Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Istikamah di Tengah Badai Fitnah Zaman

Minggu, 19 Oktober 2025 | 13:39 WIB Last Updated 2025-10-19T06:40:38Z
TintaSiyasi.id -- Berpegang Teguh pada Iman dan Islam di Jalan Allah

Zaman terus berganti. Dunia semakin canggih, tetapi hati manusia justru kian gersang. Di era serba cepat dan serba digital ini, kita hidup di tengah badai fitnah yang melanda hampir setiap sisi kehidupan. Fitnah bukan hanya tentang godaan harta dan kedudukan, tetapi juga fitnah pemikiran, fitnah media, fitnah moral, dan fitnah akidah. Semua itu menggerus perlahan-lahan keimanan, kecuali bagi mereka yang teguh berpegang pada tali Allah dengan istikamah.

Zaman Fitnah: Antara Cahaya dan Kegelapan

Rasulullah Saw. telah mengingatkan bahwa akan datang masa penuh tipu daya, dimana kebenaran menjadi kabur dan kebatilan tampil menawan.
Beliau bersabda:

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Orang yang jujur dianggap pendusta, yang pendusta dianggap jujur, yang amanah dianggap khianat, dan yang khianat dianggap amanah.”
(HR. Ahmad). 

Inilah zaman yang dimaksud. Zaman dimana maksiat mudah diakses, sementara ketaatan terasa berat. Zaman dimana ilmu hakiki digantikan opini dan ulama sejati tenggelam oleh gemerlap tokoh semu. Dalam keadaan demikian, iman bukan hanya harus dijaga, tetapi juga diperjuangkan.

Makna Istikamah: Teguh di Atas Jalan Kebenaran

Istikamah bukan sekadar “konsisten” melakukan sesuatu. Dalam pandangan Islam, istikamah berarti berpegang teguh pada kebenaran (al-haq), tetap dalam ketaatan kepada Allah, meskipun menghadapi tekanan, ujian, dan godaan.

Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
(QS. Al-Ahqaf: 13).

Ayat ini menegaskan bahwa istikamah adalah buah dari pengakuan tauhid. Ketika hati sudah menetapkan bahwa “Allah adalah Tuhan kita”, maka, jalan berikutnya adalah meniti kehidupan sesuai perintah-Nya tanpa menyimpang. Istikamah adalah bentuk kesetiaan ruhani kepada Allah di tengah badai duniawi.

Menjadi Mukmin yang Tegar di Zaman Fitnah

Menjadi orang beriman di zaman fitnah ibarat memegang bara api. Rasulullah Saw. bersabda:

“Akan datang suatu masa kepada manusia, orang yang sabar dalam agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
(HR. Tirmidzi). 

Bara itu panas dan menyakitkan, tetapi hanya mereka yang menggenggamnya dengan sabar yang akan selamat. Maka, istikamah adalah sabar dalam menahan diri, kuat dalam menjaga iman, dan teguh dalam menolak syahwat dunia.

Bagi seorang mukmin, istikamah bukan pilihan, tetapi kebutuhan. Tanpa istikamah, iman bisa pudar sedikit demi sedikit tanpa terasa. Maka kita perlu menguatkan:

1. Istikamah dalam ibadah. Menjaga shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur’an setiap hari.

2. Istikamah dalam akhlak. Tetap jujur, sabar, dan santun walau dunia penuh kebohongan.

3. Istikamah dalam dakwah. Menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran walau ditentang banyak pihak.

4. Istikamah dalam muamalah. Tetap amanah, adil, dan menjaga kehalalan dalam bisnis dan pekerjaan.

Kekuatan Istikamah: Keteguhan yang Mengundang Pertolongan Allah

Istikamah memang tidak mudah, tetapi di balik kesulitan itu ada janji pertolongan Allah.
Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat turun kepada mereka (saat kematian) seraya berkata: Janganlah kamu takut dan jangan bersedih hati, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepadamu.”
(QS. Fussilat: 30).

Subhanallah… betapa indah ganjaran bagi orang yang istikamah. Ketika manusia lain gugup menghadapi kematian, Allah justru mengirimkan malaikat untuk menenangkan hati mereka. Itulah buah dari kehidupan yang teguh di atas iman.

Menjaga Hati Tetap Lurus

Kunci istikamah ada pada hati yang hidup dan jernih. Bila hati sering diisi dengan dzikir, istighfar, dan doa, maka ia akan kokoh. Namun, bila hati dipenuhi kelalaian, maka ia mudah tergelincir.

Doa Rasulullah Saw. yang sangat mulia patut kita panjatkan setiap hari:

“Yā muqallibal qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.”
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).

Di zaman fitnah, istikamah bukan tentang siapa yang paling banyak bicara, tetapi siapa yang paling kuat bertahan dalam ketaatan. Ia seperti pelita kecil di tengah kegelapan yang terus menyala meski diterpa angin dunia.

Penutup: Jalan Istikamah Menuju Ridha Allah

Hidup ini bukan perlombaan menjadi yang terkenal, tetapi perjalanan menjadi yang diterima oleh Allah. Istikamah mungkin membuat kita tampak berbeda, mungkin membuat kita tidak populer, tetapi di sisi Allah itu adalah kemuliaan yang sesungguhnya.

Maka, marilah kita perkuat iman, luruskan niat, dan perbarui komitmen di jalan Allah. Tetaplah teguh walau badai fitnah datang silih berganti. Karena di ujung jalan istikamah, telah menanti cahaya ridha dan surga-Nya.

“Dan katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka tetaplah kamu istiqamah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.”
(QS. Fushshilat: 6).

Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update