Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Allah yang Paling Berhak Dicintai

Selasa, 18 Juni 2024 | 10:52 WIB Last Updated 2024-06-18T03:52:12Z

TintaSiyasi.id -- Tentu, pernyataan tersebut adalah sebuah prinsip dasar dalam Islam. Dalam Islam, Allah SWT adalah yang paling berhak dicintai oleh setiap Muslim. Cinta kepada Allah adalah dasar dari iman dan ibadah seorang Muslim. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan mengapa Allah SWT adalah yang paling berhak dicintai:

1. Pencipta dan Pemelihara: Allah SWT adalah pencipta alam semesta dan segala isinya. Dia yang menciptakan manusia, memberi kehidupan, dan menyediakan segala kebutuhan. Allah juga yang memelihara dan menjaga kita dalam setiap aspek kehidupan.

2. Kasih Sayang Allah: Allah SWT adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia memberi rahmat dan nikmat kepada setiap makhluk-Nya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Cinta Allah kepada hamba-Nya melampaui segala bentuk cinta yang bisa kita bayangkan.

3. Pengampunan dan Rahmat: Allah SWT adalah Maha Pengampun. Dia selalu membuka pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya yang bersalah dan menyesal. Kebaikan dan rahmat Allah tidak terbatas, dan Dia selalu siap untuk mengampuni dosa-dosa kita jika kita bertaubat dengan sungguh-sungguh.

4. Petunjuk dan Hidayah: Allah SWT memberikan petunjuk dan hidayah kepada manusia melalui wahyu-Nya, yaitu Al-Quran, dan melalui para nabi dan rasul-Nya. Dengan petunjuk ini, manusia dapat mencapai kehidupan yang baik di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.

5. Keadilan Allah: Allah SWT adalah Maha Adil. Dia akan memberikan balasan yang setimpal atas setiap perbuatan manusia, baik yang baik maupun yang buruk. Keadilan Allah menjamin bahwa setiap amal perbuatan akan dinilai dengan seadil-adilnya.

6. Kedamaian dan Ketenangan: Mencintai Allah dan beribadah kepada-Nya membawa kedamaian dan ketenangan dalam hati. Ketika seseorang menempatkan cinta kepada Allah di atas segalanya, dia akan merasakan ketenangan batin yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidaklah beriman seseorang di antara kalian hingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain" (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya mencintai Allah sebagai manifestasi dari iman seorang Muslim.

Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang mengapa Allah adalah yang paling berhak dicintai dalam Islam.

Jasa dan kebaikan Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya sungguh tak terhitung.

Benar sekali, jasa dan kebaikan Allah SWT yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya sungguh tak terhitung jumlahnya. Beberapa di antaranya bisa kita sebutkan sebagai berikut:

1. Penciptaan dan Pemeliharaan: Allah SWT menciptakan kita dari ketiadaan dan memberikan kehidupan kepada kita. Dia juga terus memelihara dan menjaga kita setiap saat. Segala kebutuhan kita, mulai dari udara yang kita hirup hingga makanan yang kita makan, semuanya berasal dari-Nya.

2. Rezeki dan Nikmat: Allah SWT memberikan rezeki yang berlimpah kepada kita. Dia menyediakan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan segala kebutuhan hidup kita. Setiap hari kita menikmati berbagai nikmat yang diberikan oleh-Nya, baik yang besar maupun yang kecil.

3. Kesehatan dan Keselamatan: Allah SWT memberikan kita kesehatan dan keselamatan. Tubuh yang sehat dan kemampuan untuk beraktivitas adalah nikmat yang sangat berharga. Allah juga melindungi kita dari berbagai bahaya dan penyakit.

4. Petunjuk dan Hidayah: Allah SWT memberikan petunjuk dan hidayah melalui Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Dengan petunjuk ini, kita bisa mengetahui jalan yang benar dan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5. Pengampunan dan Rahmat: Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dia selalu siap mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh. Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu, dan Dia tidak pernah lelah memberi maaf kepada hamba-Nya yang memohon ampunan.

6. Keadilan dan Keadilan: Allah SWT adalah Maha Adil. Dia akan memberikan balasan yang setimpal atas setiap perbuatan kita. Keadilan Allah memastikan bahwa setiap amal baik akan mendapatkan pahala, dan setiap dosa akan mendapatkan hukuman yang setimpal, kecuali jika Dia mengampuninya.

7. Kedamaian Batin: Dengan beribadah kepada Allah dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya, kita mendapatkan kedamaian batin dan ketenangan hati. Hubungan yang dekat dengan Allah membawa ketenangan dan rasa aman yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

8. Kasih Sayang dan Cinta: Allah SWT mencintai hamba-hamba-Nya lebih dari apa pun. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk kita, bahkan jika kita tidak selalu menyadarinya. Cinta Allah adalah sumber kekuatan dan harapan dalam hidup kita.

9. Keberkahan dalam Kehidupan: Allah SWT memberikan 
keberkahan dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam keluarga, pekerjaan, dan hubungan sosial. Keberkahan ini membuat hidup kita lebih bermakna dan penuh dengan kebahagiaan.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ  
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 18)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa nikmat dan kebaikan Allah begitu banyak sehingga kita tidak akan pernah mampu menghitungnya satu per satu. Oleh karena itu, sebagai hamba-Nya, kita harus selalu bersyukur dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali atas pemberian Allah SWT.

Pernyataan tersebut merupakan salah satu zikir yang sangat penting dalam Islam, yaitu "Laa hawla wa laa quwwata illa billah" yang berarti "Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali atas pertolongan Allah SWT." Zikir ini mengandung makna yang dalam dan mengingatkan kita akan ketergantungan kita kepada Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang makna dan pentingnya zikir ini:

1. Pengakuan Ketergantungan Kepada Allah: Dengan mengucapkan "Laa hawla wa laa quwwata illa billah", kita mengakui bahwa segala kemampuan dan kekuatan yang kita miliki sebenarnya berasal dari Allah. Tanpa izin dan pertolongan-Nya, kita tidak bisa melakukan apa-apa.

2. Meningkatkan Keimanan: Zikir ini menguatkan iman kita kepada Allah. Dengan sering mengucapkannya, kita akan selalu diingatkan bahwa Allah-lah sumber segala kekuatan dan pertolongan, sehingga kita akan semakin bergantung dan bertawakal kepada-Nya.

3. Menghilangkan Kesombongan: Kesadaran bahwa segala daya dan kekuatan berasal dari Allah membantu kita untuk tetap rendah hati. Kita menyadari bahwa kesuksesan, kekuatan, dan keberhasilan yang kita peroleh bukan semata-mata hasil usaha kita, tetapi juga karena izin dan rahmat dari Allah.

4. Ketenangan Batin: Menyadari bahwa Allah selalu bersama kita dan bahwa kekuatan kita berasal dari-Nya memberikan ketenangan batin. Kita tidak perlu merasa takut atau cemas karena kita tahu bahwa Allah akan selalu menolong kita.

5. Mendekatkan Diri Kepada Allah: Zikir ini membantu kita untuk selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dalam suka maupun duka. Dengan demikian, hubungan kita dengan Allah akan semakin erat dan kita akan selalu merasa dekat dengan-Nya.

6. Motivasi dalam Ibadah dan Kehidupan Sehari-hari: Kesadaran bahwa Allah adalah sumber segala kekuatan memberikan kita motivasi untuk terus beribadah dan berusaha dalam kehidupan sehari-hari. Kita menjadi lebih semangat dan optimis karena yakin bahwa Allah akan membantu kita.

Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Laa hawla wa laa quwwata illa billah adalah salah satu simpanan surga, dan itu adalah obat untuk 99 penyakit, yang paling ringan adalah kesedihan." (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan betapa besar manfaat dan keutamaan dari zikir "Laa hawla wa laa quwwata illa billah". Selain sebagai bentuk pengakuan akan ketergantungan kita kepada Allah, zikir ini juga menjadi sumber ketenangan, kekuatan, dan keberkahan dalam hidup kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai Muslim untuk sering mengucapkan zikir ini, baik dalam keadaan susah maupun senang, sebagai bentuk penghambaan dan pengakuan bahwa segala sesuatu hanya mungkin terjadi atas kehendak dan pertolongan Allah SWT.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis 33 Buku Mengenai Motivasi dan Pengembangan diri. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo 

Opini

×
Berita Terbaru Update