TintaSiyasi.id -- Setiap orang tua pasti memiliki impian dan harapan besar bagi anak-anaknya kelak. Beragam pengorbanan dilakukan oleh ayah ataupun ibu semata-mata untuk memberi kebahagiaan anak-anak tercinta. Salah satu cita-cita terbesar adalah kelak anak-anak akan berbakti pada orang tuanya, menghormati, mencintai dan menyayangi dengan penuh ketulusan hingga ikhlas merawat dan menjaga dikala usia telah senja.
Namun impian itu seakan pudar, manakala anak yang sudah dirawat dan disayang sejak kecil, justru menunjukkan gejala yang tidak baik, bahkam durhaka kepada orang tua. Seperti peristiwa yang baru-baru ini terjadi, pembunuhan yang dilakukan seorang anak di Pesisir Barat, Lampung, terhadap orangtuanya, yang berawal dari permintaan korban untuk dibantu diantarkan ke kamar mandi, dimana korban adalah seorang ayah yang sedang menderita stroke (enamplus.liputan6.com, 21/6/2024)
Telah viral pula di media sosial, seorang pedagan ditemukam tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, yang ternya pelakunya adalah dua anak putri kandungnya sendiri, inisial P usia 16 tahun dan K usia 17 tahun. (liputan6.com, 24/6/2024)
Sungguh miris. Fitrahnya dalam sebuah keluarga terbagun ikatan rasa kasih sayang, saling melindungi, bukan saling menyakiti. Namun kini, nampaknya hal-hal serupa mulai lumrah dijumpai.
Kapitalisme Matikan Fitrah Anak
Jika ditarik benang merah, terwujudnya pribadi durhaka bukan karena perkara yang instan, namun hasil dari pembentukan dalam jangka waktu yang panjang. Dimulai dari semakin minimnya peran orang tua dalam mendidik dan memberikan teladan terbaik. Bukan melulu karena minimnya ilmu dan keimanan, namun banyak juga karena tekanan kehidupan, ekonomi yang tidak stabil, sedang kebutuhan dan harga-harga semakin tak terkendali.
Kemiskinan semakin tersistematis akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis yang hanya berpihak pasa oligarki, abai terhadap rakyat. Negara tak mampu memberikan jaminan kesejahteraan. Para ibu yang harusnya optimal dalam mendidik anak-anak dirumah, harus ikut keluar dari rumah-rumah mereka untuk membantu mencari penghidupan.
Pendidikan sekuler yanf diterapkan saat ini mengedukasi nilai-nilai liberal pada generasi, berkontribusi menghasilkan orang yang cakap ilmu namun bobrok perilaku. Sistem kapitalisme hari ini telah mencabut nilai-nilai luhur yang harusnya ada pada diri setiap manusia, tergantikan oleh nilai materialistik dan asas manfaat semata. Segala hal dilihat dari untung dan rugi. Hubungan diantara anggota keluargapun tak luput dari pandangan nilai materi, hingga terjadi pengabaian terhadap akhlak dan memuliakan orang tua.
Fitrah anakpun seakan lenyap. Anak tidak lagi menjadi penyejuk mata bagi orang tua, berubah menjadi sosok yang tak punya belas kasih. Sandaran hidup materialisme, ketidak adilan, dan pemahaman agama yang kurang didapakan, seakan menjadi rumus sempurna terbentuknya anak durhaka.
Islam Satu-satunya yang Sesuai Fitrah
Generasi sholeh, berakhlak dan mengedepankan adab, serta memiliki jiwa kepemimpinan dan kecerdasan, membutuhkan dukungan dan fasilitas yg baik dari segala sisi, mulai dari orang tua dan keluarga, masyarakat, serta negara yang menerapkan sistem aturan yang sempurna.
Pendidikan, kasih sayang dan teladan orang tua kepada anak memiliki peran penting dalam membangun karakter atau kepribadian anak hingga dewasa. Dalam hal ini, Islam memiliki konsep yang utuh dalam pendidikan generasi, hingga terbentuk generasi yang menghormati orang tua, sayang terhadap yang lebih muda, dan menghargai sesama. Maka, para orang tua sudah seharusnya sudah memiliki bekal ilmu pendidikan anak.
Masyarakat dan lingkungan yang islami, senantiasa beramar makruf nahi mungkar, tempat dimana anak hidup, tumbuh dan berkembang, sehingga anak terbiasa dan terbentuk dengan lingkungan dengan suasana keimanan dan ketakwaan yang kental.
Negarapun memiliki kewajiban untuk membangun segala fasilitas terkait, baik jaminan pendidikan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan perindividu. Dengan sistem pendidikan Islam, akan terbangun generasi yang memiliki tanggung jawab terhadap orang tua.
Allah Swt. berfirman,"Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyepihnya selama tiga puluh bulan sehingga apabila dia (anak itu)telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim". (QS Al Ahqaf ayat 15)
Oleh karena itu, dengan penerapan sistem Islam secara sempurna, negara akan mampu dan senantiasa produktif mencetak insan yang faham tanggung jawab terhadap orang tua. Dalam Islam, kesejahteraan keluarga bukan saja urusan privat atau domestik bagi individu masyarakat, tapi juga tanggung jawab negara. Negara bertanggung jawab atas kondisi ekonomi setiap keluarga, diantaranya dengan memastikan setiap laki-laki yang punya kewajiban nafkah dapat memiliki pekerjaan, baik melalui peningkatan skill juga luasnya lapangan pekerjaan melalui pengelolaan politik ekonomi Islam. Wallahua'lam
Oleh: Linda Maulidia, S.Si.
Aktivis Muslimah