehidupan Akhirat: Dzikir membantu seseorang untuk selalu ingat akan tujuan akhir kehidupan, yaitu kehidupan akhirat. Hal ini mendorong seseorang untuk lebih fokus pada amal kebaikan dan persiapan menuju kehidupan setelah mati.

6. Menghilangkan Kesedihan dan Kecemasan: Dengan mengingat Allah, seseorang dapat melepaskan diri dari perasaan sedih dan cemas. Dzikir membawa ketenangan batin yang membantu seseorang untuk menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih tenang dan penuh keyakinan.

7. Perlindungan dari Godaan Syaitan: Dzikir adalah salah satu benteng terkuat untuk melindungi diri dari godaan dan bisikan syaitan. Dengan berdzikir, seorang mukmin mendapat perlindungan dari gangguan dan godaan yang dapat menyesatkan.

8. Kebahagiaan dan Ketenangan Batin: Buah dari dzikir adalah kebahagiaan dan ketenangan batin yang sejati. Kebahagiaan yang didapat dari dzikir adalah kebahagiaan yang tidak tergantung pada kondisi eksternal, tetapi bersumber dari hubungan yang erat dengan Allah.

9. Pembuka Pintu Ilmu dan Hikmah: Dzikir dapat membuka pintu ilmu dan hikmah. Dengan hati yang bersih dan tenang, seorang mukmin lebih mudah menerima dan memahami ilmu serta hikmah dari Allah.

10. Kesabaran dan Keteguhan: Dzikir membantu meningkatkan kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup. Ingatan kepada Allah memberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi segala rintangan.

Secara keseluruhan, dzikir membawa banyak manfaat bagi kehidupan spiritual dan mental seorang mukmin. Dengan berdzikir secara rutin dan ikhlas, seseorang dapat merasakan perubahan positif dalam dirinya dan hubungannya dengan Allah serta sesama manusia.

Ada tiga lapis penutup dari zikir menurut Al-Ghazali.

Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu tokoh sufi dan teolog Islam terkemuka, terdapat tiga lapis penutup (hijab) yang dapat menghalangi seseorang dari merasakan hakikat dzikir yang sebenarnya. Ketiga lapis penutup ini perlu diatasi agar dzikir dapat dilakukan dengan benar dan mencapai tujuannya. Berikut adalah tiga lapis penutup tersebut:

1. Lapis Pertama: Dosa dan Maksiat:
o Penjelasan: Dosa dan maksiat adalah penutup yang paling luar dan paling jelas. Ketika seseorang terjerumus dalam perbuatan dosa, hatinya menjadi gelap dan jauh dari Allah. Dosa menghalangi hati untuk merasakan kehadiran Allah dan menjauhkan seseorang dari kesucian yang diperlukan untuk dzikir.

o Cara Mengatasi: Untuk mengatasi lapisan ini, seseorang harus bertaubat dengan sungguh-sungguh, meninggalkan perbuatan dosa, dan memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada Allah).

2. Lapis Kedua: Cinta Dunia dan Syahwat:
o Penjelasan: Cinta dunia yang berlebihan dan syahwat (keinginan hawa nafsu) adalah lapisan penutup berikutnya. Ketika hati seseorang terlalu terikat pada dunia dan segala kesenangannya, ia akan sulit untuk mengingat Allah dengan sepenuh hati. Cinta dunia dan syahwat membuat hati sibuk dengan hal-hal yang fana dan sementara.

o Cara Mengatasi: Mengatasi lapisan ini memerlukan latihan untuk mengendalikan nafsu dan mengurangi keterikatan pada dunia. Seseorang harus berusaha hidup sederhana, mengingatkan diri tentang kefanaan dunia, dan fokus pada tujuan akhirat.

3. Lapis Ketiga: Was-was dan Bisikan Syaitan:
o Penjelasan: Lapis penutup yang paling halus adalah was-was (keraguan dan bisikan) dan godaan syaitan. Syaitan selalu berusaha mengganggu dan mengalihkan perhatian seseorang dari mengingat Allah. Was-was bisa berupa keraguan dalam niat, gangguan pikiran saat berdzikir, atau godaan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.

o Cara Mengatasi: Mengatasi lapisan ini memerlukan kekuatan iman dan keteguhan hati. Seseorang harus berusaha menjaga konsentrasi dan fokus saat berdzikir, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan dengan membaca ta'awwudz (A'udzu billahi minash-shaytanir-rajim), dan memperkuat niat ikhlas dalam setiap ibadah.

Dengan mengatasi ketiga lapis penutup ini, seseorang dapat berdzikir dengan lebih murni dan efektif, sehingga mencapai kedekatan yang lebih tinggi dengan Allah dan merasakan ketenangan serta kedamaian yang sejati dalam hati.

Rasulullah SAW bersabda, " Siapa pun yang senanga berpesta di taman surga, hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah." ( HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi )

Hadis yang Anda sebutkan menunjukkan betapa pentingnya dzikir dalam Islam. Berikut adalah redaksi dan penjelasan lebih lanjut mengenai hadis tersebut:
Hadis: Rasulullah SAW bersabda, "Siapa pun yang senang berpesta di taman surga, hendaklah ia memperbanyak dzikir kepada Allah." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi)
Penjelasan:

1. Makna "Taman Surga":
o Dalam konteks hadis ini, "taman surga" bisa dimaknai secara metaforis sebagai lingkungan yang penuh dengan ketenangan, kebahagiaan, dan keberkahan. Dzikir kepada Allah menciptakan suasana hati yang damai dan tenteram, menyerupai perasaan yang akan dirasakan di surga.

2. Keutamaan Dzikir:
o Dzikir adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Melalui dzikir, seorang mukmin terus-menerus mengingat Allah, yang membawa banyak manfaat spiritual dan mental. Hadis ini menekankan bahwa dengan memperbanyak dzikir, seseorang akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang luar biasa, seperti menikmati taman surga.

3. Dzikir dalam Kehidupan Sehari-hari:
o Menjadikan dzikir sebagai bagian dari rutinitas harian membantu seseorang untuk selalu berada dalam ingatan kepada Allah. Dzikir bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, baik secara lisan dengan menyebut nama-nama Allah, maupun secara hati dengan merenungkan kebesaran dan rahmat-Nya.

4. Hadis Pendukung:
o Hadis ini didukung oleh banyak riwayat lainnya yang juga menekankan pentingnya dzikir. Misalnya, dalam sebuah hadis Qudsi, Allah berfirman, "Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam suatu kumpulan, Aku mengingatnya dalam kumpulan yang lebih baik daripada itu" (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Implementasi Praktis:
o Memperbanyak dzikir bisa dilakukan dengan membaca tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (La ilaha illallah), takbir (Allahu Akbar), dan istighfar (Astaghfirullah). Selain itu, membaca Al-Quran, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan doa-doa lainnya juga termasuk dalam dzikir.

Dengan memahami dan mengamalkan hadis ini, seorang muslim diharapkan bisa meraih ketenangan hati dan kebahagiaan yang sejati melalui dzikir, sekaligus mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT. []


Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo 

Opini

×
Berita Terbaru Update