TintaSiyasi.id -- Di tengah hiruk pikuk wacana politik dan pertarungan narasi kebijakan yang memanas menjelang kontestasi demokrasi, masyarakat Indonesia sesungguhnya tidak menuntut banyak. Mereka tidak menagih janji-janji yang indah di televisi, melainkan kebijakan nyata yang mengubah hidup mereka.
Rakyat ingin hidup layak, pendidikan yang bisa diakses tanpa beban, dan pekerjaan yang memberi martabat.
Namun, dalam pusaran politik populis, prioritas kebijakan sering kali bergeser dari yang substansial menuju yang sensasional. Salah satu yang ramai dibicarakan adalah program “makan siang gratis.” Meski tampak menarik dan bernuansa empati sosial, kita perlu bertanya secara jujur: apakah ini benar-benar solusi bagi masalah bangsa yang mendasar?
Sebab yang sesungguhnya dibutuhkan rakyat bukanlah sekadar kenyang sementara, tetapi pendidikan gratis yang berkualitas dan lapangan kerja yang luas serta layak. Dua hal inilah yang menjadi akar dan buah dari kesejahteraan sejati.
Pendidikan: Akar dari Kemandirian
Pendidikan adalah fondasi dari seluruh peradaban manusia. Negara-negara maju seperti Finlandia, Jepang, dan Korea Selatan tidak tumbuh karena subsidi konsumtif, tetapi karena investasi besar pada pendidikan yang merata dan bermutu.
Dari ruang-ruang kelas yang sederhana, lahir generasi cerdas yang berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Di Indonesia, banyak keluarga masih berjuang keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Biaya seragam, transportasi, buku, hingga uang sumbangan sekolah sering kali menjadi penghalang. Karena itu, pendidikan gratis dan bermutu adalah keharusan moral dan politik.
Ia bukan hadiah dari penguasa, melainkan hak warga negara yang dijamin konstitusi.
Pendidikan sejati bukan hanya mengajarkan kemampuan kognitif, tetapi juga menanamkan nilai, etika kerja, dan daya juang. Anak yang terdidik akan tumbuh menjadi warga yang mandiri dan berdaya. Mereka tidak lagi menunggu bantuan, tetapi menciptakan solusi.
Inilah investasi jangka panjang yang memberi efek berantai pada seluruh aspek pembangunan nasional.
Lapangan Kerja: Wujud Kesejahteraan Nyata
Setelah pendidikan, kebutuhan utama rakyat adalah pekerjaan. Tidak ada yang lebih menenangkan bagi kepala keluarga selain bisa memberi nafkah dari keringat sendiri. Namun, fakta menunjukkan, lapangan kerja yang layak masih belum seimbang dengan jumlah tenaga kerja baru yang muncul setiap tahun.
Lapangan kerja adalah bentuk keadilan sosial yang paling nyata. Ia bukan sekadar memberi penghasilan, melainkan juga harga diri dan kehormatan bagi manusia. Bekerja membuat seseorang merasa berguna, bermakna, dan berkontribusi bagi lingkungannya.
Negara semestinya hadir bukan dengan program konsumtif, melainkan dengan pemberdayaan ekonomi yang produktif. Pemerintah harus memperluas sektor riil, mendukung UMKM, memperkuat industri lokal, serta membuka ruang investasi yang berpihak pada rakyat.
Kebijakan yang menciptakan kerja jauh lebih mulia daripada kebijakan yang hanya membagi-bagi bantuan sementara.
Kemandirian Lebih Mulia daripada Ketergantungan
Memberi makan siang gratis mungkin tampak peduli, tetapi itu hanya mengenyangkan sesaat.
Sebaliknya, memberi akses pendidikan dan pekerjaan berarti menyiapkan rakyat agar tidak lapar selamanya.
Dalam pandangan Islam, bekerja adalah ibadah dan menuntut ilmu adalah kewajiban.
Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik rezeki adalah yang diperoleh dari hasil kerja tangan sendiri.”
Maka, kebijakan negara yang berpihak pada rakyat seharusnya mendorong kemandirian, bukan menumbuhkan ketergantungan.
Kemandirian adalah bentuk tertinggi dari kesejahteraan. Ketika rakyat memiliki pendidikan yang baik dan pekerjaan yang layak, mereka tidak lagi menjadi objek politik, melainkan subjek pembangunan. Mereka tidak lagi hidup dari belas kasihan, melainkan dari hasil karya dan jerih payah sendiri.
Penutup
Bangsa besar tidak tumbuh dari program instan. Ia tumbuh dari kebijakan yang menumbuhkan daya pikir dan daya kerja rakyatnya.
Makan siang gratis boleh jadi menarik secara politik, tetapi tidak akan menjawab akar persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Yang benar-benar dibutuhkan rakyat Indonesia adalah pendidikan gratis yang bermutu, pemerataan kesempatan, dan lapangan kerja yang luas. Dari sanalah kemandirian, keadilan, dan kemakmuran akan lahir.
Negeri ini tidak butuh janji yang mengenyangkan sesaat, tetapi kebijakan yang menumbuhkan harapan sepanjang hayat.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Tentang Penulis:
Dr. Nasrul Syarif, M.Si. adalah akademisi, penulis, dan pemerhati sosial-keagamaan. Aktif dalam pendidikan karakter dan pemberdayaan umat melalui literasi kebijakan publik dan spiritual.